NISKALA & SEBUAH NOVEL BERJUDUL EPISODE IV ERVIN RUHLELANA Copylefts 2004 you have RIGHT TO COPY Draft 1, 1999 Draft 15, 2003 Photo Copy Edition, 2004-2005 Online Edition, 2006 Draft 18, 2007 Multiply Version, Random Chaptering with Friend Fictions', 2008 You can get it free on ruhlelana.multiply.com/tag/episode%20iv Respond and Reply (FriendFicts) to episode_iv@yahoo.co.uk avalaible at ruhlelana.multiply.com/tag/friendficts or samanthaschool.blogspot.com Published by Samantha School VIVA INDEPENDENT!!! 1 PROLOG. It’s Not The Beginning Aku mengurai-urai luka beberapa kali, sampai tanganku kebas. Awalnya tak kutemukan apaapa disitu. Meskipun beberapa kali aku seperti menemukan sesuatu, seperti misalnya seonggok borok bernanah yang kusangka adalah hal yang kucari-cari itu, ternyata itu hanyalah borok bernanah yang ditanam oleh makhluk-makhluk di masa lalu yang pada saat itu sering menghantuiku saat sebelum tidur dan kemudian membangunkanku juga dari tidur yang tak pernah nyenyak itu. Aku meneruskan mencari, kali ini yang kutemukan – seperti yang pernah kuyakini sebelumnya – bukanlah yang benar-benar ingin kutemukan, hanya sebuah jerawat kecil menyakitkan yang bertengger dengan kuat dan tak terpecahkan di bawah hidungku, tepat diatas bibir tempat asap rokok biasanya mengepul deras menghindari kepulan ke arah mata. Jerawat itu berbeda dengan borok bernanah tadi, dia bukan hal yang ditanam oleh makhluk-makhluk di masa lalu tetapi sebuah cerca yang kemudian akan mengejutkanku saat bangun tidur dan lantas menatap cermin, menjerit. Yang jelas bukan dia yang sedang kucari. Lantas kupencet dia dengan paksa. Rasanya perih sekali, sementara "mata"nya belum mau keluar, malah makin masuk, ini lebih menambah perih. Lelah dan putus asa tiba-tiba menjajah pencarianku dan hal itulah ternyata yang membawaku menemukan benda itu diantara beberapa luka yang berdarah cukup busuk dan berbelatung ria diantara kedua selangkanganku. Benda berbentuk uraian panjang sebuah teks yang terpelitur mengkilap dalam sebuah kutipan lengkap tentang hidup seseorang yang pernah kuyakini ada keberadaannya dalam beberapa bagian hidupku yang terurai-urai pecah berantakan. Setidaknya dengan menemukan ini aku mungkin bisa membuat sebuah formula lem super rekat untuk menyambungkan bagian-bagian hidupku yang terpecah-pecah tak beraturan itu. Ini akan menjadi semacam permainan puzzle tanpa batas di semua sisinya, dan aku mungkin akan menghabiskan sisa hidupku untuk menyusun puzzle-puzzle itu yang – seperti kubilang terus-menerus nanti – “takbisaterbalik-kan”. Hidup adalah “ke-takbisaterbalik-kan” yang kupikir cukup absolut mengencani sisi lain apapun yang berada disekitanya, tak terpermanai 2 keberadaannya. Ini semua alasannya sangat sederhana, seperti alasan banyak orang, kebahagiaan, tapi tentu saja kebahagiaan itu tak berpangkal-tak berujung, persis seperti puzzle-puzzle yang akan kususun ini. Maka, Kawan, doakan aku agar bisa cepat-cepat – minimal (paling tidak) – mengakhiri hidupku! Dengan cara apapun – tentu! – yang kubisa memaknainya sebagai sebuah harap yang tak berpangkal-tak berujung. 3 Pre-Chapter for W/32 – Perih Ribuan digit dalam angka-angka 0 dan 1 yang terkombinasi secara ajaib menjadi programprogram pembentuk semesta. Seperti symbol pertama untuk jantan dan betina, 0 untuk ovum dan 1 untuk sperma, lalu tercipta 0 dan 1 dalam deret-deret yang tak terkira panjangnya dalam baris-baris yang baru, menyatu utuh menjadi program dalam rupa Zygote, awal manusia baru, aku. Mengingat hal ini seperti menghunjamkan kembali pendarahan ibuku pada ingatan terperih dalam hidupku, jauh tersimpan dalam folder yang disembunyikan dengan aman meski tak seaman yang kukira. Berkali-kali aku melempar ingatan-ingatan perih ini, tapi ini semuanya read-only files. Aku tak bisa menghapusnya, selalu ada alat untuk melacak jejak-jejaknya, meski asing, tapi selalu perih. Aku benci search engine. Tanpanya hidupku bisa jauh lebih ringan tanpa beban ingataningatan yang kunamai perih itu, sebuah program file yang tersimpan dalam system 32 yang sudah merangsek seperti virus dan mengacaukan program-program lain yang ada di dalamnya. W/32-Perih, seorang temanku menamai Worm ini. Tidak merusak tapi mengganggu. Up Datean terbaru dari semua jenis anti virus, yang canggih sekalipun, tidak mampu membunuh program Worm yang ini. Malah ada beberapa anti virus yang jadi kacau dalam mendeteksi hingga menghapus file-file penting dan program-program penting. Hingga sering kali kepalaku nge-hang dan harus di restart. Dan seringkali pula program bootnya bener-bener rusak hingga aku tak bisa masuk kedalam hidupku sendiri dan harus di install ulang. Sakit sekali. Mengulitimenghapus- mengganti baru hampir semua program agar bisa diaplikasikan kembali. Capek, butuh waktu lama dan lebih banyak merasa kehilangan. Setelah itu, W/32-Perih tak pernah benar-benar terbunuh, masih melekat dan menjalar dan menyebar dalam folder-folder yang tak terdeteksi keberadaannya. Ku-nonaktifkan program search-engine-nya. Dan setelah ini hidupku harus benar-benar disusun dalam mekanisme meraba-raba, meski akan jauh lebih capek ketimbang pake search engine tapi jauh lebih aman, kemungkinan resiko mendapat serangan W/32-Perih akan jauh lebih sedikit dan tentu saja lebih aman untuk lambungku sebab penyakit maagku kambuh bila W/32-Perih beraksi. 4 Chapter One ada apa di balik garis kematian? kata edgar allan poe ha? aku hanya memandangnya sebagai serentetan kata-kata yang sering teramat dilantunkan oleh sebuah wacana pencapaian tertinggi - nihil - seperti misalnya seorang wanita - samantha - yang selalu berteriak mati di setiap akhir episode nya. aku rasa setelah semuanya selesai - dalam arti yang sebenarnya - mati - dalam arti yang sebenarnya - tinggal jiwa - kalau memang jiwa itu ada - yang berarti tanpa jasad - ini pun baru spekulasi yang sudah terjadi dari semenjak awal peradaban - khayal - dan sejauh ini aku baru menemukan bahwa realitas khayali hanya ada dalam kepalaku - dan segala media yang digunakan untuk menyimpan ingatan - semisal dongeng - kertas - flashdisk - you tube - atau anak cucu - lalu manusia akan menjadi sangat mapan - super - dan juga menjadi jujur - dan hingga saat ini aku belum menemukan parameter untuk mengukur kadar kejujuran - sebab semenjak ada orang-orang yang bisa mengelabui lie detector - aku sudah tidak begitu percaya dengan tingkat akurasi alat itu - hanya intuisi - yang subjektif - tidak empiris serta tidak bisa ditebak kapan datangnya-lah satu-satunya alat yang masih bisa kupercayai - tapi jelas hal ini tidak akan begitu saja dipercaya orang-orang - sebab hanya para dukun sakti yang bisa menjamin kepercayaan orang-orang terhadap diri mereka - dan aku belum sesakti itu - belum sebijak itu - para dukun sakti itu sering juga dijuluki dengan istilah para bijak - meski aku yakin bahwa aku bukan ingin dijuluki sang bijak - tapi sekedar ikut nimbrung dalam semua kecarutmarut- an ini - ke-harut dan marut-an - gara-gara setitik keinginan yang tak bisa dibendung; setitik ingin untuk ingin. kemudian aku menduga secara misterius dan kompleks - bahwa setelah mati manusia akan menciptakan neraka sendiri - tergantung kadar kesadarannya akan dosa - itu pun kalau dosa memang pernah ada - atau ciptakan surga sendiri - tergantung pada kadar keinginannya akan surga ketika masih hidup - dan seperti bayangannya itulah surganya - seperti dua merpati yang ditasbihkan pada dua agama yang berbeda - lalu dilepaskan - maka setiap merpati punya surganya sendiri-sendiri - lalu bosan pada surga yang aku yakin memang lama-lama akan sangat membosankan - apalagi kalau kamu kurang kreatif - saat ini keinginan untuk bertemu tuhan akan semakin kuat - pertemuan ini sangat ditentukan oleh seberapa besar manifestasi 5 yang sudah kamu berikan - bukan pada tuhan - tapi pada segala aspek yang membuatmu hidup dan dibuatmu hidup - lalu reinkarnasi - atau segala konsep yang mengatakan tentang kehidupan setelah kematian di kepercayaan apapun - atau malah tak akan ada apa-apa - benarbenar tidak ada apa-apa - dalam arti yang sebenar-benarnya. selesai. berlanjut. selesai. selesai tanpa akhir. ahahaha. berlanjut tanpa akhir... gak jelas deh kalo udah gini... kematian bukan apa-apa - bukanlah hal sebesar itu - sehingga para bijak harus menghabiskan masa kontemplasinya untuk membicarakan hal remeh seperti itu. pasti ada hal yang lebih besar ketimbang itu - ketimbang kematian - atau segala hal disebalik garis itu - atau sebenarnya kita hanya butuh nabi baru? basi berikut lebay! yang kita butuhkan sekarang - hanyalah seorang sahabat - belahan jiwa - tulang rusuk (omong kosong!) yang hilang itu - avatar - pecahan pribadi yang tak pernah kita pahami - nur dalam beberapa kurung - cahaya - roh kudus - breakthrough - tuhan - dewa-dewi - cinta - busuk - bangkai ! masih memilih mati di tempat-tempat suci dengan lagu-lagu pengiring yang indah? ha! ketika tak kurasakan lagi pijakan kaki di atas bumi - ketika tak kurasakan lagi gravitasi menarik-narik tubuh - ketika aku tak berani lagi melihat cermin - sebab cermin selalu memperbanyak kesakitan ku menjadi 2 kali lipat - dan untuk apa pula memaksakan sakit itu jadi bertambah banyak - berdrama-drama - berdarah-darah - puluhan babak - ratusan episode - air mata kering - lalu palsu - lalu akhirnya kita semua memutuskan untuk menjadi pabrik topeng kertas yang mudah dirubah dan diwarnai ulang - atau sengaja membuat topeng-topeng sebanyak-banyaknya dari ratusan karakter wayang - membuka lahan di banyak tempat dengan berbagai pribadi yang berbeda - mem-blog-blog-kan segala hal yang meretasi kepala - menjingga hati - atau menggelitik selangkangan - lalu menjadi introvert bengong di depan kotak menyala - ketawa sendiri - atau tiba-tiba air mata - atau tiba-tiba teriak marah - hingga benar-benar hampir berada pada anarkisme yang paling tinggi - dan mencipta seperti ketika pertama kali konsep tuhan hadir di kepala manusia - aku bersujud pada entah apa - entah apa yang bisa terdeteksi oleh ulu hati - entah apa yang menonjok - lalu seluruh pembuluh darah 6 mendesir - memaksa hormon-hormon pembahagia bekerja lebih giat lagi - tapi sekaligus membuatku menjadi pengidap insomnia parah. yes, bright dreams to dream yes, glad songs to sing yes, joy that will bloom like an ending spring BOOM! ketika dia bilang; "butuh waktu tiga bulan untuk kita sejajar berbicara disini!" ha.ha. butuh 30 abad, om! 30 abad untukmu menjadi aku! percayalah! ada apa di "se"balik "ge"garis "maya"-maya lain? akan kuuraikan secara matematis, karena ini kudapatkan dalam pelajaran matematika waktu kelas satu sma. aku menemukan hal dari sebuah kompleksitas general - yang sudah tidak lagi mempermasalahkan real-khayal - maya-nyata - tapi jauh lebih kompleks dari itu - ini tentang sebuah legenda - legenda tentang sebuah wadah kosong berupa kendi yang harus kau pilih - ada dua kemungkinan isi dalam kendi itu yang bisa kau raih - kemungkinan pertama berupa air bening menyegarkan - kemungkinan kedua berisi air pengetahuan yang memenatkan. lantas dia berkata; "kan ku pukul kau bila nanti balik lagi kesini!" sabar kawan, aku belum selesai, ah, bahkan baru mulai... tuan-tuan yang baik - tuan poe atau tuan-tuan yang se-profesi dengannya - hanyalah seorang pesimistis lumrah yang tertarik pada kehororan perang dalam sudut-sudut pandang apresiasi tertentu - reduksi tertentu - lalu jadi beberapa novel detektif - atau novel-novel misteri yang menyembunyikan beberapa teori konspirasi di balik kalimat-kalimatnya yang membuai - seduktiv - provokativ - sinting! terima kasih! dan tuhan serta dewa-dewi yang aneh ini akan selalu tertawa bersamaku setelah berpuluhbahkan beratus abad diperlakukan dengan sangat kaku - sri baginda - dzat yang maha blablabla - sang hyang tralalalala - bapa - the sun of god - apapun julukannya - sebanyak apapun itu - 7 tetap tidak menghilangkan rasa kesepian mereka - maka terciptalah aku - entah dari apa - seseorang yang diciptakan untuk tidak melakukan apapun kecuali menemani mereka - menjadi sahabat di kala sepi - temen curhat - saling mengapresiasi - minta rokok - pinjem duit buat bayar kost-an dan utang ke warung tegal - tukeran kolor - hingga saling toyor kepala - dan hampir selalu di akhiri dengan tertawa-tawa - tidak lagi terbahak - bagian itu sudah kami lewati - tidak lagi "hahaha" - atau "ha.ha." - tapi bahasa jiwa yang teramat hening bila di dengar di sisi lain kompleksitas general tadi. tuhan yang baik! begitu biasanya aku menyapa. dewa-dewi yang baik! belikan aku mekbuk - agar aku bisa mendesain pesenan 'arsy-mu yang baru sambil nongkrong di warung-warung mewah bertitik panas dan bergadis sexy - agar aku bisa lebih banyak mendapat inspirasi untuk mencipta mantra-mantra baru untuk kalian - kalian sudah bosan kan dengan mantra yang itu-itu lagi - "jadilah! jadilah! jadilah!" - disamping aku juga sudah agak meragukan tingkat ketepatan takdir - kecuali ada beberapa takdir menyeruduk dari luar takdir yang kubuat - bagaimana kalau mantranya begini; "goyang-goyang-goyang pantat - cairlah - hindarilah kemelekatan - bayangkan sebuah sungai yang mengalir di angkasa - ada bidadaribidadari sedang mandi - jangan sembunyikan pakaian mereka - sebab instant karma terjadi begitu saja - refleks - hanya sampai di sumsum tulang belakang - tak sampai ke otak - tak mampu kami cegah - lalu setel radiohead keras-keras" - ;p :D kompleksitas general: bilangan kompleks memiliki dua cabang turunan; bilangan real dan bilangan khayal bilangan khayal adalah bilangan yang tidak mungkin seperti akar minus dua bilangan khayal tidak memiliki turunan bilangan real memiliki dua cabang turunan; bilangan rasional dan bilangan irasional bilangan irasional tidak memiliki turunan bilangan rasional memiliki dua cabang turunan; bilangan bulat dan bilangan pecahan bilangan pecahan tidak memiliki turunan bilangan bulat memiliki dua cabang turunan; bilangan negatif dan bilangan cacah bilangan negatif tidak memiliki turunan bilangan cacah memiliki dua cabang turunan; bilangan nol dan bilangan asli bilangan nol hanya nol dan bilangan asli memiliki dua cabang turunan; bilangan prima dan bilangan komposit 8 coba lihat bilangan-bilangan yang tidak memiliki turunan - lantas kemana turunan-turunannya? sekompleks inilah maksudku tentang kompleksitas general. 30 abad, mas? cukup? terlalu lamakah untukmu? atau, ah... waktu hanyalah rekaan kecil mereka untuk mempersempit pikiran kita dan ruang adalah ide besar mengenai cara hebat membatasi ide. masih ada hal-hal yang lebih besar lagi ketimbang itu, ketimbang hal-hal yang bahkan belum terpecahkan. bukan hanya di "se"balik garis kematian, tapi di balik kompleksitas general tadi atau bahkan di sisi-sisi lain yang tak penah terkirakan - tak hingga - di luar ambang-ambang batas... mad"yeech"reject. option. deleted. ha.ha. aku, disini, di tengah malam ini terdiam kembali - nyengir jail bersama mereka; tuhan dan dewa-dewi merencanakan produk-produk canggih di masa depan - anarkisme instant dalam kemasankemasan anti plastik - kemasan recycle-able - di 30 abad mendatang membentuk semesta tanpa carut-marut - tanpa harut-marut - tanpa habel 'n kain - bahkan tanpa kitab-kitab suci ketika intuisi tak lagi berarti tak perlu tingkat-tingkat athman-monage-buddha-syariat-tarikat-hakikat-marifat-sudra-waisya-ksatria-brahmana-atau kebanyakan konsep yang setara dengan konsep-konsep ini - bahkan atheisme - hanya akan menjadi suplemen renyah-lucu-menghibur-bikin ngakak. bersama satu nama (aku paling suka dengan nama ini) ALALAHA yang merindu abadi pada semesta dan utopia dan diantaranya yang tak ter-(maaf tak ada bahasa untuk ini). kira-kira begitu. tuan-tuan yang baik yang hidup di 30 abad yang lalu, sedemikian sehingga aku kembali pada 9 30 abad sebelum masa tuan-tuan sekarang - persis seperti interfase - atau menurut bahasa tuantuan; 3 bulan? - berarti sekarang aku berada diantara masa 1000 b.c. - 8000 a.d. - dan waktu sebanyak ini hanya kugunakan untuk interfase - hanya untuk interfase! nah, begitulah... 10 Chapter Two (Kenapa? Episode IV)? Kenapa? Sebab mungkin aku tak pernah menuliskan episode pertamanya atau episode kedua tidak layak dibaca oleh orang lain atau lebih mungkin episode ketiga membicarakan tentang disebalik garis kematian juga –yang pada akhirnya akan sama dengan episode keempat, padahal aku selalu menulis begini: EPISODE IV. Kenapa? Sebab di episode pertama aku menuliskan sebuah puisi dalam setiap hirupan nafasku. Kenapa? Sebab di episode kedua aku bercerita tentang aku –he.he. terimakasih!- dalam episode. Kenapa? Sebab episode ketiga aku menulis tentang sebuah mainan elektronik yang di belikan ibuku yang membuat aku tetap diam dan menghentikan gravitasi-rotasi bumi-bermain jelangkung-teriak-nangis(hiks.hiks.)-terbang-melayang-menembus bintang-menari-nari di atas langit dengan beribu pertanyaan tentang cara menari yang baik...Tuhan!Dewa-Dewi! Sekira-kira isinya sebagai berikut: Episode I. Bandung, 16 November 2K Sebenarnya tak ada kata-kata Selalu tak ada kata-kata Sepertinya peti mati telah membawanya ke sebuah sisi Yang sudah tidak memperdulikan lagi masalah simetri Hingga kurvapun, apa peduliku? …(lalu disini aku menghitung hirupan nafas dan segala cerita tentang hitungan, tak perlu kutulis) Tapi setiap kali sebuah puisi tercipta Aku selalu mati Dan perlu sebuah puisi untuk menghidupkanku lagi Adakah akhir? –sebenarnya aku tidak bertanya pada siapa-siapa tetapi menghitung kembali 11 setiap hirupan nafas yang selalu menerjemahkan berbagai kerlingan mata setiap orang pada mataku. Episode II. Bandung, 16 November 2K 16.03 …aku bertanya kepada seseorang, “Apakah embun itu yang menggelayut di daun?” Jawabnya adalah, “Kenapa kau bertanya seperti itu?” Aku lari dan marah …(lalu ada cerita disini tentang angka-angka, hitungan-hitungan tak masuk akal, jutaan tetes embun setiap pagi dan menjelang…? –seringkali aku bertanya tentang nama-nama waktu) …apabila leher terjerat dalam kondisi panjang tambang yang menjerat semakin kecil, matikah kalian ? “apakah embun itu yang menggelayut di daun?” Episode III. Bandung, 22 November 2K Quiet! You’ve stolen my arms. Now My Heart’s dying-extremely dried-gurun-micro wave-autumn in Japan. Seketika tiba-tiba hampir saja bumi terdiam mengulurkan lidahnya menjilati sekujur tubuhku-basah kuyup-cuci baju-masuk angin-dikerokin-setetes embun-dingin-decolgen-hatsi… Kembaranku ada di sana bersama eksotikadotkom-Agus Suwage. Lalu Ugoran seperti meneriakan doubleudoubleudoubleudotshockmylifedotcom di sebuah panggung cyber space dan aku terdiam seperti kelam mengantarkan hangatku pada gadis kecil yang sedang memainkan boneka elektroniknya “mama…mama…” Aku diam kembali menggosokan tarian jiwa itu di sekujur… dst… dst… (karena lebih jauh lagi aku begitu cengengnya meskipun aku terus berhitung) ... Begitulah! Hingga pada saatnya aku menciptakan yang keempat yang merupakan bagian yang terpisah dari itu semua dan bahkan tak ada satupun dari itu semua yang menjadi bagian-bagian yang merupakan satu kesatuan utuh. Hingga pada saatnya suara-suara mendengung itu mulai menunjukan tanduknya yang akan segera menghunus bagian-bagian tubuhku – aku ngeri sekali dengan darah – dalam sekali seruduk. Padahal setumpuk tahinya kutemukan tadi sore di sebuah 12 keanggunan seekor waktu yang mengaum dimakan lele-lele yang meloncat-loncat kegirangan menemukan tahi menumpuk sebanyak itu. Dan… yang paling kupentingkan adalah dialog seperti ini hingga suatu saat kutemukan beberapa kata yang paling penting dari Episode IV-ku; S-isms, LOL w/ GOD, Interfaseku, Seringai Tuhan untuk S-isms, dan tahun-tahun antara 1000 b.c. – 12000 a.d. Tahun-tahun Antara 1000 b.c. – 12000 a.d. 1000 b.c. Saat ini aku dalam keadaan bayi utuh, menyentuh sebagian pedang yang suatu saat akan dipakai Alexander dan melumatnya. Lantas memuntahkannya kembali menjadi serpihanserpihan logam. Kemudian kembali dilebur dan ditempa menjadi pedang dengan kualitas yang lebih baik, sehingga cukup layak digunakan Alexander untuk semua perang yang dihadapinya. Ada ingatan masa depan (kalian biasa menyebutnya ramalan) tentang Alexander yang tak jadi menyeberang laut dari India karena sakit, lalu anak bungsunya melanjutkan penyeberangan itu hingga mencapai Sumatera, menciptakan peradaban minang di Sumatera Barat dengan nagarinagari beratap kepala kerbau. 3 bulan kemudian… (yang berarti 2000 a.d.) Saat ini Tuhan belum sempat tertawa sebab keheningan sejenak di ruang sidang MPR sempat membuat sebagian atau keseluruhan telinga Tuhan melesak. Akupun tidak ikut tertawa sebab tak lucu. Dan kalaupun lucu aku mungkin hanya tersenyum. Di saat yang sama, Dewa Janus malah tertawa-tawa bersama Tuhan sebab ini jarang sekali terjadi dan sudah lama ditunggu-tunggu mereka. Pekerjaan ini hanya terjadi 1000 tahun sekali, mengganti millenium, dan millenium kali ini betul-betul menarik. Sepanjang tahun langit cerah dalam persepsi maupun sensasi setiap jiwa-jiwa yang melenguh. Ketika film End Of Days dan wacana Y2K menyeruak, setiap orang percaya bahwa tahun ini adalah awal Millennium ketiga. Di awal tahun hampir setiap orang di seluruh dunia bahagia ketika Dewa Janus membiarkan jarum penunjuk detik melewati angka 12. Aku yakin begitu sebab Tuhan yang langsung bicara padaku. Satu detik setelah itu aku meloncat ke… 13 5000 a.d. Aku biasa saja dan sungguh sangat normalnya. Seperti yang kau lihat saat ini dengan mata 2000-mu. Sehingga aku tak perlu mencatat apapun yang terjadi sekarang. Seluruh ingataningatan itu sedang kausaksikan sekarang dalam rupa tubuhku di berbagai format, kau tinggal mendownloadnya. Tak perlu repot dengan playernya, vcd versi 2.0 pun bisa memutarnya, media player classic juga masih bisa memutarnya, meski gambarnya tidak sesempurna DVD, tapi aku sedang memikirkan untuk membagikannya dalam format DVD. 8000 a.d. Di sinilah aku sebenarnya harus hidup dan mengajakmu bermain sandiwara sambil sesekali menghisap sebatang daun kopi yang sudah dikeringkan seperti ganja pada tahun 2000 a.d., agar kau tahu bahwa itu tak dosa, sebab seperti sering sekali kukatakan bahwa dosa telah tiada. Kasih, ayo bangunlah agar kau tahu aku mati. Sebab di sebalik garis itu sudah kutemukan di sini. Hantu-hantu itu sudah kutangkap di sini. Aku ingat kemarin saat 13 Februari berarti hari Selasa Kliwon kurasa, aku menjemput sebuah permainan gerbong-gerbongan bersama hantu-hantu itu. Awalnya kita diundi dan yang kalah harus jadi lokomotif. Dan kebetulan –meski aku tak percaya kebetulan- akulah yang kalah. Kita menyusuri rel kereta hingga sampailah aku di Yogyakarta jam 14.53 tepat. Gateauxlotjo menjemputku dan mainan-mainan itu. Aku setengah kaget ketika sampai sebab scarf yang biasa kupakai bila udara dingin tertinggal di atas sebuah koper keleluasaan di kota tadi –aku pikir mungkin Bandung. Hingga satu hal bahwa waktu cepat sekali berputar di Yogya. Hingga belum kulewati jarum menit, jarum detik segera mendahuluiku sampai seribu kali atau lebih di –selalu perempatan jalan itu. Dan selalu pula di perempatan jalan itu aku ditendang kembali ke tahun 1000 b.c. dan selalu harus kumulai lagi interfaseku. 12000 a.d. Tuhan Dewa-Dewi seperti tertawa bergelak-gelak hingga menghabiskan 3 galon air mineral, padahal dia hanya menyeringai… Lampiran I. 14 Tabel 1. Soal (Isilah Titik-titik Dibawah Ini Dengan Kekuatan Intuisimu!) Menitik Menoktah Membanjir 2 … daging asap jembut … … adam … 86 9 cuka semut … titik aku Mati … 213 mama … lelana noktah … Kancah Tabel 2. Apa yang akan kau lakukan ketika ibumu meninggal? (Pilih A atau B!) A B 1234567890 !@#$%^&*() neorippleraygunblocknotajaibkunc iposmohaiteenellebazzarelisabetha rdensiapakahaku episode_IV@yahoo.co.uk kusudahi ataukuakhiri? ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWX YZ LiberteEgaliteFraternite 235711…08562125281ataukeliru crackeggsdeadbirdsofpreyflyinghigh matrixmatrikulasi doadandosadandosis Howmuchicansaywhatfuckoffinevercar eneitherdoi Lampiran II. Grafik. 1000 b.c. 2000 a.d. 5000 a.d. 8000 a.d. 12000 a.d. I____________I____________I___________I____________I interfase now-you now-me my-brain seringai Tuhan untuk S-isms Lampiran III. 15 Hitungan-hitungan. setiap 60 kali 60 kali 24 kali 365¼= 31557600 itu hanya jumlah detik dalam hidupku selama satu tahun… 1 kata = lahir dari hirupan nafas seberapa detikku = sebuah kata beberapa juta kata ~1 kali bumi berevolusi beberapa kata = segelintir puisi beberapa juta puisi = selama hidupku limatahundelapanbulanenamharitigajamenammenitduapuluhempathinggaduapuluhsembilandetikumurku lipatanselembarkertasukuranfoliolegalmembujursimetristerciptaselembar(ataudualembar)persegipanjangselisiha ntarapanjangdanlebarnyasangatbesarlaluakumenyilangkankedualembartadihinggaterbentuklambangtambahlalu dibakar beberapaributetesembunyangkitalihatsetiappagi-banguntidur-mandi-gosokgigi-kopirokoknuansapagidikalikandengandetakjantungpagiitu= sederetangkayangmengatakanberapakalimembuatkesiasiaansetiappagi episode_IV@yahoo.co.uk lalu aku akan membakarnya dan lalu membuang abu-abunya bersama bunga kemboja di sungai belakang rumahku, terimakasih 2,55 m tambang karamantel menjerat leher diameter antara 30-33,2 cm (2,55 m – ( 22/7 x 30) = 91.7357142857142857142857142857143) (2.55 m – (22/7 x 33,2) = 101.792857142857142857142857142857) Panjang sisa tambang = 91.7357142857142857142857142857143 hingga 101.792857142857142857142857142857 God + Gods + Goddesses = Love + Sacrifice + (Insanity)2 (Tuhan + Para Dewa + Para Dewi = Cinta + Pengorbanan + (Kegilaan)2 aku diam kembali menggosokan tarian jiwa itu di sekujur binar hatiku “mama… mama…” diam, hening sekelebat cahaya sedesir angin mengantarkan jawaban ibuku a-ku rin-du A-K-U R-I-N-D-U akhirnya aku berteriak “Ibu…!” halilintar menggelegar 16 kilat bersambaran sebentuk kabut menari meliukan sosok hologram ibuku menyentuh rambutku tanganku membelai kosong hangat sekali tiba-tiba… tak ada apa-apa semesta kembali terdiam yang kudengar hanyalah bahasa jiwa yang amat hening dialog intim antara seorang anak dengan ibunya … selesai sudah babak pertama babak kedua dimulai dengan diam lalu mengaum dan diam kembali … tak selesai tak selesai harus kuteriakan kembali halilintar dan kelam-malam-astaga-simpanlah ini di hatimu jambangan bunga pecah pigura kaca potret seorang tua pecah intuisiku menyeruak dengan sebuah senyuman singkat mimpi keabadian I miss my MOM I miss my GOD I missed, quietly Thank’s…! Lampiran IV. I. Apa yang akan kau lakukan bila ibumu meninggal? 17 1. bunuh ayahmu 2. cari orang tua angkat 3. intip ketika mereka bercinta 4. onani 5. bunuh keduanya seusai orgasme 6. cari sebuah dadu Tentukan hidupmu dengan dadu! II. Apa yang akan kau lakukan bila ibumu meninggal? a. cari sebuah dadu1 b. tulis poin-poin berikut: 1. menangis sekeras-kerasnya 2. perkosa seorang gadis 3. pecahkan piring 4. bunuh diri 5. ngupil 6. jalan-jalan ke pantai c. kocok dadumu, lemparkan dan lakukan kegiatan sesuai dengan nomor yang keluar d. jadilah anak yang baik bila no. 4 tidak keluar e. usahakan keluar dari penjara bila yang keluar no. 2 (pemerkosa sangat diperlakukan seperti binatang di penjara, baik oleh petugas ataupun oleh sesama tahanan) f. lakukan hal secara berurut seperti pada point I. III. Apa yang akan kau lakukan bila ibumu meninggal? Ya, Tuhan! Ya, Tuhan! Ya, Tuhan! IV. Apa yang akan kau lakukan bila ibumu meninggal? - cari sebuah dadu - jadilah pelawak V. Apa yang akan kau lakukan bila ibumu meninggal? ===Lihat Tabel 2. Lampiran I.=== Chapter Three (Kisah-Kisah Pra-EPISODE IV) 1 18 Ada apa di sebelah sudut satunya? (Saat itu aku sedang membayangkan akan seperti apa lagu baru dari Radiohead yang katanya akan dirilis tahun 2000 ini. Apakah akan kembali pada hentakan grunge rock seperti pada album Pablo Honey atau kembali dalam dan depresi seperti pada album The Bends atau menambahkan eksperimentasi suara yang lebih sinting daripada album OK Computer?) Seperti halnya aku pernah menulis puisi berjudul Lobi lobi , itu lama sekali. Perubahan puisi dari satu gaya ke gaya yang lainnya terjadi begitu cepat dari semenjak pertama kali aku menulis puisi pada umur 17 tahun. Lobi-Lobi adalah puisi pertamaku, kemudian menyusul puisi-puisi lainnya hingga 23 puisi selama 3 bulan dan lantas kubukukan, kuberi judul Closet, sub-judul Kumpulan Puisi Picisan Karya Penyair Edan, difotokopi, disampul seperti diktatdiktat sekolahan, kubagikan pada teman-teman. Dan gayaku lantas berakhir pada wilayah schizophrenic dan absurd. Seperti yang akan saya ceritakan pada bagian-bagian selanjutnya. Hal ini seperti keinginan yang menyeruak terus menerus dan tak bisa dihentikan meski ada bergumpal-gumpal halangan. Penyebabnya hanyalah satu: dendam atas kehilangan Samantha dan Babak-babaknya. Bukankah pernah kukatakan bahwa di sebuah keinginan lain ada kekeliruan yang menyeruakan keinginan lain. Seperti aku ingin mengubah diriku menjadi Semar – Siti Jenar – Gatolotjo – Nietzsche – John – Malkovich – Fiktif – Gairah Yang Meluap – Tuhan – Satu-satunya Tuhan – Dewa-Dewi. Lalu kubunuh beberapa ego disini, menjadi Samantha yang terpecah pecah, menjadi Eva, If, Truly, dan The Blonde (Si Pirang ) serta beberapa wanita lainnya yang akan muncul di bukubuku selanjutnya. Awalnya aku membuat Samantha Story sebanyak 5 babak. Tiga belas episode untuk setiap babak. Begini, tiga babak terakhir dari Samantha Story menghilang. Aku mengalami kegelisahan dan writer’s block selama setahun dengan kemarahan dan dendam yang meluap-luap. Lalu 19 kupaksakan membuat kumpulan puisi lainnya seperti Samantha Story, tapi kuberi judul My- Own Stories dengan putus asa yang meninju ninju benak dan rasaku. Kegelisahan yang diwajarkan oleh sebuah netralisasi – penggaraman – menambahkan satu sachet Nutri Sari kedalam satu galon Aqua. Aku gagal, tak pernah terpikir lagi seperti tiga babak terakhir itu. My-Own Stories hanya tercipta 2 babak. Lima episode untuk tiap babak. Meskipun aku merasa bahwa karya ini tidak sehebat Samantha Story tapi kemudian aku menemukan sesuatu di Episode IV babak kedua. Karya ini mengalami pengembangan yang tidak terduga sebelumnya yang kemudian menjadi awal dari sebuah novel yang sedang kubuat ini. Episode IV Iah yang mungkin sanggup menahanku untuk bunuh diri kembali sebab telah kutemukan Don Quixote dalam diri Don Miguel Cervantes, Zarathustra dalam Nietzsche, Frankenstein dalam Mary Shelley, Ibn Hakkan Al-Bokhari dalam Borges dst... dst... Aku dalam Diri-Ku, sangat mungkin. Aku dalam Diri-Ku adalah keinginan keinginan mendasar seperti Agnes dalam Kundera atau Dhimas dalam Supernova. *** Beberapa Samantha yang terlepas dari babak babaknya; 20 Menghilangnya Sebuah Dosa Darah tercecer Dari rahimku Darah tercecer Dari mulutku Darah tercecer Dari rasa kasih tanpa makna (Aku menguap) Darah tercecer Dari keengganan berproses Darah tercecer Darah tercecer Kelam menusuk lambung Aku hilang lapar dan limbung Aku memaknai dendam sebagai cahaya Darah tercecer Dari hina dari tawa Samantha :"Aku mengandung, Joey." Joey :"Benarkah?" Samantha :"Sungguh! Apakah kau senang?" Joey :"Tentu saja sebab akan ada pembunuhan baru!" Darah tercecer Darah tercecer Dari kandungan Dari janin suci Darah tercecer... 21 Bandung, 21 Maret 2000 *** III. Samantha sedang mengalunkan sebuah dusta diantara selangkangannya Lalu menyembur seonggok bayi Mengaum Meneriakan lagi dusta Samantha Aku tak ingin lagi melihat Sampai seberapa buruk wajahku menatap keindahan Dusta Samantha. IV. Samantha sedang bercinta dengan diam Ketika kuceritakan tentang laut Dan gelombang samudera Tak kukatakan diam Samantha padamu Sebab keheningan hatinya Membuatku menjadi mati. V. Aku kutuk kau menjadi bidadari Agar kau tak rayu aku lagi, Samantha! Dengan senyum busuk ragumu Biar kau terus berdusta padaku Memohon Mematahkan ranting ranting Membunga Aku kutuk kau menjadi bidadari Lalu kupuja Dengan dada Menghuni sujud Diantara dua keangkuhan. Bandung, 22 Januari 2001 *** Sekelumit kering tertimpa cahaya bulan 22 Aku menatapnya dengan hanya seonggok debu Berlinang kesakitan yang menapakkan tubuhya Di balik jari jari peradaban Sekelumit kering Kutatap hanya dengan seonggok debu Mengantar paruh tidurku Terlena cahaya bulan Melinangkan darah diantara kaki kakinya Lelah aku diatas kubur ini Yang sebentar menarikku Kedalam curahan cinta sucinya Sekelumit kering Memintaku untuk mengalah pada waktu Yang kian merajaiku dengan dendangan detaknya Aku jadi mengering Dengan sekelumit kering Membimbingku menyatakan gersang Pada salju terbungkus awan hitam Menggumpal menjadi tanya Yang kujawab dengan pertanyaan tentang cinta suci Kemboja putih Senandung daun, rintik rintik rindu Ban dupa menyengat Hitam kelam Kau akan segera pergi, Samantha? Bandung, 22 Januari 2001 Beberapa Samantha Yang Berhasil Diselamatkan Yang terlepas lepas itu kucoba satukan menjadi babak babak baru tetapi tak kunjung berhasil. Entahlah! Berbagai cara telah kucoba... Inilah satu satunya solusi mungkin untuk kembali ke 23 awal abad yang kau pijak sekarang, selain mungkin kelelahan beberapa orang untuk menghuni kembali sujud sujudnya. Aku mungkin akan sedikit mengulas sedikit watak watak Samantha dalam beberapa fragmen dari dua babak awal yang masih ada yaitu Babak I dan Babak II. Naskah ini kutemukan masih dalam tulisan asli tanganku, dan sudah banyak merobek dan lusuh disana-sini dalam sebuah lemari di kamar temanku. Dan hanya ini yang berhasil kuselamatkan, sebab banyak episode-episode yang hilang entah kemana serta beberapa sudah tidak bisa dibaca, meskipun begitu kupikir hal ini cukup untuk sedikit mengenal watak samantha dan setiap metode bunuh dirinya dalam setiap episode, ini penting sebab Samantha akan menjadi tokoh utama dalam karya-karyaku selanjutnya. Babak I: Episode II Samantha Teriak (Sekuel Samantha) Samantha kembali berteriak "Joey, aku ingin mati." Joey balas berteriak "Matilah! Aku tidak peduli." Samantha bergumam "Baiklah, aku akan mati tapi indah dan kau ikut." Joey balas bergumam "Samantha, aku tidak kenal kau yang sekarang. Lantas, siapa kau?" Joey mendekat Samantha merangkul bayangan Joey Samantha berteriak di telinga Joey "Aku Ruh Kematianmu! " Joey meninggal dunia dalam rangkulan cinta Samantha Joey mati muda Samantha teriak 24 "Joey, jangan mati!” Bandung, 20 Mei '99 Tengah Malam Episode IV. Celetuk Burung Beo Betulkah bambu jadi pentung jadi suara Betulkah malam jadi kalam jadi salam Betulkah subuh jadi tabuh jadi ruh Betulkah siang jadi radang jadi karang Betulkah pagi jadi mimpi jadi mati di pagi hari Aku, beo, Mati. Bandung, 21 Mei '99 Lewat Tengah Malam Episode VII Samantha Sendiri Ini aku, pikir sebuah novel ternyata bukan Ini Samantha Story And Joey has passed away Aku, Samantha, menangis Berang mataku Di atas kuburmu Kulecutkan bibir kemaluanku ke atas nisanmu Kukecup kau Joey, aku menggelepar Kupicu pistol airku, menyemprot braku Aku hampir orgasme Kutembak kau, Joey! Mati kedua kali ketigakeempatkelimakeenam... 25 Aku orgasme, peluh,desah,nikmat Mati! Joey! Yes, Sweetheart! Where are you? Aku di atas kematian kejantananku Tepatnya? Aku jelas mati. Oh! Joey aku gila, aku bicara sendiri Aku tidur kelelahan di atas kuburmu, bugil Bulu buluku tertidur Braku tertidur Kemaluanku terus meminta penetrasi, dalam dalam, Joey! Oh, Joey! Aku mimpi orgasme terus menerus Denganmu Yang mati. Bandung, 21 Mei '99 Lewat Adzan Isya' Episode XI. BallPoint Blood ? ? ? ? ? ? ? ? ? Darah bercucuran Menulis kata menulis kalimat menulis cerita Kematian Dan Mati! 26 Bandung, 22 Mei '99 03.00 Babak II Episode II Samantha Khayal Aku hidup hanya sebentar Dan mati kembali Sebab Aku masih khayalan dalam mata Samantha Keegoanku kembali memuncak Dan orgasme tak berkesudahan Aku masih Joey dalam mata khayal Samantha Aku gila! Aku bunuh diri Dan Mati Bandung, 23 Mei '99 23.30 Menjelang Tengah Malam Episode VI. Dan Tiba tiba..., Samantha Dan tiba tiba waktu berubah menjadi tarian Tarian jingga penari nakal Tarian hidup awan awan tak berakal Tarian jiwa pohon pohon siklikal Sudahlah! 27 Hentikan omongkosongomongkosongmu itu, Samantha! Hentikan penantian busukmu itu Ayo! Menarilah Ikut menari Menari bersama mentari menari meliuk bergoyang memeluk angin angin kesucian mu Hai, Perawan! Jagalah sucimu dari masturbasi bersama khayalan kosongmu itu! Ayo! Menarilah bersama waktu Ikuti gerak geraknya! Samantha terdiam di pojok ruangan terduduk merenung dan tiba tiba... Waktu berubah menjadi mati Sebab tarian tak lagi bergerak melenggok Tercengang melihat pandangan sinis Samantha Dan Samantha pergi ke alam khayalnya kembali Memulai pertunjukan kematiannya Dan tiba tiba waktu berubah menjadi tarian. Tarian kematian dan Tiba tiba semua mati. Bandung, 24 Mei '99 04.15 Dini Hari Menjelang Shubuh Episode XI. Kelopak Abadi 28 Kamar berbisik pada gelas kotor yang tergeletak. Mencurahkan kemantapan kata katanya pada sekian penghuni bisu di rengkuhannya. Indah cerita hidup penidur yang bermimpi kenyataan berkhayal. Lama terpejam, katanya, membuainya bermimpi. Memimpikannya. Keangkuhan sosok tergolek berkelopak mata lebar menutupi seluruh bola bola matanya. Lalu kamar berteriak bangun pada sang penidur seraya melemparkan gelas kotor. Sang penidur terkejut bangun, sebentar menggeliat, mengerjap, dan tidur kembali. Kamar berteriak teriak. Kosong melanda kesunyian. Hanya sang penidur yang bermimpi tertidur di kamarnya yang ribut dalam ketenangan abadi. Kamar menangis. Air matanya membanjiri kemaluan sang penidur. Hingga kamar mati. Dan kelopak abadi pun tak kuasa menahan mati. Februari '98 Episode XII. Dua Dua Kali Kau Menatap Sampul depan rokokku, mati! Dan kau menyeringai, sekali Sekali lagi walau sekali lagi Aku ingin katakan Bahwa ruang telah tiada Dan cinta telah terlepas, menabuh Menggeliatlah hari harimu Karena waktu baru bangun dari tidur panjangnya Sudahlah! Mari kita bunuh kecewa Atau ranjang kita bakar Atau kau sendiri bunuh cintamu Sudahlah! Mati sajalah! Mati. BIP Bandung, 18 Mei '99 Episode XIII. (Epilog) Sebuah Empati Untuk Samantha Buku buku berserakan 29 File file dalam komputer sudah saatnya di-defrag Dan Samantha sedang bersuci di kamar mandi Sehabis bermasturbasi dengan suara suara dengung kegagalan ego Dan kurasa kepedihan masih membekas dalam air mata kemaluannya Tanpa celana dalam dia akhimya susuri jalan menuju rumah kematiannya sendiri Berharap mati Karena frustasinya semakin menjadi Ah, Samantha! Jangan biarkan aku menangisi kepergianmu Sebab aku tak akan menangis Air mataku sudah habis kau serap Jadi kau tak boleh mati Sebab angkasa tak lagi sanggup menciptakan kau Sebab kau adalah ruh cinta ruh jiwa ruh dunia ruh keabadianku Sebab kau adalah dewi bagiku, aku memujamu Jadi bersemedilah dengan tubuh telanjangmu Carilah kembali jati sejatimu Jadi kau tak mati Sebab kau tak boleh mati Samantha, meski aku sedih Kau tak boleh menjadi jadi Kau tak boleh mati Sebab tak kuizinkan kau mati! Bandung, 23 Mei '99 04.45 Menjelang Shubuh Chapter Four (I Wanna Make Love W/-whom?-U?) 30 Aku pernah mengenal beberapa penulis, kebanyakan penulis essay, cerpen, atau puisi. Ada salah satu penulis yang paling kukenal bahkan teramat dekat denganku. Beberapa waktu lalu dia bertemu denganku di sebuah langit berbuih (kau bisa membahasakannya dengan istilah “beer”) dan sketsa-sketsa malam yang berwarna-warni (kau mungkin biasa menyebutnya ganja, atau marijuana). Dia seorang wanita yang sangat (kalau boleh kukutip Baudrillard) seductive. Atau kalau kukutip Gateauxlotjo; libidinal. Boel menyebutnya tubuh yang cerdas. Aku bertanya padanya, ”Kau lebih sepakat dengan teori Geocentrist atau Heliocentrist?” sambil membayangkan sebuah dialog imajinatif antara Copernicus dan Galilei. Dengan tegas “gadis” itu menjawab, “HELIOSENTRIS!” Cukup! Tanpa harus bertanya lebih lanjut pun aku sudah bisa memutuskan. Wanita ini yang kucari selama ini, kata salah satu benak yang mulai mengurai beberapa wacana ambiguitas kekesalan. Mereka defrag beberapa kembaran ideologinya. Wanita yang lebih memerlukan bumi ketimbang matahari, bagiku, tak lebih dari sekedar wanita pesolek dan mempunyai high-fuckin’-seduction dengan otak berisi busa dan kecambah. Apa bedanya dengan barbie-barbie balon dengan fasilitas vibrator di vaginanya – kalau beli hari ini bonus satu tube minyak lubricants anti kuman untuk masturbasi dan analsex. Selebihnya aku akan memperkenalkan wanita penulis yang helio-mania tadi dengan nama yang selama ini kita kenal lalu mentransformasikannya ke dalam sebuah gerhana seks total. Aku tidak tahu nama aslinya, tapi dia sangat exist dengan dengan nickname Enny Arrow, lebih terkenal daripada Toer, Nietszche atau bahkan Gibran sekalipun saat itu. Hampir setiap orang pasti pernah membaca karya-karyanya, meski tak seorang pun tahu siapa penulisnya. Transformasi yang kubuat untuknya merebut satu parsial keindahan dari tubuhnya. Hanya itu! Aku bisa mengatakan bahwa dari perspektif fisik tampilannya biasa saja dengan cashing yang 31 sederhana, seperti ketika kau harus memilih antara body nokia dengan ericsson, kau pasti memilih nokia. Nah, dia itu kurang lebih ericsson. Kecerdasan yang dimiliki ericsson saat itu bisa dikatakan lebih mapan ketimbang nokia. Mempunyai idealisme yang tinggi serta lebih menonjolkan fungsi ketimbang body. Tapi ada kecerdasan lain yang dimiliki Enny yang tidak dimiliki mobile-phone manapun (atau wanita manapun). Dia memiliki kecerdasan tubuh! Harus dibedakan antara body sexy dengan body sexist. Jadi bila kau menyuruhku memilih telepon genggam (atau wanita) maka kupilih Enny, setelah Ericsson. Helio atau matahari, yang tediri dari atom-atom helium, hasil dari fusi inti atom hidrogen diantarkan berupa gelombang-gelombang foton yang akan terurai menjadi warna pelangi saat mengalami interferensi gelombang pada sore hari sehabis hujan yang menghabiskan awan di barat laut pada bulan januari. Dari beberapa literatur konservatif, kitab suci Semitisme dan sedikit literatur post-modern, kita ketahui bahwa malaikat diciptakan dari cahaya. Para newtonian dan beberapa einstein-minded mengatakan bahwa cahaya bergerak dengan sangat cepat sehingga mata kita hanya menangkap titik awal, misalnya matahari, dan titik akhir, misalnya objek batu di tengah lapangan base ball. Mereka juga percaya bahwa apabila kita bergerak dengan kecepatan yang sama dengan cahaya maka kita akan bisa melihat cahaya itu. Enny adalah, dipercaya sebagai, seorang malaikat bagi penggemar fanatiknya, seperti misalnya aku. Layaknya cahaya, siapapun hanya melihat titik awal, yaitu nama “Enny Arrow” itu sendiri, dan titik akhir, yaitu karya-karyanya yang penuh dengan gairah dan lendir. Perlu waktu yang lama bagiku untuk mengimbangi velositas pergerakannya agar bisa melihat wujudnya. Hingga saat itu aku bisa bertemu dan berdialog intim dengannya. Aku percaya bahwa kekuatan itu, semuanya, terletak di dalam otak dengan konsentrasi yang penuh, berlatih dengan tekun dan mentransformasikan tubuh menjadi se-sifat cahaya, lebih halus dari para elf yang menduduki hutan sancang, lebih halus dari jin yang tercipta dari asap-asap dupa. Otakku memerintahkan seluruh molekul yang ada di tubuh untuk merenggang... merubah energi partikel menjadi gelombang-gelombang... meliuk-liuk seperti ketika foton dibiaskan hujan dan 32 genangan air, menjadi pelangi... bidadari sedang mandi… pancuran yang berwarna-warni.... bidadari bermandi gelombang foton... Setelah berhasil menemuinya, aku mengajarkan padanya bertransformasi tubuh menjadi sesifat manusia, menjadi padat, melekat, menerima gravitasi bumi. Tapi beginilah jadinya, seperti yang telah kukatakan tadi, setelah dia berhasil bertransformasi, hal itu hanya merebut satu parsial keindahan dari tubuhnya (sama ketika kau melihat Jin yang bertransformasi tidak sempurna dan kita menerjemahkannya sebagai hantu tanpa kepala), kemudian mengantarkan Enny pada sebuah gerhana seks total. Begitupun yang dikatakan olehnya setelah aku selesai bertransformasi menjadi sesifat cahaya. Ya, tapi minimal aku mendapatkan beberapa hal penting, yang sebelumnya tak kuketahui; - wanita itu, Enny, heliosentris (berpusat pada matahari atau cahaya) - sangat indah dengan bentuk mobile-phone - kecerdasan tubuhnya tak terkirakan (tak terbahasakan) - titik awal dan titik akhir menjadi kurang begitu penting kalau dia sudah bertransformasi - jangan pernah dimanusiakan sebab akan menyebabkan gerhana seks total - dan mengingatkanku akan meleburnya Siti Lemah Abang menjadi sebentuk cahaya (sebuah koinsiden kontra-melankolis, sebab saat itu aku menyadari bahwa cintaku pada Enny akan segera melebur). Ini hanyalah ingatan-ingatan yang muncul dengan deras ketika aku bercinta untuk pertama kalinya dengan Enny. Selanjutnya tak lebih dari sekedar bercinta dengan barbie-barbie balon dengan vibrator dengan bonus kondom berkepala Lucifer. “Maukah kau bercinta denganku malam ini?” *** A Tribute to Enny Arrow Dia begitu tasty, setiap bagian tubuhnya mempunyai rasa yang berbeda-beda, bibirnya berasa 33 bunga sedap malam seperti aroma massage oil yang membungkus seluruh lekuk tubuhnya, lidahnya manis dan bergerak sekenyal permen Yuppie yang tak habis-habis aku kulum, aku kunyah, rongga mulutnya menggiurkan membuat kelenjar ludahku mempercepat proses produksi cairan yang mengandung enzym ptialin serta beberapa puisi dari Janis Joplin, mengalir terus hingga ke jantung dan meledak tepat di saat wajahnya berada pada engel terbaiknya, memperlihatkan ¾ sisi kanannya seperti Venus saat turun untuk pertama kalinya lagi ke Bumi. Payudaranya berasa asin lembut dan merah seperti cabe muda baru dipetik, agak pedas, membuatku menjilat lagi dan lagi...sedikit gigitan membuatnya menggelinjang, memperlihatkan gairah masokis teredam yang sudah ada dalam fantasinya semenjak kecil. Kususuri terus bagian-bagian tubuhnya, rasanya seperti sungai Nil, begitu panjang. Lidahku terus menyentuh permukaan sungai yang suhunya berubah-ubah sesuai dengan perubahan gairah-gairah dimana selama ini dia sangat sulit untuk menerjemahkannya. Mengalir pelan, lalu cepat, lalu sangat cepat, air terjun, danau, sungai landai, muara, laut... Laut ini berada di vaginanya; seluruh rasa paling enak di Bumi bersatu, tercampur sempurna lantas meledak pada saat laut sedang tenang kemudian menimbulkan gelombang dahsyat yang bisa menghancurkan pulau kerinduannya dalam sekali hantam. Seluruh rasa itu menebar di seluruh bagian selangkangannya, lidahku pun nyaris meledak menikmati rasa yang begitu ramai ini, kompleks dan misterius. Lamaaa sekali... aku mempermainkan lidahku disana, sementara tanganku menggelitiki puting-puting merah mudanya, mencoba menerjemahkan setiap rasa yang ledakannya mengubah segala persepsiku tentang rasa setiap detik, setiap detil... Lantas ada satu rasa bernama Sexy meluntur pada lidahku gara-gara vaginanya menggelinjangkan noktah kesadaran terjauhku akan Nirwana, hingga setiap bulu kuduk berdiri satu persatu nyaris serentak. Aku terdiam, cukup lama, berhati-hati akan sensasi berikutnya yang berisi spekulasi-spekulasi mengenai segala rasa yang mungkin akan kudapatkan lagi. Nyatanya, aku malah tak bisa orgasme, malah mikir terus dan mencoba membayangkan kalo 34 ini ditulis jadi kayak gimana ya... hahahaha... akhirnya, gagal lah orgasmeku malam itu berikut karet penolak kehidupan ini mengganggu sekali...ahahaha... Tapi meskipun begitu, ini adalah persenggamaan terindah dan tersakral dalam hidupku, If-ku tersayang... Chapter Five 4 Metode Bunuh Diri Paling Beresiko Tinggi - Niskala’s Testament 35 Pada pertengahan tahun 1999 saya mulai mengerjakan sebuah antologi puisi fragmentik dari kehidupan seorang wanita. Wanita ini adalah penjelmaan dari entah berapa banyak wanita yang pernah saya temui selama 20 tahun hidup saya. Kejadian selanjutnya sungguh di luar dugaan, Samantha, nama yang saya berikan untuk tokoh wanita dalam antologi puisi ini, memprovokasi saya untuk melakukan rekonstruksi berulangulang atas kematian kekasihnya, Joey. Joey adalah sahabat saya, tinggal di Amerika untuk menyelesaikan studinya, meninggal setahun sebelumnya dan mewariskan boneka sex nya pada saya. Kemudian saya meniupkan sebagian ruh saya untuk membuat boneka itu hidup. Lalu saya namai dia Samantha. Rasa kehilangan atas kekasihnya begitu tinggi, setinggi keinginannya untuk kembali mati dan terus-menerus menyalahkan saya karena memberikannya setengah kehidupan saya. Meskipun saya tahu bahwa dia tahu kalau saya tahu tentang sejauh mana pengetahuannya mengenai keadaan saya setelah meniupkan setengah hidup saya padanya, memberikannya dengan tulus, saya harus menempuh resiko kehilangan setengah hidup saya. Dia tidak tahu bahwa gara-gara hal itu keadaannya dan keadaan saya menjadi sama. Semakin kuat dia ingin mengakhiri hidupnya, semakin terdorong pula rasa saya untuk mulai memikirkan bunuh diri dengan berbagai pembelaan-pembelaan ketika hal ini menjadi awal pembicaraan dengan beberapa teman saya. Suatu ketika mulut saya mengatakan sesuatu dan sepertinya jauh diluar kesadaran saya, bahwa saya akan melakukan bunuh diri pada umur 25. Teman saya mendengar itu dan dengan agak jengah menantang saya untuk benar-benar melakukan hal itu. Perdebatan berlanjut pada berani atau tidaknya saya melakukan hal itu. Dan karena saya penasaran dengan ramalan yang keluar dari mulut saya sendiri itu, meski dia tidak mengetahui akan hal ini, saya tetap berjanji pada nya bahwa saya benar-benar akan melakukan hal itu. Semenjak saat itu tanpa saya rencanakan sebelumnya, saya mengkonversi Samantha kedalam bentuk Novel dan melibatkan Joey dalam cerita novel itu, melibatkan saya, melibatkan beberapa teman, dan melibatkan tokoh-tokoh baru yang secara brilian, mistis dan sedikit pragmatis, muncul satu persatu sepanjang kontemplasi saya selama satu tahun, sepanjang tahun 36 2000, tahun ketika saya berada pada masa kehilangan identitas karena zaman berubah drastis, kebrilianan dan keajaiban tahun 1999 digantikan kecanggungan dan kegelapan tahun 2000, tahun yang disangka banyak orang akan membawa kejutan-kejutan, dan sangkaan itu kemudian menjadi harapan, pada kenyataanya kejutan-kejutan datang dengan rupa bencanabencana maha dahsyat di kemudian hari. Ajaib, Samantha pada akhirnya malah tidak jadi mati meskipun di setiap akhir episode nya selalu diakhiri dengan kata “mati”. Seringkali memang pada episode-episode penting saya mencegahnya untuk mati. Dan nyaris kematian itu malah membabat saya. Tapi kami berdua, dengan alasan masing-masing selalu berkelit dari kematian itu. Selalu memikirkan kemungkinan hidup dalam setiap metode bunuh diri. Kemungkinan selamat apabila bunuh diri itu dilakukan, seberapa banyak kemungkinan itu. Dan secara licik, kami bekerja sama menyusun semua metode itu dalam sebuah rangkaian mudah dibaca, dan kami beri judul Metode-Metode Bunuh Diri. Kemudian kami menyisihkan beberapa metode yang kemungkinan selamatnya rendah, secara diam-diam dan tersembunyi, meski kami berdua saling mengetahui hal itu, karena masingmasing tidak ingin terlihat pengecut, meski koar-koar yang kami lakukan malah lebih mendera kami dan membuat kami makin terlihat pengecut. Muka kami pucat setiap kali bertemu dengan orang, mudah terkejut, paranoid, obsessive compulsive disorder, schizophrenia, lalu secara tidak diduga, Samantha berhasil hidup dari 13 episode, satu kali setiap episode, dikali 5 babak percobaan bunuh dirinya, dikurangi 4 metode terakhir yang sampai sekarang saya sembunyikan dan dia masih mencarinya. Enam puluh satu metode dia kuasai dengan baik, dengan 61 drama yang spektakuler, dia berhasil melakukan setiap metode dan berhasil bertahan hidup, sesulit apapun metode itu. Sementara saya, yang benar-benar mengetahui hal ini, setiap gerak Samantha, setiap detilnya, apapun yang dia pikirkan, apapun yang dirasakannya, saya pasti mengetahuinya, dia sudah tidak punya lagi rahasia yang tersisa pada saya, saya semakin terpuruk pada kekecewaan terhadap diri sendiri akan kepengecutan itu, menistakan diri pada hal-hal kotor dan kemudian benar-benar berharap mati tapi terlalu pengecut untuk mengerjakannya sendiri. Bahkan terlalu pengecut menghadapi kematian apabila kematian itu benar-benar datang mendekat. Dari obsesi menjadi ketakutan dan secara random terus berubah-ubah, menjadi harapan, menjadi spirit, menjadi simbol, menjadi teori, menjadi omong kosong, menjadi perjalanan panjang, menjadi drama-drama sentimentil dan 37 norak, menjadi mistis, menjadi putus asa, menjadi betul-betul terpuruk… Lalu sepuluh tahun berlalu, kematian tidak pernah benar-benar datang pada saya, semua bergulir menjadi wacana, menjadi cerita, menjadi tokoh-tokoh baru pada novel yang terus berkembang, tak berkeakhiran. Sadar ataupun tidak, ingin atau tidak, secara misterius saya patuh pada keadaan ini, bertahan hidup. Dan saya kemudian mengkonversikan beberapa metode yang dilakukan Samantha pada diri saya sendiri yang menjadi salah satu tokoh dalam novel yang terus berkembang ini. Lalu memilih 4 metode dengan resiko yang paling tinggi. Bunuh diri dengan resiko tinggi saya artikan disini sebagai bunuh diri dengan tingkat kemungkinan hidup paling tinggi tapi mengakibatkan tingkat kerusakan yang sangat parah, misalnya menyebabkan cacat-cacat tertentu dan permanen, tentu jauh lebih mudah mati daripada menjalani hidup seperti ini, setidaknya itulah yang saya pikirkan selama ini. Samantha benar-benar mencoba semua metode itu dengan harapan bisa bertahan hidup meski kebanyakan resiko yang harus dia terima adalah cacat, sakit dan luka, ternyata baginya hal itu tidak lebih daripada sekedar test, sejenis tempaan seperti pada pepatah lama kudu meurih lamun hayang boga peurah harus perih kalau ingin berbisa, dan untuk itulah ini semua baginya, menjadi manusia utuh, karena setiap luka, setiap sakit, setiap cacat yang dia terima, berarti penempaan, penggojlokan, dan metode ini benar-benar berhasil membuatnya hampir menjadi manusia yang utuh, seperti kebanyakan manusia lain. Dan beriringan dengan itu, sedikit-demi sedikit, ruh saya semakin berkurang, berpindah padanya. Ternyata tanpa kami berdua sadari, secara otomatis Samantha mengambil sedikit demi sedikit bukan hanya ruh saya tapi hidup saya, badan saya, setiap kali dia selamat dari bunuh dirinya. Setiap luka, setiap sakit, setiap cacat yang seharusnya diderita Samantha malah menimpa saya, dan tak ada satupun dari kami berdua yang bisa menghentikan proses ini. Saya seperti disedot lalu pelan-pelan menghilang. Hingga saat ini, saat dia hampir utuh menjadi manusia dan yang tersisa dari keseluruhan saya hanyalah mata. Saya tak bisa melakukan apapun meski saya bisa melihat semuanya dan Samantha bisa melakukan segalanya kecuali melihat. Tapi dengan cerdik, pada 4 terakhir metodenya, meski saat ini dia tahu bahwa keempat metode itu akan membabat habis sisa-sisa saya, dia melakukannya dibelakang saya. Dan hal terakhir yang akan saya pertahankan dari hidup saya, dan tidak boleh siapapun memilikinya, Samantha 38 sekalipun, adalah penglihatan. Dan ini tak bisa ditawar lagi. Ini saatnya bagiku untuk berkelit dan tidak terprovokasi untuk memikirkan ke-4 metode bunuh diri ini. Dan terus mengawasi Samantha yang membabi buta menggunakan 4 metode terakhir itu, mencari-cari saya dalam kegelapan dan saya terus berkelit dalam terang benderang bersama tokoh-tokoh baru, melupakan Samantha yang tidak pernah berhasil melakukan 4 metode terakhirnya. Samantha bertahan hidup dalam kebutaan kemudian bertamasya dalam hiper-realitas novel yang terus berkembang ini, terjebak disana, meski sebenarnya lebih tepat dengan kalimat saya jebak dia disana. Saya sendiri hanya bisa melihat keseluruhan itu, tanpa bisa melakukan apa-apa, terjebak dalam tingkat tertinggi ketakutan saya selama ini. “I’m just the eyes of the universe tapi betapa cerewetnya mataku dan betapa heningnya itu, Sayangku…!” Chapter Six Tentang Serpih-Serpih Fiksi Yang Saya Temukan di Laci Kamar Niskala 39 VI.1. (Menanti Eva di tengah kering Waiting for Eve in The Middle of Dry) 1.1. Solo, 9 Agustus 2000 Panas sekali disini... aku lari kesini dengan hampa tanpa daya dan kehancuran aku tak lagi bisa membuka kelopak mataku keningku bersimbah keangkuhan tanpa cinta tanpa air mata aku mengering di musim panas ini haruskah aku kembali...? Jogja, 12 Agustus 2000 juga musim panas... ternyata aku masih mengering dalam bus travel ber-AC yang kurasa sangat menyesakan setiap hirupan nafasku Kawali, 20 Agustus 2000 di kota kuno ini aku dapatkan pencerahan kucoba membunuh diriku tapi tak berhasil... aku dipulangkan! Jakarta, 25 Agustus 2000 sedang musim kemarau... aku menangis betapa rindunya aku dengan musim kemarau meski aku jadi semakin mengering 40 Bandung, 27 Agustus 2000 hari pertamaku kuhabiskan dengan meminum dua gelas kopi tubruk dan sebungkus rokok kretek dengan memandangi lalu lalang peradaban di hadapanku bersama seorang anak kecil lusuh yang berjuang dengan bahagia membagi masa kecilnya dengan sepiring duka yang tertawa seperti aku...? Cianjur, 29 Agustus 2000 disini, di kota asalku di pangkuan ibuku aku menghembuskan nafas terakhirku (kurasa...) dalam kekeringan yang amat panjang "mama, mana surgaku? mana telapak kakimu? aku rindu engkau... aku rindu surga... aku rindu eva... aku rindu tuhan! 'kan kubasuh kakimu, mama dengan cinta dan air mata kerinduan biarkan aku memelukmu, mama! biarkan aku bersujud di pangkuanmu" 1.2. Kusangka aku telah mati 41 bersama segala perih hati tetapi selimut putih itu mulai membuka lagi tak lagi menutupi sekujur tubuhku ah... betapa sejuk disini! surgakah ini? doa ibuku kah ini? 1.3. Semuanya berawal dari keraguanku untuk menyatakan cinta pada Tuhan. Akhirnya Tuhan pun memberikan sebuah nama dan menyuruhku mencarinya hingga kudapatkan. "Untuk keutuhanmu," kata Tuhan, "Bila kau menemukannya, cintamu padaku akan sangat utuh, dan penuh..." Aku terharu, sambil menyandarkan kepalaku di atas trotoar di malam Jumat itu. Aku tak bisa tidur, keluar kamarku dan merenung di pinggir jalan Merdeka, sambil tiduran menatap purnama yang malu-malu diselubungi awan hitam, akan hujankah? Aku tak peduli! Yang kupikirkan hanya sebuah nama, "Eva..., Eva..., Eva..., dimana, siapa, harus kemanakah aku?" Sebuah harapankah ini? Hingga aku tertidur disana dengan sebuah mimpi, ... Aku terbangun pagi harinya, dan dengan setengah mengantuk dan setengah berlari ke kamarku sambil berseru, "Aku tahu... aku tahu... aku tahu..." 1.4. Setelah dibelah, Adam dan Eve (Eva) sangat merasakan ada sesuatu yang hilang dari masingmasing dalam diri mereka, entah apa? Tak terjawab sampai ketika tiba-tiba Iblis datang dengan soundtrack lagu Love Foolosophy dari Jamiroquai. Dengan tampilan seperti dalam stiker Jamiroquai; merah, tengil, lucu, senyum jahil, funky, infotainer, bertanduk, ekor panah, trisula yang tampak lebih sebagai aksesoris ketimbang senjata. Soundtrack itulah yang langsung menyadarkan Adam dan Eva tentang hal yang hilang itu. Hal yang ternyata bodoh menurut mereka sehubungan dengan daya pikir mereka yang teramat besar saat itu. 42 Tapi mau nggak mau, dengan tanpa tendensi apapun, mereka sangat membutuhkan hal paling bodoh itu untuk membuat mereka merasa menjadi satu kembali, return to unite. Saat itu juga mereka meng-SMS Tuhan untuk membuat janji temu. Tapi sepertinya Tuhan sangat sibuk saat itu hingga reply-nya baru mereka terima tengah malam: Sorry,gw lg sibuk brt!gak bs ktemu dkt2 ini..ada apa? Reply: ttg cinta, god! :-) send, message sent 1 message received, report, delivered, erase report, ok! 1 message received, read! Oh itu. keywordnya buah khuldi yang gw larang kalian makan itu, guyz! makanya belajar SEMIOTIKA! kalian hrs milih, HEAVEN or LOVE ? ;-p Sender: you-know ! Options, erase, ok! 1.5. Boneka seks itu tiba-tiba hidup. Eva (If) menjerit memandangi cermin bergambar Samantha. Kering, pucat dan balon. Adam masih menikmati keluarnya tinja dari duburnya, asap rokok merah muda membentuk huruf “SURGA” mengepul dari mulutnya, bersenandung: “u can try the best u can… if u try the best u can… the best u can is good enough…” dengan beberapa fantasi menikmati suasana dunia bersama If dengan cinta dengan tubuh sempurna, manusia! Iblis beralih profesi dari infotainer menjadi rapper. Selesai sudah satu masalah, aku terbaring! 1.6. Kutemukan secarik kertas dipangkuanku, secarik kertas yang penuh dengan coretan pena, yang ribuan kali sudah kubaca. Dan selalu baru setiap kali aku membacanya, meski lusuh, meski hampir menjadi seonggok debu tak berarti. Tapi bagiku meski begitu, akan tetap berarti dan akan terus terngiang di benakku. Secarik kertas berisi puisi tanpa judul yang diberikan seorang wanita ribuan tahun yang lalu, ketika surga masih kupijak, masih kurasakan keindahnnnya! aku dan engkau adalah satu dan dicerminkan dari cinta Tuhan kita adalah satu jiwa yang terbelah 43 dan takkan menyatu kembali sebab Tuhan telah cukup membuat kita merasa menjadi diri-Nya... Setengah dari puisi itu telah dirobeknya dan diambil olehnya. Hingga sekarang belum kutemukan, dia ataupun robekan yang setengahnya lagi. Hingga sekarang... 1.7. If menyusuri dunia-dunia bayangan, bertebaran bagai mimpi penuh warna-warna terang nyaris menyilaukan, menggadaikan persepsinya tentang objek pada mata-mata yang berputar disekelilingnya. Waktu meledak seketika saat kendaraan super cepat yang ditumpangi If berhenti seketika. Ledakannya akan terus bergaung hingga beberapa puluh tahun ke depan, akan selalu diingat dalam setiap perayaan kelahiran dan kematian. If terbangun tiba-tiba, kepalanya terbentur kesamaran ganjil tentang sesuatu yang nyaris dilupakannya sementara dia tak pernah tahu kapan ingatan itu hadir merekam seluruh kejadian yang tak pernah dialaminya itu. If mengguyur tubuhnya dengan shower, melumurinya dengan sabun... If mengoleskan eyeliner di matanya... If memutar kunci mobilnya... If mengangkat telepon dari nomor yang tidak ada dalam memori phone booknya... If ketakutan saat lampu merah menyala... If menyerahkan satu-satunya harapan pada pertemuan dia dengannya hari ini... If mencium Niskala... If menangisi kejadian-kejadian yang pernah dialaminya bersama Niskala... If kehabisan air mata... If meleleh... Aku terbangun... 1.8. Goblok! Dia emang jail banget... 1.9. Sekali: dia membawa pergelangan tangannya 44 Dua kali: dia menyimpan pergelangan tangannya Tiga kali: dia mengerat pergelangan tangannya Kali keempat aku memergokinya. Stop it, Karna! 1.10. Kan udah gw bilang dia emang jail banget. Goblok! 1.11. Ini akan menjadi salah satu laguku, aku suka memulainya dengan nada E minor terus menerus hingga ketukan loop masuk dan Erva mulai memainkan biolanya pada titik terjauh psikedelisasinya (aku tahu itu sebab pernah memergokinya menyuntikan heroin pada urat nadi di tangannya, tapi kubiarkan saja). Gitar Ervi menyeruak diantara dengingan melodi dari Karna, keduanya bercinta tepat di saat Yane melakukan handjob atas tuts-tuts piano dihadapannya dengan gairah kehampaan yang dimilikinya semenjak kekasihnya meninggal dalam kecelakaan pesawat tahun lalu. Lalu aku mulai berteriak... SEKALI LAGI KUKATAKAN BAHWA DOSA TELAH TIADA... SEKALI LAGI KUKATAKAN BAHWA DOSA TELAH TIADA... Dengan dengingan elektronis dari sampel-sampel suara yang ada di dalam program laptop ku. Samantha mulai berkibar pada noktah terindahnya, putih bersih seperti telah diguyur segalon Bayclin, tapi tidak berbau pemutih, melainkan berbau belatung dan cempaka, seperti ketika kematian akan datang, padahal memang begitu, selalu begitu, selalu ketika Samantha datang, maka bau kematian akan menyertai kedatangannya... Ah...aku ekstase diatas panggung, menikmati seluruh permainan cinta yang dilakukan mereka, Erva, Ervi, Karna dan Yane...Percintaan sakralku dengan Samantha. Visual pada layar putih tapi tidak seputih baju bidadari Samantha menampilkan ratusan wajah close up yang berganti-ganti setiap 2 detik sekali, mengerjap-ngerjap... Samantha ada pada semua wajah-wajah itu, wanita-wanita itu. 1.12. Permainan Dadu Terakhir Pilihan sudah ditetapkan, 6 pilihan, angka sudah dipasangkan pada pilihan-pilihan, kertas sudah dilipat, aku tak melihat komposisi terakhir dari pasangan angka dan pilihan, dadu 45 pertama sudah kupegang, dadu kedua disimpannya dalam genggaman. Matanya berlinang... Dadu kulempar... Jantungnya berdetak semakin kencang... Dadu berhenti berputar... Aku menutup mata.. Dia menjerit... Maafkan aku, Sayang! Aku mengelus pundaknya, merangkulnya... 1.13. Kecaman hingar bingar kembali mengutuk-ngutuk tubuhku melesakkan telingaku 7 senti lebih dalam 7 kali lebih pekak Kucoba enyahkan tetapi kosong Kucoba hilangkan tetapi hampa Aku tak tahu lagi berapa kali aku berucap Brengsek Anjing Sial Bajingan Kucoba terus teriak mengutuk tetapi bisu Aku tak bisa lagi bahkan bergerak Kucoba berlari tetapi lumpuh Kucoba berjalan tetapi diam 1.14. The Re-Birth of Absurdity Berapa banyak kuhabiskan wine di gelas itu Berapa banyak kuhisap ganja di ruang itu Mengalir pada sungai keabadiannya Mendendang puja-puji pada para Dewa Sang Dewa lahir kembali Pada sisi yang lebih nisbi Mendendangkan hati Pada titik yang lebih intim Kami bernyanyi Memuja mimpi Memuja terang 46 Memuja harap Memuja dupa Tak ada lupa Dari lubang-lubang terang Bukan lampu-lampu hilang Utopia keluar dari rahim Menerangi semesta pada silau lampu-lampu blitz Ayo menari= Ayo menyanyi= Ayo berdoa= Ayo bertapa= Berputar Menghilang Menjelma Mencapai Mencipta VI.2. (Suicidal Project and Its Methods in Time: A Proyek Bunuh Diri dan Metodemetodenya dalam Waktu: A) 47 2.1. Waktu: A Niskala memulai prosesi kematiannya, kamera mulai merekam... Dia duduk diatas kain kafan yang sebelumnya sudah dia bentangkan, Sebuah pisau cutter mengarah ke nadi, proyektor berputar, memutar ingatan masa kecilnya... Method: Bleeding Recommendation: ********** Effort required: not very much set up time, but cutting enough holes to ensure death will take some time. you should probably practice a bit first. Messiness: pretty darn messy. picture an ice-cream pail of blood turned over where you are sitting. Pain factor: pretty high. slow cuts are surprisingly painful. a sharp blade will reduce this somewhat. soon your heart will be pounding like crazy and you will get really cold before passing out. Drama: extremely dramatic, even if you survive. wrist scars look cool on anybody. Certainty of death: not real great. if you cut perpendicular to your wrist veins, you will probably survive. if you cut along the length of your wrist veins they will probably not be able to close up again. even faster and more certain are the inner elbow and the femoral artery. Wimp option: it should be several minutes until you pass out. you could recover fully during any of this time by firmly bandaging or tourniqueting your cuts. Other points: Anti-coagulants would go a long way if you know what to take. (Apparently aspirin is a good one.) Try to avoid mangling your finger tendons and carpal tunnels too badly. Hara kiri (slitting your intestines open with a short sword so that you make a Z-shaped cut, also called "seppuku") is considered one of the most painful ways to kill yourself. Cutting open your carotid arteries greatly speeds your death, but I would guess will probably ensure a stroke if you survive. Flowing warm water prevents blood vessels from resealing. Ingatan masa kecil tentang bapak yang mengidap pedophilia. Menempatkannya di sudut, visi-visi dua dimensi, membatasinya supaya tidak keluar dari garis putih yang dibuat bapaknya setelah memperkosanya supaya tidak bilang pada siapapun..., Gila! Soundtrack: Pseudo-Intertekstualitas Kesadaran(Ketidaksadaran) 48 Hari ini di tengah tengadah kepalaku, kaku Kumulai cerita: (Dengan hampa tak sisa mengantarkan siasat duka Kupelihara dengan cara kata mengurung doa…) Hari ini dengan kepalsuan tajam kubunuh cerita laluku Dengan buaian angin Yang membawa seribu sekarat Kuperintah dia menghentikan tawa padamnya… Hari ini di sunyi bumi Dengan sendiri membunuh kelakar Kukuak sebagian hina yang menempel di semenjak Tak kutakutkan lagi kemantapan gerak Hari ini tak ada lagi: Kata yang menggila Benak yang menerjang Rasa yang meradang Tinggal ruang temaram Tinggal waktu membatu Mencengkeram tubuhku Untuk segera meleburkanku dalam hampa yang tak hingga Apakah aku salah, berdoa untuk mati hanya karena rindu bercumbu dengan tuhan !?! 2.2.Waktu: A Prosesi akan segera dimulai dikamar itu. Ingatan masa lalunya mulai memudar, proyektor menampilkan gambar kosong. Niskala mengambil satu toples obat tidur dan meminumnya sekaligus di atas kain kafan yang sudah dia bentangkan… 49 Method: Drug Overdose Recommendation: ****** Effort required: small. try not to buy more than one bottle of sleeping pills from a single store. Messiness: pretty messy. you will probably barf up whatever you ate. Pain factor: unpredictable. anywhere from none to quite high. Drama: not too bad. you will probably peacefully fade off to sleep, but may just end up puking your guts out. points for tradition. Certainty of death: a bit risky. people are always coming home at the wrong time. if you don't slump over with a bottle of pills or drool blood, you will probably be assumed to be asleep. mixing drugs with alcohol will improve efficiency. tying a plastic bag over your head will guarantee death, though. Wimp option: a bit dicey after you start chugging them down. drinking milk may help a bit until you can induce vomiting. the name of the game is limiting the amount taken into the blood stream. some drugs like Tylenol will destroy your liver fairly quickly, causing an agonizing death in days to weeks. Other points: Sleeping pills are the classic method, of course. Tranquilizers and prescription pain medication work great, but are hard to come by. When shopping, pay attention to the amount of medication per pill vs. the size of the pill. Smaller pills with more medicine means a greater chance of death. Also, look for warning labels that suggest that the product is a downer and should not be taken with alcohol. ...and now a note about heroin. Ingatan masa lalu menyeruak, proyektor menampilkan gambar SAMANTHA Namaku Samantha. Aku single. Tapi ada tanda "Dilarang masuk!" pada dadaku. Karena itu, aku bukan perawan lagi. Aku selalu melarang setiap lelaki menjamah dadaku. Tapi selalu membiarkan mereka masuk kedalam rahimku karena dengan hal itu aku selalu merasa dilahirkan kembali. Dan setiap kali aku lahir kembali, aku berharap lahir dalam keluarga yang berbeda. Tapi harapanku tak pernah terjawab karena aku orgasme. Selalu kenikmatan orgasme jawabannya. NISKALA (TAWANYA BERGELAK) Ha ha ha ha ha… Namaku Lelaki. 50 Dalam benak Niskala cantik, sepi atau single? Sebenarnya wajahnya biasa saja, sederhana dan terbantu oleh penampilan yang cerdas. Rambut yang selalu terurai, mata yang selalu terang di siang hari dan cerah di malam hari. Wajah khas dengan karakter kuat yang mungkin mempunyai garis ras yang asli tanpa terlalu banyak campuran. SAMANTHA Namaku Samantha, aku selalu bertanya "Apakah embun itu yang menggelayut di daun?" Kau tahu jawabannya? Kalau tahu masukan jawaban itu kedalam amplop, kirimkan ke rumahku paling lambat bulan Mei 2001 cap pos. jangan telat ya…! NISKALA (TERTAWA NGAKAK) Aku juga pernah bertanya tentang hal itu. SAMANTHA Namaku Samantha, aku dan engkau adalah satu dan dicerminkan dari cinta Tuhan kita adalah satu jiwa yang terbelah dan takkan menyatu kembali sebab Tuhan telah cukup membuat kita merasa menjadi diri-Nya... Dalam benak Niskala Itu kan isi surat yang diberikan Eva padaku saat itu… NISKALA Namaku Suicide, akulah kepalsuan Niskala. Aku benda sedang Niskala, Pria. Jadi bunuh diri adalah kata terakhir yang bagus sebab tak pernah bisa kurasakan bagaimana menjadi wanita. SAMANTHA 51 Namaku Samantha, aku masih gadis! NISKALA (VO) Aku tidak percaya! bicara dalam hati SAMANTHA Namaku Samantha. Aku adalah keindahan yang terbunuh oleh takdir, begitulah aku membesarkan diri. NISKALA Namaku Niskala. Aku adalah takdir yang indah, begitulah aku membesarkan hati. Mereka terus saling memperkenalkan diri, namaku Niskala, namaku Samantha, hingga gambar dan suara membaur hilang dengan cahaya putih menyilaukan, dalam khayalannya, dalam sebuah ruang yang cahayanya dapat diatur mengecil, menerang atau mengerjap-ngerjap, bisa menyilaukan seribu manusia yang belompat-lompat, menari, menghentak, mengikuti beat musik yang dimainkannya di sebuah panggung berukuran luas dan megah seperti kerajaan langit. Itulah awalnya Niskala bermain bahasa jiwa dengan Samantha. *** NISKALA Selama ini orang berpacaran dengan ikatan emosi, kau tahu? SAMANTHA Maksudnya? NISKALA Ya, saling mencintai, menyayangi atau apalah… Bukankah itu emosi dan bukannya pikiran?" SAMANTHA Ya, benar. Lantas…?" 52 NISKALA Lantas kenapa kita tidak mencoba melakukan suatu hubungan yang menjaga keseimbangan antara emosi dan pikiran. Hubungan intuisi." SAMANTHA Intuisi? Jadi itukah intuisi menurutmu? NISKALA Ya, ketika emosi dan pikiran seimbang. Saat seperti itu manusia kehilangan kendali dan pegangannya. Maka Tuhan memberikan intuisi padanya sebagai pengganti yang hilang itu. Itulah awalnya Niskala mengajak Samantha menjalin sebuah hubungan. *** Samantha pergi dengan diiringi musik yang mengalunkan kibaran baju bidadarinya dan seperti melayang. Melaju dengan kecepatan sederhana seperti laju seorang anak SD di atas in line skate yang dia rengekan pada ibunya di ulang tahunnya yang ke delapan. Padahal Samantha benar-benar memakai in line skate. Niskala melihat ada noda merah di baju bidadari Samantha yang melambai-lambai (Kenapa baju bidadari harus selalu putih dan melambai-lambai?) terkena angin. Noda merah yang menghentak mata, menyentak Niskala. Noda merah yang suatu saat pasti mengejutkan Samantha ketika sampai di rumah dan menemukannya ketika akan mencuci baju bidadari putihnya dalam mesin cuci. Noda merah peradaban yang di berikan Tuhan setiap sebulan sekali untuk membedakan dengan noda putih lelaki yang ketahuan saat kau bangun tidur dan langsung merasa, “ah, sialan aku harus mandi besar shubuh-shubuh begini.” Noda merah yang harus segera Niskala sikapi dengan mengejar Samantha dan menutupinya dari belakang dengan sesuatu dengan gerakan memeluk agar terkesan sangat romantis seperti ketika Rabiah mencongkel matanya untuk diberikan kepada seorang lelaki yang sangat mengagumi keindahan matanya. Niskala membuka sweater merahnya sambil mengejar Samantha. Lalu menutup noda menstruasi itu dengan mengikatkan sweaternya ke pinggang Samantha sambil berbisik di telinga Samantha: 53 "Sorry, kamu tembus!" *** Niskala memikirkannya hingga pulang ke rumah, hingga malam, ketika makan, ketika mandi, hingga tak bisa tidur. Memikirkan berapa juta kerlingan yang tadi diantarkan Samantha. Memikirkan seberapa buruk wajahnya saat dia mengerlingkan kerlingan matanya seperti kerlingan yang diantarkan Samantha. Memikirkan berapa ras yang menghegemoni keindahan corak wajah Samantha. Memikirkan makanan yang dimakan Samantha saat pagi, siang, sore, dan biru. Cantik? Sepi? Single? Entahlah! Hanya kedalaman jiwanya yang dapat kurasa. Entahlah! Nyatanya aku tertidur nyenyak sekali. Soundtrack: Keranda Mimpi Dering bel di mimpiku ini… Mengungkap keabadaianku Suara-suara malam yang terhenyak… Menyekap rintihan resahmu digairahku… Jeritan suara suaramu itu… Menyentak tidur panjangku… Redam…redam… RECAH…! Semua ingatan yang kau taburkan… Tunggu aku pagi Dalam drama hidup yang kurentangkan Cumbu aku pagi Dalam rintik kematian rindu…kekalku… 54 Aku tak bisa hentikan dimana arah ketika kulitku meleleh seperti minyak oli yang melumeri roda-roda mesin pemutar bumi ini tak seperti mimpi yang selama ini kujalani tetapi aku menari dan menyanyi tidak menyumpah aku malah tidak serakah membaca hening seolah kematian yang terencana habislah semua ketakutan keningku bersimbah darah menyentuh tanah mengucap doa terbanglah aku terbanglah aku seperti lalat-lalat yang berlarian dalam pandang benci seorang nenek aku khawatir pada diri yang menjadi daging sebab tulang tak lagi menjadi dewa biarlah aku ketakutan sendiri dalam bising malam dan berenang dalam simbahan darah sebab sekali lagi ini tak seperti mimpi hening pagi dimalam purnama membawa hasrat kedalam gairah yang tak terelakan ke musim kawin di swarga mandiloka mandi dalam lautan susu yang kuminum sebagian lalu kumuntahkan sebagian aku tertawa sebab aku tak lagi bunuh diri tetapi menjadi sepi sepi ini keabadian aku menanti kembali dalam hening pagi dimalam purnama aku tidak mati aku tidak mati tetapi sepi… Sekali lagi kukatakan bahwa dosa telah tiada… 2.3. NISKALA DI DEPAN CERMIN SAMBIL BERDANDAN: Keringanan kakiku melangkah seiring loncatnya keanggunan seekor keringat malam yang mengandung peradaban. Terkenang bagaikan kicau jalak-jalak yang terapung memecah liuk gelombang samudera. Ha...ha...ha... manuskrip senja di sore ini: lelah! keliaran itu yang dua hari sudah kuhisap menyebabkan timbulnya dua jerawat yang sangat mengganggu aktifitas birahiku. jerawatnya sangat kentara, dua cewek yang tadi melintas di depanku sempat melirik, tetapi lantas pergi lagi setelah melihat keangkuhan dua jerawat bernanahku ini. sialan memang! tapi itu bagus sebab cukup mampu menghilangkan beberapa menit stempel playboy yang tercetak dijidatku semenjak sekolah dulu. awalnya aku tidak tahu bahwa yang dua hari kuhisap itu berbentuk keliaran. tapi sudahlah... *** Dia mengoleskan eye liner di matanya, eye shadow di kelopak matanya, lipstick di bibirnya dan blush-on di pipinya. Samantha terefleksi di cerminan wajahnya dengan eye liner yang sama, eye shadow yang sama, lipstick yang sama. Setelah itu dia menjepit bulu mata nya 55 dengan dengan penjepit. Mengoleskan mascara. Melukis alisnya dengan pensil alis. Samantha terefleksi di cerminan wajahnya dengan bulu mata yang sama, mascara yang sama, pensil alis yang sama. Memakai softlens warna biru di mata kanan, warna hijau di mata kiri. Mem-blow rambutnya dengan hairdryer. Samantha terefleksi di cerminan wajahnya dengan soft lens yang sama, hairdo yang sama, hairdryer yang sama. Memakai baju dan celana kulitnya. Standar Rockstar! Samantha terefleksi di cerminan wajahnya tapi tidak dengan baju bidadari yang sama. Penonton menyambutnya di panggung kebesaran tempat dia akan berteriak bersabda dengan nyanyian-nyanyian diiringi musik musim. Samantha berada di sampingnya, menyanyikan lagu yang sama di microphone yang sama. Dengan gerak yang sama, tarian kematian yang sama. Samantha telah menjadi bayangannya yang selama ini selalu lebih gelap dari cahaya yang terpantul dari tubuhnya. Ekstase! Soundtrack: Cuma Satu Mimpi Yang Berair Mata Dan saat kau tunggu aku dulu Kisahku semakin memanjang hilang Melepas bilangan silang Menghempas bintang dan siang Panas abu yang memerah cerah Bertumpuk gairah merekah Mereka menusuk punggungku Melepas bintang dan siang Rintihku…Malu tuk merayu Menggenggam…Alur nafasku Rintihku…Malu tuk merayu Menggenggam…Alur mimpimu 56 Dan saat mataku murung sayu Air mataku telah enggan mengering Menebar sentuhan riang Menghempas bilangan silang Panas rahim yang meledak terang Berjejal terik terlentang Mereka mencabut jantungku Terlepas hilang dan terbang Tersengal…Tersengal nafasku… Tergenggam…Tergenggam mimpimu… Pulanglah…Genggam nafasku Dan maukah kau…Menyimpan senyumku… Dan maukah kau…Menyimpan takdirku… Tapi terdiam seperti semedi seribu candi, seribu adalah tak ada 2.4. Suatu hari di dunia lain bertahun-tahun kemudian (konsep waktu di sini dipersepsikan menjadi sangat absurd), selepas dari toilet kampus, buang air besar. Dia pergi ke mal yang tak jauh dari kampusnya untuk membeli popcorn. Dia menganggap popcorn adalah sebuah keajaiban, revolusi, meledak-ledak. Lebih ajaib lagi dia melihat seorang gadis cantik yang menatap ke arahnya. Suara popcorn masih meledak-ledak ditimpa suara-suara kendaraan. Ingatan-ingatan tentang orang-orang revolusioner menyeruak di ingatannya. Niskala menyodorkan tangannya. Niskala menyodorkan namanya. Niskala memang rese’. Niskala menyodorkan tangannya. Niskala menyodorkan nomor sepatunya. Niskala memang bodoh. Niskala menyodorkan tangannya. Niskala menyodorkan telunjuknya. Niskala memang lucu. Niskala menyodorkan tangannya… NISKALA 57 Namaku Niskala! (GAUNG… Namaku Lelaki!) SAMANTHA Samantha...! (sang gadis menimpali) NISKALA Aku suka revolusi, apalagi yang terjadi dalam hidupku pribadi (sambil menawari Samantha popcorn) SAMANTHA Oh, ya? Aku tahu itu popcorn. Tapi salah kalau hidupmu terus berevolusi. Harus selalu terus kembali ke awal. (Samantha berkata sambil tersenyum dan menolak tawaran Niskala.) NISKALA Tidak harus! Sebab tidak ada hidup baru, masa lalu dan mendatang. Semuanya adalah bagian dari hidup yang tak bisa dipisah-pisahkan." SAMANTHA Itu benar, tapi..." Mereka terus berbincang-bincang sambil jalan. Memasuki sebuah kamar, bercinta dengan santun. Tangan-tangan saling menggapai…ngayayay…! Terlalu sebentuk impian… Soundtrack: Anorexia-Cinta Kurasa bayanganmu Menghantui langkahku dalam tidurku Derasnya cintamu Membuatku tak pernah bisa menutup mata 58 Cinta adalah diam Sebab dengan bergerak cinta jadi buta Bahkanpun berputar Seperti cinta sejati Tapi aku tak percaya dengan kesejatian ENYAHLAH… ENYAHLAH… AKU TAK PEDULI !!! CINTAMU… CINTAMU TAK PERNAH BISA DIAM Tapi meskipun kau diam Seperti semedi seribu candi Aku tetap tak peduli Meski cintamu tampak begitu sejati 2.5. Waktu: A Prosesi dimulai… Niskala menyiapkan air dalam sebuah ember, menenggelamkan kepalanya. Ingatan masa lalu terbit. Dia membiarkan nafasnya habis di dalam air itu. Proyektor berputar… Method: Drowning Recommendation: **** Effort required: some. presumably you will require a weight heavy enough to sink you, or some other preparation, if you don't naturally sink. Messiness: variable but probably pretty bad. if it takes more than a couple of days to find your body, things will get ugly. Pain factor: what, are you crazy? unless you can achieve a high degree of Zen detachment this will really suck. Drama: if you can manage to relax and drift off to sleep as your lungs fill with water, it could be quite beautiful and peaceful under water. Certainty of death: quite high. if you sink yourself via weights you won't survive. it's also really 59 hard to find drowning victims if you are attempting to save them. Wimp option: not too bad if you bring a knife to cut the rope tied to your leg. just make sure you have enough strength to swim back. Other points: If you aren't found quickly, this will provide an incredibly disgusting surprise for some poor sap. Imagine leeches, crayfish, etc. In addition, you could skip the whole water part, and just tie a plastic bag around your head. Drama is reduced a bit as the bag will fog up a lot and look kind of silly. Remember to brush your teeth if you decide on this method. Actually the plastic bag is a recommended (by Kevorkian) addition to most non-violent suicide methods. Disebuah kafe, Niskala sedang menceritakan tentang seorang temannya bernama Gateauxlotjo pada teman-temannya. Lalu ceritanya terpotong oleh angin ribut dan hujan yang sangat lebat... Niskala tenggelam dalam banjir keheranannya Soundtrack: Monotonitas Dalam gelap dua dunia… Menunggu pagi terhengkang… Kuikuti irama bumi tercengkeram mati, dua arah dan terhempas Jelas terhempas… Dua arah… Darah tercecer dan mengalir… Dari janin suci dua nabi… Tentang dua benda, terpisah amat jauh Yang satu belahan dari satunya Dan satu…satunya Hanya awan... Hanya kelip cahaya… Membutakan… Sebelah mataku 60 Tapi kicau burung… Yang menjadi mitos… Membutakan… Seluruh mataku Seluruh mataku Seluruh mataku… Drama tak akan berhenti… Kematian demi kematian… Terus menggorok lubang nafas bumi yang menangis; api menangis-padam-membakar air matanya… Selamanya Dan untuk benar atau salah Aku tak peduli Biarlah tuhan sibuk dengan pekerjaannya Biarlah iman ini menjadi milik sang waktu Sebab aku adalah tak ada… Aku sudah mencapai titik nihil* Titik dimana ilmu pengetahuan belum lahir Peradaban dan kebudayaan belum lahir Dan aku bukanlah apa-apa… *)dari sebuah percakapan 2.6. Waktu: A Prosesi dimulai. Niskala mengguyurkan satu galon bensin ke tubuhnya, proyektor membuka kembali masa lalunya. Dia menyalakan api… Method: Immolation Recommendation: ********** 61 Effort required: a bit of effort will be required to manage to get enough flammable material on you. Messiness: somewhat. this is pretty much the only method that cleans up the body, but it also leaves a huge scorch mark. Pain factor: if you have to ask, don't bother. Drama: if you can remain absolutely calm, and nobody puts you out, and you included enough flammable materials to scorch your body, nothing could possibly be more dramatic. keep in mind that your last few seconds on earth will be gasoline soaked if you choose this accelerant. Certainty of death: a mere splashing of gasoline will probably just badly burn you without even threatening your life. sitting on a large pile of branches with plenty of air flow and lots of flammable liquid is probably a good idea. Wimp option: breathing will scorch your lungs. this will ensure at least a slow death. otherwise, you will probably be able to survive if you hurry. Other points: Besides deciding whether or not to breathe, the other thing to think about is whether or not to keep your eyes open. They will quickly dry out and distort before ceasing to function. If you have your eyes closed, your eyelids will quickly burn off anyway. Your hair will go first, though. (Come to think about it, you might consider investing in a video camera.) …membakar sebatang rokok di sebuah panggung kebesaran. Riuh, musik yang bising, dia menyanyi untuk yang ke-terakhir kalinya Soundtrack: Suffering Animal (Zoo Motion Picture) Minggu Pagi Jalan Kaki Pada Jalan Tak Ber-Tepi Jeritan – Jeritan Teriakan Skizoprenia Tawa Gila 62 Dari Para Satwa Naik kuda Sama Mama Jalan-jalan Pada Pagi Gambar-gambar Muka liar Mata Palsu Dari para Satwa Kuajak Anjingku Berlari-lari pagi “Helly…uk.uk.uk. Kemari…uk.uk.uk Ayo lari…lari…” Serigala, anjing laut Singa, Harimau Kijang, banteng Unta, burung unta Ular, buaya Monyet, manusia Hahahahahahahaha…. Huhuhuhuhuhuhuhu… Hihihihihihihihihihihi…. Hehehehehehehehehehe….. Hohohohohohohohohoho….. Dalam benaknya, dia sedang sendiri, bercinta dengan dirinya sendiri, membayangkan wajah Tuhan terangsang lantas membaca puisi, musik terhenti… 63 Apakah aku salah berdoa untuk mati, hanya karena rindu bercumbu dengan Tuhan…? Demikian terus berulang-ulang Chapter Seven Sebuah Mata Dari Alam Semesta 64 Opening: Kurasa baru kali ini mengatakan bahwa aku masih hidup. Berawal dari kokok ayam jantan yang terdengar aneh di sore hari. Suara mobil dan klakson meraung-raung ditimpa suara-suara burung yang mengaum. Aku sebenarnya tak mengindahkan itu semua. Pikiranku hanya tertuju pada sebuah nama: Kelam! Kelam dari sebuah kemampatan berpikir, akankah kulanjutkan hidup ini? Ya, harus kulanjutkan sebab tiada hidup yang pernah kujalani selain derita... derita... derita... Atau itu mungkin hanyalah sebuah pengalihan perhatian dari ketidak mampuanku menghadapi hidup yang sebenarnya..., aku tidak menderita! Kelam ini kupelihara seperti jamur yang menyerang kulit coklat terbakar panas matahari. menutupi seluruh gelap hidupku. Ya..., aku tidak mengenal hidup seperti halnya aku tidak tahu sama sekali tentang mati, semuanya kelam! Kelam dalam kenyataan sekarang adalah tidak adanya bintang atau bulan sebab masih sore. Tiada matahari sebab awan-awan gelap menyelubungi sore dan hanya lampu-lampu jalan yang meremang menjadi sedikit penerang. Kulihat jam tanganku, 16.30. Kelam ini kuhadiahkan pada Tuhan sebagai persembahan tambahan dari persembahanpersembahanku sebelumnya. Aku mengalah pada Tuhan dalam hal ini. Tapi benar-benar kelam, kelam sekali! *** Ibuku seorang gila bahagia yang katanya diperkosa 5 orang anak-anak berandal yang sedang mabuk. Lucunya ibuku menikmatinya! Maka dalam seketika aku langsung tahu bahwa itu bukanlah pemerkosaan. Katanya ibuku gila dengan bertelanjang bulat dan terus berjalan setiap hari berkeliling kota sambil tertawa-tawa atau kadang tiba-tiba menangis, tapi tidak seperti kebanyakan orang gila, ibuku tidak pernah memarahi anak-anak kecil yang selalu berteriak-teriak di belakangnya. Ibuku malah menikmati sensasi teriakan-teriakan itu. Malah kadang mengiringi teriakan itu dengan nyanyian. Begitu manis budi ibuku, meski lama-lama ketelanjangannya membuat kulitnya jadi begitu hitam dan kasar. Tapi sepertinya ibuku masih 65 tetap cantik dan seksi hingga membuat kelima anak berandal itu masih cukup bernafsu bercinta dengannya, meski juga kutahu mereka sedang mabuk berat. Belakangan aku tahu bahwa kelima anak berandal itu adalah para ayahku. Para ayahku yang gagah dan bersahaja. Setelah pemerkosaan penuh gairah itu ibuku diambil oleh dinas sosial dan dimasukan ke rumah sakit jiwa. Aku lahir di sana dengan sukses dan sehat. Badanku gemuk sekali. Ibuku rajin sekali menyusuiku, meski padahal susu itu selalu ia bagi pada pasien-pasien lain yang mirip dengan para ayahku tadi. Ibuku, seperti layaknya singa betina, over protective padaku yang masih bayi mungil gemuk dan selalu bikin orang lain yang didekatku terkena sial terus menerus, kecuali ibuku, karena aku tidak pernah mengutuknya sial. Ibuku sudah sial sejak sebelum gila gara-gara dicerai dengan ganas oleh suaminya. Otomatis para suster tidak pernah mau mendekatiku, meski tidak terkena sial kutukanku, mereka akan diterkam dengan raungan dan geraman singa betina yang bersarang dalam tubuh ibuku. Hingga suatu ketika, entah kenapa, aku dan ibuku dipisahkan dengan paksa, dengan air mata hingga menyebakan ibuku bertambah gila, mengamuk, mencederai 5 orang perawat lalu ibuku bunuh diri, atau lebih tepatnya singa betina yang ada dalam tubuhnya menerkam, mencakar, mencabik, lantas memakan tubuh ibuku. Saat itu aku menganggapnya sebagai sebuah film kartun yang nyata. Ada seekor singa betina memakan seorang ibu yang sedang berteriak-teriak karena kehilangan anaknya. Aku tidak tahu lagi, apakah aku anak ibuku atau anak singa betina yang kelaparan itu? Yang jelas aku tertawa! Selebihnya aku hidup dalam sebuah panti asuhan yang sudah tak sanggup lagi mengurus kenakalanku. Pada umur 6 tahun, sebuah keluarga kaya mengadopsiku dengan alasan aku anak lelaki yang sangat tampan dan lucu. Meski mereka mempunyai anak, tapi perempuan semua. Meski mereka masih sanggup membuat anak-anak baru, tapi mereka tetap mengadopsiku dengan alasan sama, aku anak lelaki tampan! Ya..., tampan, bahkan sangat tampan untuk menjadi seorang gigolo. Kemudian di umur yang cukup dewasa aku sering dujuluki gigolo beracun. Ayah angkatku pergi kerja tiap pagi sekali dan pulang seminggu kemudian, malam sekali. Saudara angkatku wanita semua dan yang lahir kemudianpun wanita juga. 66 Ibu angkatku memperkosaku setiap malam semenjak aku menginjak remaja. Hingga aku sadar bahwa alasan satu-satunya adalah kemaluanku cukup besar untuk ukuran orang sini. Saudara angkatku secara bergiliran mengikuti kelakuan ibunya. Hingga aku ketagihan dan kuperkosa adik angkatku yang sedang beranjak remaja. Cukup! Aku seorang biseksual. Ayah angkatku sudah mengajariku sejak dulu, dia seorang pengidap pedophilia. ... Sekarang kelam menyeruak dalam benakku. Tapi lengkap sudah, ayahku enam; lima pemabuk dan pemerkosa, satu pengidap penyakit sinting. Ibuku dua; satu seorang gila, karena perceraian dan bunuh diri dengan alasan Singa Betina! Satu seorang maniak seks. Saudaraku banyak; orang-orang gila, pemabuk, maniak seks dan anak dari ibuku yang pertama sebelum gila; seorang wanita yang sekarang serumah denganku, bermain seks denganku. Dia seorang pelacur. ... Aku sekarang sudah beranjak dewasa. Beberapa tahun yang lalu aku diusir ayah angkatku sebab ketahuan sedang bercinta dengan istrinya. Aku bertemu kakak kandungku. Sebelumnya kami berpacaran dan bercinta setiap hari. Hingga beberapa hari yang lalu seseorang mengatakan bahwa kami mempunyai wajah yang mirip. Orang itu yang memberitahu kami bahwa kami kakak beradik. Orang itu adalah ayahnya. Bukan ayahku sebab ayahku lima sedang ayahnya satu, tapi ibu kami sama. ... Keringanan kakiku melangkah seiring loncatnya keanggunan seekor keringat malam yang mengandung peradaban. Terkenang bagaikan kicau jalak-jalak yang terapung memecah liuk gelombang samudera. Ha...ha...ha... *** 67 Para perawat bukan tanpa alasan memanggilnya Si Pembawa Sial, sebab memang anak itu selalu membawa sial sejak lahir. Namanya Niskala. Cukup dipanggil Nis, maka dia akan menangis, merengek atau mengamuk seperti ibunya yang dirawat di rumah sakit jiwa itu. Anak itu memang disahkan untuk dipelihara ibunya sebab dia masih membutuhkan ASI. Dan ibunya menunjukan bahwa dia tergolong cukup sadar untuk mengasuh anaknya, meski terkadang dia mengamuk, bukan pada anaknya tetapi pada orang yang mengganggu anaknya. ... Suatu hari di dunia lain bertahun-tahun kemudian, selepas dari toilet kampus, buang air besar. Dia pergi ke mal yang tak jauh dari kampusnya untuk membeli popcorn. Dia menganggap popcorn adalah sebuah keajaiban, revolusi, meledak-ledak. Lebih ajaib lagi dia melihat seorang gadis cantik yang menatap ke arahnya. Niskala menyodorkan tangannya. “Namaku Niskala!” katanya “If...!” sang gadis menimpali. “If…, andai?” “Yup!” “Nama yang lucu! Misterius!” “Terimakasih!” “Aku suka revolusi, apalagi yang terjadi dalam hidupku pribadi.” kata Niskala sambil menawari If popcorn. “Oh, ya? Tapi salah kalau hidupmu terus berevolusi. Harus selalu terus kembali ke awal.” If berkata sambil tersenyum dan menolak tawaran Niskala. “Tidak harus! Sebab tidak ada hidup baru, masa lalu dan mendatang. Semuanya adalah bagian dari hidup yang tak bisa dipisah-pisahkan.” “Itu benar, tapi...” Mereka terus berbincang-bincang sambil jalan. Jalan raya semakin bising. Langit sore semakin redup. Mereka mencoba menyesuaikan energi metafisis mereka satu sama lain. Hingga berada dalam sebuah ruangan. Tangan menggapai-gapai, desah membadai… ... "Kau tahu, If! Aku sedang mencari seorang wanita untuk jadi manajer band yang baru kubentuk." 68 "Oh, ya? Harus seorang wanita?" "Ya, harus seorang wanita. Gitarisku ngotot seperti itu. Dia juga berkata wanita itu harus benarbenar seorang manajer. Kau kuliah di management bukan?" "Iya. Tapi, sebentar, gitarismu laki-laki?" "Hahaha… jenis kelamin hanyalah masalah administratif buat kami. Tapi memang secara administratif dia laki-laki, sepertiku." "Hihihi… Siapa namanya, jangan-jangan sangat historis juga seperti namamu." "Namanya Karna." "Wah… Pasti pendengarannya sangat bagus! Feeling-nya pasti keren…" "Memang! Aku mengenalnya di sebuah pertigaan dalam sebuah kejadian yang kami beri nama Insiden Teh Botol. Dan kita seolah-olah seperti sudah kenal ribuan tahun. Kita langsung akrab dan saling merasa cocok. Akhirnya kita bikin band ini. Aku jadi vokalis sekaligus megang laptop untuk program-program musik. Dia benar-benar anak Dewa Surya!" "Anak Dewa Surya?" "Yup, menjadi penerang saat matahari nggak ada, saat malam atau mendung. Pengganti saat ayahnya tertidur. Ronda. Ha... ha... ha...!" "Jadi aliran kalian…" "Skizoprenik, absurd, entah, musik kita sangat aneh. Dan mungkin terlalu aneh untuk didengar manusia. Itulah makanya kita berdua memberi nama SID, singkatan dari Samantha Impossible Dream." "Kenapa Samantha?" Niskala terdiam… memandangi wajah If, langsung ke matanya dengan gairah itu, gairah yang sudah lama menumpuk menghunjam di setiap milimeter kubik jantungnya. *** Insiden Teh Botol Ada dua orang yang dijuluki preman di tempatku mengamen. Yang satu preman parkir, yang satu lagi calo angkot. Dua-duanya tidak pernah bekerja tentu saja. Yang satu, namanya Bang Budhi, setiap hari dia menerima setoran dari seluruh tukang parkir disekitar jalan Dago, Merdeka, Riau dan Aceh. Setiap Tukang parkir harus menyetor satu harinya kira-kira 2000 rupiah. Kira-kira ada sekitar 100 lebih tukang parkir di sepanjang jalan itu. Yang satu lagi, Bang Teddy, atau lebih dikenal dengan julukan Teddy Codet, karena ada luka menganga bekas tebasan golok di wajah tampannya. Anehnya, luka bekas golok itu malah 69 menambah ketampanannya. Bang Teddy tidak pernah teriak-teriak menawari orang-orang untuk naik angkot. Tapi setiap harinya dia hanya menerima setoran dari seluruh calo angkot di wilayah yang sama seperti Bang Budhi. Bang Teddy dan Bang Budhi sudah sejak lama bersahabat. Dan karena sebuah kejadian, kami menyebutnya Insiden Teh Botol, dua orang terhormat itu menyayangiku. Flashback: Saat itu udara panas sekali dalam bis kota, seperti dioven. Suara tukang Teh Botol begitu mengundang kerongkonganku yang teramat kering. Aku sedang dalam perjalanan menuju jalan Dago tempatku mengamen. “Teh botol, coca cola, sprite, fanta cola-cola-cola… seribu-seribu, seribu-seribu, obat haus-obat haus… pokoknya segarnya mantap!” teriak lelaki seumurku yang memakai topi butut, membawa kantong kresek berlapis-lapis, lewat di depan mataku. Saat itu bis kota tidak terlalu penuh sehingga dia bisa dengan bebas berlalu-lalang di tengah-tengah bis. “Fruit tea aya, Kang?” tanyaku. “Sabaraha hiji?” “Hiji we lah!” Aku membuang sedotannya lantas meminumnya langsung dari botol, telingaku sampai mendengar degukan suara air masuk kedalam kerongkonganku. "Sabaraha, Kang?" tanyaku sambil merogoh saku. "2500!" "Hah! Sabaraha?" “2000 we lah…” “Naha 2000, tadi ceunah 1000. Sia rek nipu?” “Abdi mah teu nyarios sarebu, A! tapi sarebu-sarebu, sarebu na dua kali, janten dua rebu…” “Ah, sia mah emang rek nipu, Goblog!” Lalu aku memukul tukang minuman itu. Orang-orang panik sebab dia mengeluarkan pisau dari balik bajunya. Aku tidak tahu bagaimana harus menghindar. Lantas kutendang saja selangkangannya hingga dia menjerit kesakitan, pisaunya terlempar dan tangannya memegang senjata ranjangnya. Kuambil pisaunya dan kulempar keluar jendela, lantas aku menyetop bis kota dan turun dari kepanasan sialan ini. Kutendang sekali si tukang teh botol tadi, kulempar uang 2000 untuk membayar teh botol yang tadi kubeli. Aku loncat keluar. Dan jalan kaki ke arah selatan di jalan Dago. 70 Dari arah selatan aku lihat ada seorang anak muda sedang dikejar-kejar oleh puluhan orang, dan mereka semakin mendekatiku, si anak muda menyenggol pundak kananku, tidak sengaja, dia menoleh padaku sambil terus berlari sekencang-kencangnya. Kulihat dia membawa pisau yang tadi kulempar dari dalam bis kota. Aneh sekali, kenapa bisa ada di tangan anak muda itu? Dari gerombolan massa ada yang berteriak, “Tewak, anjing!” Aku tak bisa apa-apa, anak muda itu sudah jauh di belakangku. Aku sebisa mungkin jalan di pinggir agar tak tertabrak gerombolan massa. Aku tiba di pertigaan Dago – Sultan Agung, pada sebuah segitiga ditengahnya terdapat tugu pengairan. Aku duduk disana. Tak lama gerombolan massa sudah berbalik arah kembali ke selatan, berjalan, tak lagi berlari. Tampaknya mereka tak mendapatkan tangkapannya. Aku duduk di segitiga itu hingga matahari tak tampak lagi batang hidungnya, entah apa yang kupikirkan, tapi yang pasti aku tidak menyadari kedatangan seseorang di sebelahku. Aku menoleh padanya dan terkaget. Dia adalah anak muda yang dikejar massa tadi siang. Dia mengeluarkan pisau dari balik bajunya. Lantas menyodorkannya padaku. “Tadi kau yang melempar pisau ini dari dalam biskota?” ... Siang ini panasnya bikin sakit di kulit, sialan. Aku gak bisa ngamen hari ini, panas banget. Akhirnya aku cuma duduk-duduk di trotoar di bawah pohon – satu-satunya yang rindang di sana. Dalam keadaan panas begini, otak rasanya tidak bisa dipakai untuk berpikir. Sampai suatu ketika aku melihat sebuah pisau dilemparkan seorang anak muda dari dalam bis kota, jatuh tepat di depanku. Aku lantas memungutnya. Aku memperhatikan jenis pisau itu, pisau belati murahan, udah karatan di sana-sini. Saat aku sedang melihat-lihat pisau itu tiba-tiba dari arah selatan segerombolan orang lari ke arahku, salah seorang dari mereka menunjukku, dan berkata, “Itu orangnya!” Dengan refleks, aku berdiri dan berlari sekencang-kencangnya ke arah utara. Ini hanyalah insting penyelamatan diri, meski aku tak tahu ada masalah apa. Saat aku lari aku berpapasan, bahkan nyaris bertubrukan, dengan anak muda yang melempar pisau dari dalam bis kota tadi, andai waktunya gak mepet kayak gini, pasti aku udah tanyain ke dia kenapa dia ngelemparin pisau dari dalam bis kota. Tapi gerombolan massa sudah semakin dekat di belakangku, jadi aku terus lari menyelamatkan diri dari suatu kesalahan yang tak kuketahui. 71 ... Aku menyodorkan tanganku... “Niskala!” Dia menjabat tanganku... “Karna!” “Untung Bang Teddy ama Bang Budhi datang di saat yang tepat ya?” ujarku. “Ya, syukurlah!” katanya singkat. *** Suatu ketika If bertanya kepada Niskala, “Kalau kau disuruh memilih diantara 3 hal, mana yang akan kau pilih? Cinta sebagai kata kerja, cinta sebagai kata benda, atau cinta sebagai kata sifat?” Niskala merenung sebentar sambil memandangi mata If, “Mmh…, kalau kata kerja?” “Kalau kau memilih kata kerja,” kata If bersemangat, “maka kau memilih dicintai atau mencintai?” “Mmh…, pilihan yang sulit!” “Memang!” kata If puas. “Kalau kata benda?” “Kau akan menjadikan cinta itu objek atau subjek?” Kata If cepat, seolah sudah diformat sebelumnya. “Objek atau subjek? Mmh…, aku tak tahu! Pilihan yang juga sulit!” “Ha…ha…ha…, ternyata kau tidak seberani yang kupikir!” “Jadi aku harus memilh kata sifat?” “Ya,” kata If tegas, “itu yang seharusnya kau pilih! Sebab cinta adalah adalah sifat. Seperti aku mengatakan ‘kau sangat tinggi, kau cukup tampan’ yang dalam hal ini ‘kau sangat cinta’ atau ‘kau cukup cinta’.” “Oh…, kalau begitu aku tidak memilih ketiga-tiganya.” “Lho…, kenapa?” kata If kaget. “Sebab aku tidak memandang cinta hanya sebagai kata-kata!” jawab Niskala. *** Saya mengenalnya ketika dia membeli popcorn di mal. Saya lewat di depannya, dia langsung 72 menyodorkan tangannya, “Namaku Niskala!” Begitulah! Saya adalah keindahan yang terbunuh oleh takdir, begitulah saya membesarkan diri. Saya adalah takdir yang indah, begitulah saya membesarkan hati. Hingga suatu ketika kami berdua bermain dadu, tidak lama setelah itu dia tiba-tiba menghilang. Tangisku kubiarkan hilang seiring kehilangannya. Selamat Tinggal, Kekasih! ... Saya menerima surat berikut ini 2 hari sebelum dia menghilang; Bandung, 7 Mei 2000 Untuk sebuah harapan: If (yang secara fonetik hampir mirip dengan nama wanita pertama, Eve. Dan secara kasar oleh orang Indonesia diganti menjadi Eva. Berkaitan dengan hal itu maka aku akan mendefinisikan namamu dengan; Nama pertama untuk semua wanita. Wanita juga berarti harapan, If-ku!) Nama lelaki pertama, Adam, adalah nama yang yang diberikan Tuhan yang diambil dari sifat mustahil (lawan dari sifat) –Nya yang pertama (Wujud (Ada)). Maka Adam (tak ada) adalah ketiadaan (Nihil). Nama pertama untuk semua lelaki adalah Adam yang berarti nihil (Nothing). Jika kau If (Harapan) maka (karena aku lelaki) aku adalah Nothing (Ketiadaan). Yang berarti keduanya (If ataupun Nothing) sama-sama tidak pernah ada (Nihil). Kita berdua, harapan dan ketiadaan, adalah tak-ada. Kita berdua hanyalah refleksi. Refleksi Tuhan atau (…mungkinkah kita berdua hanyalah) imajinasi Tuhan? Namaku hampir mirip dengan nama semua lelaki itu. Niskala artinya Ghaib (tak terlihat (invisible)). Ke-takterlihat-an menurutku nyaris tak ada (Adam). Maka aku sebenarnya nyaris Adam (almost Adam). Dan kaupun berarti (karena namamu secara fonetik mirip dengan nama wanita pertama) nyaris Eva (almost Eve). Hanya dalam titik ini namaku diambil dari salah satu nama Tuhan, Al-Ghaib. Yang dalam bahasa Sanskrit adalah Niskala (tak kasat mata (invisible)). Dan namamu dalam titik ini kuartikan sebagai nama wanita pertama untuk semua wanita, dan bukannya andai (harapan). Jadi titik hubungan kita sekarang adalah titik persinggungan antara ke-takkasatmata-an (Al- 73 Ghaib) dengan nama pertama (prima) dari semua wanita. Ke-Ghaib-an (Tuhan Yang Maha Ghaib) adalah penyebab segala sesuatu (causa prima) yang menciptakan manusia pertama (prima) baik wanita maupun lelaki. Titik persinggungan yang kumaksud ini berarti ada dalam kata prima, kata yang juga bisa kuartikan menjadi kemurnian (purity). Titik kemurnian (purity) inilah yang menjelaskan posisi kita berdua dalam struktur semesta. Dan pada akhirnya kemurnian (purity) yang sudah menjadi sifat hubungan kita ini yang menyebabkan semesta tak lagi mempunyai struktur yang stabil (tak masuk akal) atau, kalau boleh, kuistilahkan dengan kata struktur absurd. Struktur yang absurd ini secara kasar akan kunamai Post-Struktural. Dalam bahasa yang tidak merumitkan diri, hubungan kita bisa menyebakan kekacauan (chaos) yang tidak masuk akal (absurd) dalam tubuh semesta, menghancurkan kemapanan struktur semesta yang sudah dibangun sejak trilyunan tahun yang lalu saat bahkan belum ada prasejarah. Maka kau dan aku adalah dogma untuk semesta. Kau adalah aku. Semesta adalah kau. Aku adalah semesta. Dogma untuk semesta adalah dogmaku (my dogma) juga. Dogmaku tidak diartikan menjadi dogma-ku (my-dogma) tapi karena aku simbol subjek maka menjadi dogma aku (dogma I). Karena dalam hal ini “aku” adalah subjek maka akan kuterjemahkan menjadi “I” bukan “me”. Karena aku dan kau adalah refleksi (cermin) Tuhan ketika bersatu (unite) dan cermin adalah simbol keterbalikan maka aku akan bermain palindrom (membalik-balikan kata) untuk kata “dogma i” menjadi “i am god”. Ya, kita berdua adalah Tuhan, seperti ketika kita diciptakan (sebelum dibelah). Kita merasakan semua rasa Ketuhanan (feel orgasms). Untuk merasakan kembali semua rasa ketuhanan itu (return to feel orgasms) di dalam diri kita maka kita harus bersatu kembali (return to unite) seperti ketika sebelum dibelah. Tapi “UNTIE to UNITE” If-ku! NISKALA RUHLELANA ... Saya menerima surat berikut ini sehari setelah dia menghilang; 74 Bandung, 10 Mei 2000 Untuk sahabatku di surga: EVA (Nama Pertama Untuk Semua Wanita) ==Aku menggunakan nama Eva sebab telah kujelaskan di suratku sebelumnya. Dan aku yakin kau pasti cukup paham.== Kemarin kulangkahkan kaki kemantapanku pada sebuah kelokan jalan di seberang keanggunan sebuah waktu. Waktu yang sangat arogan dan mantap berdetak. Hingga kian bising di telingaku. Aku berjalan cepat dan dia terus mengejarku. Tapi diam dan indah, sangat indah! Sudahlah! Itu hanya sebuah awal yang dimulai kemarin. Hingga sekarang sebuah keinginan jahat menyelubumgi benak dan rasaku. ‘Kan kubunuh waktu! Tapi apakah itu perlu? Sebab meski waktu mati, berhenti berdetak, akankah aku abadi? Dan padahal keabadian bukanlah tujuanku. Keabadian bukanlah kebebasan yang sebenarnya. Tidak ada kebebasan mutlak, sebenarnya. Hanya rasa dan mencoba-coba untuk menemukan kebebasan yang akan sedikit membebaskan. Betulkah? Aku tak peduli, akan kubunuh waktu! Hingga pertanyaan berakhir pada siapa, kenapa... Bagaimana! Itulah akhir. Itukah akhir? Tidak! Tuhan telah menciptakanku dalam keabadian, tanpa akhir. Tidak ada akhir, sungguh tidak ada akhir. Kematian hanyalah sebuah proses dan bagian dari dunia nyata. Dan kegelapan dan malam adalah pasangan yang menjadi sahabat sejatinya. Semua berawal dari malam dan kegelapan, Nyx dan Erebos. Diteruskan oleh mati yang tak dapat dipisahkan dari keduanya. Dunia khayal inilah yang kupertanyakan yang tak dapat kupisahkan dari dunia nyata. Khayal dan nyata adalah dua bagian terpisah yang ada dalam satu wadah. Ada dan tidak ada bukanlah persoalan. Sebab ada akan menyebabkan tidak ada dan tidak ada akan menjadi ada. Begitulah adanya! Begitupun dengan konsep awal atau akhir. Konsep awal atau akhir adalah ada dan tidak ada. Kumulai proses pembunuhan waktu dengan tidak mengikutsertakan ruang, sebab ruang akan kubunuh pada keadaan yang lain. Dunia yang keluar! Tapi waktu tidak juga terbunuh, detaknya malah semakin mengeras dan malah hampir membunuhku dalam kebisingan. Sahabat cantikku! 75 Maukah kau melinangkan air matamu untukku? Sebab tangisan dalam tubuhku telah lama terbunuh. Aku ingin menangis! Ya..., akan kudendangkan tangisan dalam bentuk lagu. Sebab meski tangisan telah lama terbunuh, aku masih bisa bernyanyi. Hanya itulah satu-satunya pembelaan yang bisa kubuat untuk hukuman yang akan dijatuhkan Tuhan karena percobaan membunuh waktu. Dan akupun dituntut dengan tuduhan menganiaya waktu. Itu benar dan kuakui. Hukumannya adalah dipenjara waktu selama waktu masih hidup dan dikerangkeng oleh ruang sehingga aku takkan pernah bisa lagi membunuh mereka berdua. Aku hanya bisa memendam dendam dan tangis. Sahabatku tercinta, itulah kenapa aku terlahir...! dari sahabatmu yang telah lama mati Niskala Ruhlelana Saya membakar surat-surat itu seiring upacara kematiannya dalam benak saya. Saya tak tahu. Itu saja! *** Salah satu berita di beberapa surat kabar dan televisi hari itu adalah: Niskala, salah satu personil band SID (Samantha Impossible Dream) yang sedang menjadi sorotan masyarakat karena konser mereka tadi malam yang menghebohkan dan menimbulkan banyak korban jiwa itu, ditemukan nyaris tewas oleh luka bakar dari api yang masih menyala di tubuhnya, di kamar sebuah rumah terpencil di daerah Dago Utara oleh Unit Reaksi Cepat Polwiltabes Bandung setelah mendapat laporan tentang kemungkinan Niskala bunuh diri dari seorang wanita yang mengaku jurnalis sebuah majalah musik yang mewawancarai Niskala sesaat setelah konser SID itu berlangsung… *** Karna tersenyum ketika paramedis menggotong tubuhnya dan dari saku bajunya yang selamat dari jilatan api dia mengeluarkan sebuah puisi; 76 Penatian Sesaat waktu-waktu yang ada dan terus menerus meneriakan detak perjalanan jarum penunjuk detik yang berotasi sesaat begitu menjemukan seperti penantian kekasih di pojok restoran yang sangat temaram sesaat terasa seperti menunggu kematian beriringan dengan detak jantung yang kian lama kian cepat mengungguli teriakan detak-detak detik sesaat kian memekakan gendang-gendang tuli yang tak bergetar sesaat kian sesaat kian terasa penantian, sunyi tak terlihat indera buta sesaat kian terasa sesat pemikiran-pemikiran itu akan hadirnya kelelahan akan hadirnya kepenatan akan hadirnya bencana kematian saraf-saraf kesadaran kian lama, kian sesaat, kian sesat, kian sesak, kian menggorok lubang nafas kematianku, kian aku merasakan kehidupan matiku, kian sunyi, kian terdengar detak-detak kematian jarum detik, kematian detak jantungku pun kurogoh kekesalanku pada bayangan penantian sesaat aku kesal kian kesal dan tak kunjung datang lalu aku pulang pada keabadian jiwaku dalam detak-detak yang kini semuanya terhenti oleh hembusan akhirku aku pulang pulang... Niskala 2K *** Sebuah tulisan dengan darah yang sudah mulai mengering menempel di dinding kamar Niskala; Apakah aku salah berdoa untuk mati hanya karena rindu bercumbu dengan Tuhan? Chapter Eight Oedipus; Cognition or Nihilism? 77 (from Apocalypse to Milk “Pamela Anderson” Factory) “Kill the father, fuck the mother, (dan seorang teman bernama Sofi menambahkan) stop making baby – mudah-mudahan nanti ada korelasinya. Aku menemukannya ketika kubuka halaman itu di No One Here Gets Out Alive (Yang tidak dijadikan acuan untuk pembuatan film tentang The Doors oleh Oliver Stone). Tiba-tiba, jauh di luar dugaanku yang paling positif, musik musim dari sebuah kelokan jalan menyeruduk telingaku, kalau boleh kusederhanakan mungkin namanya klakson. Tit atau tot biasa aku menyuarakannya, kalau adikku menyuarakannya pep, ibuku yang sangat sunda bilangnya tidid, temanku yang bule bilangnya beep, apapun, itu hanyalah masalah lidah yang bersifat ethnic privative. Bayangkan andai bunyi musik musim tadi terdengar di sebuah pemakaman purba di pedalaman yang belum terjamah fuckin’ modernitas. Jim Morrison, yang menyebut girl terdengar di telingaku seperti grill, memang terobsesi menjadi Oedipus. Tapi entahlah, mungkin ‘cause my mother is not my type, tak pernah terpikir untuk mengawininya. Hanya cepatlah berpikir andai mereka tidak pernah berpikiran untuk membuat kita, mengemasi dan meng-emas-i kita, ada satu hal yang mereka lupa, kita tidak minta dilahirkan! Kill the father, sebuah wacana obsesi dan kecintaan mendalam dalam rangka merunut menjadi sosok yang diidam-idamkan, menjadi boomerang bagi Saturnus sebab karma yang harus dia terima adalah diburu oleh anaknya sendiri, Jupiter, yang kemudian merunut karma-karma berikutnya hingga sekarang. Fuck the mother, bukan tidak mungkin pembunuhan Habel disebabkan oleh sebuah perebutan kasih sayang dari ibunya, Eva. Kain merasa bahwa dia yang paling mirip Adam, sedemikian hingga setelah ayahnya meninggal, dialah yang harus mewarisi tahta pendamping Eva. Hal ini menjadi absurd sebab aku membawa sebuah Budaya Shamanisme yang dicoba masukan kedalam kepercayaan besar Semitisme atas sejarah mengenai Adam dan Hawa. Stop making baby, bukankah tak ada salahnya bermain-main dengan ide. Membuat alam semesta pusing tujuh keliling, mungkin adalah sebuah perbuatan yang lucu dan menggemaskan. Begini, apabila seluruh umat manusia bersepakat untuk tidak membuat bayi 78 maka dalam waktu beberapa puluh tahun yang akan datang manusia akan musnah. Sementara Sang Waktu merencanakan kiamat di seribu tahun (mungkin) yang akan datang. Siapa yang menguasai bumi saat itu, apakah akan terjadi evolusi pada primata yang lain untuk bisa menguasai bumi? Dalam wacana feodalisme, kedudukan manusia sangat dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran penis sang ayah. Semakin besar ukuran penis dan semakin kuat daya bercinta, maka semakin unggul anak yang dihasilkan, unggul dalam tataran normatif dan nilai-nilai umum standar. Bukan! kata temanku yang selalu berteriak tentang feminisme, tetapi tergantung bentuk rahim dan pabrik susu ibunya. Bentuk rahim akan sangat mempengaruhi bentuk fisik, cantik, seksi dan lain-lain. Pabrik susu berpengaruh di wilayah mental, kecerdasan dan spiritualitasnya. Aku lantas bertanya padanya, andaikan anaknya Pamela menyalahi konsep itu? Pam kan dadanya silikon. Di sini aku tidak akan berpihak pada apapun, siapapun. Semua bagiku hanyalah sebuah kewajaran dan purity. Seperti tadi kubilang tentang aksen lidah yang terakomodir, semuanya terjadi, bisa! ‘O, c’mon, gender is dead, Pal! Ini bukan orasi budaya tetapi sebuah radiasi buaya yang membenturkan kekerasan halusinasi dan dialektika kecemasan, yang hanya diterjemahkan ke dalam problem telinga, reduksi otak dan formalisme purba seperti tumpahan nafas dan setengah waktu di sebuah simpul-simpul penjelajahan persepsi bunyi dari seseorang yang tidak pernah mengenal dirinya. Seperti sebuah syair yang kubuat ketika dalam kondisi the eyes of the universe; Bajingan, kerak-kerak di udara itu terus mengutuk-ngutuk tubuhku dan lalu memutuskan untuk segera –setengah mabuk setengah tidur—menghamili kejantanannya. Itulah yang mengantarkan kemantapan kepala yang lidahnya keluar semua. Bahan-bahan kesadaran ada padaku katanya selalu. Lalu dia meracik bumbu-bumbu serotonin untuk jadi kenangan dibuat empirisme kesan-kesan. Bajingan, enak banget. Optimisme-optimismenya di sebuah labirin ingatan yang tujuh ratus kali sudah kudapatkan. Bajingan, dia menjadikan kelam menjadi begitu mengudara. Ah! 79 Bajingan, aku tidak akan pernah mengatakan stereotyping kehidupan lagi padanya, yang kejantanannya teracuni musik musim. Berikut ini adalah terjemahannya : Bajingan, kerak-kerak di udara itu terus mengutuk-ngutuk tubuhku dan lalu memutuskan untuk segera – setengah mabuk setengah tidur — menghamili kejantanannya. Itulah yang mengantarkan kemantapan kepala yang lidahnya keluar semua. Bahan-bahan kesadaran ada padaku, katanya selalu. Lalu dia meracik bumbu-bumbu serotonin untuk jadi kenangan dibuat empirisme kesan-kesan. Bajingan, enak banget. Optimisme-optimismenya di sebuah labirin ingatan yang tujuh ratus kali sudah kudapatkan. Bajingan, dia menjadikan kelam menjadi begitu mengudara. Ah! Bajingan, aku tidak akan pernah mengatakan stereotyping kehidupan lagi padanya, yang kejantanannya teracuni musik musim. Dalam hal ini aku hanyalah burung pemakan bangkai kata-kata. Teman! (begitu aku selalu memanggil siapapun, meski beberapa kadang kupanggil –sorry— Anjing!) Adalah sinkronisitas bila dengan tiba-tiba ada arus panjang mendera kita dengan doktrin ketika produksi sperma dan ovum terus berkelanjutan, ketika meiosis tak bisa dihentikan, ketika emosi keberpihakan lambang plus terus menghantui kenyataan minus. I’m sorry, I’m so fuckin’ gay! Kesenangan, betulkah kesenangan yang tadinya adalah tujuan, telah berfuga menjadi pisau juga? Ya, pisau untuk membunuh beberapa keberpihakan tadi. Fuck our own-selves! Onani tak berkesudahan, bukan BT, lho! Ini bukan representasi, teman (-sorry- Anjing!), tapi sebuah ketakutan akan kemudaan yang terus menua. Me-Mati. Jadi kutekan tombol ‘restart’ disebuah mesin pembunuh jiwa. Untukmu! Duluan. Ini bukan cerpen biasa sebab handai taulan kita selalu mewartakan cerpen sebagai sebuah karya yang me-modal. Tapi ini cerpen atas fragmen hidup seorang biseksual, anak-anak brit- 80 pop dan domba-domba glam-rock. Ini mungkin sedikit lebih cerdas ketimbang cerita ikan Nun. Oh ya! Bagi yang belum tahu cerita ikan Nun akan kuberitahu singkatnya, agar kalian berkhayal. Konon, dunia berada di ujung tanduk seekor kerbau. Kerbau itu berdiri di atas punggung ikan Nun. Ikan Nun hidup di Lautan Pasifik. Horee…! Aku telah berbohong… aku telah berbohong…! Maka, ayo memudalah! Seperti yang dikatakan Chaos, dewa pertama, “Mati ketika bayi!” Kau masuk surga dan semesta terus bereinkarnasi. Pabrik susu, seperti misalnya KPBS yang laris di mana-mana dan Pamela Anderson (salah satu parik susu terbesar dan paling fenomenal sebagai keberhasilan teknologi Plastic Surgery) yang juga laris di mana-mana, adalah salah satu faktor ketertarikan Oedipus kepada ibunya. Dari mulai dia membutuhkan hingga “membutuhkan”. Di abad “opening act of milk factory” ini, ketertonjolan menjadi sebuah trend yang apocalyptic. Ekstase seorang sufi mungkin terlancarkan oleh sebuah bayangan akan puting susu ibunya. Entahlah! Cognition dan Nihilism, sebuah paradigma unik akan fusi beberapa molekul/atom yang paradoksal. Betapa tidak. Cognition yang selalu menggerecoki kita dengan cacian tentang pentingnya sciense dan –isms digelitiki oleh Dyonisus atau Bacchus (Dewa Anggur, Pesta dan Kesenangan) yang selalu mencari akal bagaimana mengosongkan botol dan membuat lagu baru. Bukankah ini mungkin? Ok, kuralat, bukankah ini absurd! Mungkin pengetahuan saya tentang anak Zeus yang satu ini kurang begitu full-contact-body, mungkin karena dia selalu tersesat dalam labirin saat setiap kali bercinta dengan istrinya. (Istrinya adalah Ariadne, Dewi Labirin) Kalau tidak percaya silahkan tanya Zarathustra! Tapi kekeringan yang kucerca sudah cukup bulat untuk mengatakan segala hal itu wajar, tidak ada benar dan salah. Sudah! Biarkanlah semua mengalir sebab hidup itu cair. 81 Biarkanlah semua terbang sebab hidup itu tidak melekat. Biarkanlah semua berlari sebab sinkronisasi akan tetap menghantui peradaban kita. (bayangkanlah sebuah sungai yang mengalir di angkasa sambil mendengarkan lagu-lagu Bjork!) Fuck me, and off course, fuck you! And the last, don’t fuck my concept, Shit!!! Tabel I. Primordial (my version) Bentuk & Ukuran Penis Kekuatan Bercinta Cantik, tampan Penanda Besar, gemuk Sexy Vagina Cerdas, baik Petanda Kuat, tangguh Anggun Kekuatan vagina Tabel II. Feminisme (my version) Bentuk Rahim Pabrik Susu *) Cantik, tampan Penanda Denotative Non-Fiksi Sexy Fisik Cerdas, baik Petanda Konotatif Imajinasi Sexist Mental, spiritual *) Terkecuali apabila dadanya disuntik silikon atau terkena kanker payudara. I AM GOD DOGMA I Chapter Nine Auto-Obituary X.1. Empty Recycle Bin Aku melemparkan semua wajahnya kedalam tong sampah. Terus melupakan kejadian itu untuk selama-lamanya, setidaknya mencoba untuk itu. Kuharap tong sampah itu tidak seperti recycle bin. Tapi kalaupun persis, maka akan ku-klik kanan dan langsung mengarahkan pointer pada 82 empty recycle bin lantas kutekan kuat-kuat, biar musnah sudah semua wajahnya yang cantik menjijikan itu. “Pelacur!” kataku. Aku melemparkan semua wajahnya kedalam tong sampah. Terus melupakannya untuk selamalamanya, setidaknya mencoba untuk itu. Kuharap tong sampah itu tidak seperti recycle bin. Tapi kalaupun persis, maka akan ku-klik kanan dan langsung mengarahkan pointer pada empty recycle bin lantas kutekan kuat-kuat, biar musnah sudah semua wajahnya yang cantik menjijikan itu. “Pelacur!” kataku. Padahal sepertinya sebongkah batu besar pun belum cukup sanggup menghancurkan kenangan itu. Tapi aku selalu ingin melemparkan sebongkah batu besar, menindihnya, melibasnya, menggilasnya, menggilingnya, terus melemparkannya ke dalam tong sampah. Terus melupakan kejadian itu untuk selama-lamanya, setidaknya mencoba untuk itu. Kuharap tong sampah itu tidak seperti recycle bin. Tapi kalaupun persis, maka akan ku-klik kanan dan langsung mengarahkan pointer pada empty recycle bin lantas kutekan kuat-kuat, biar musnah sudah semua wajahnya yang cantik menjijikan itu. Tapi kenangan itu masih mendiam dalam kepalaku se-menjijikan wajahnya yang cantik itu. Wajahnya yang cantik yang membuatku selalu ingin melemparkan sebongkah batu besar, menindihnya, melibasnya, menggilasnya, menggilingnya, terus melemparkannya ke dalam tong sampah. Terus melupakan wajahnya itu untuk selama-lamanya, setidaknya mencoba untuk itu. Kuharap tong sampah itu tidak seperti recycle bin. Tapi kalaupun persis, maka akan ku-klik kanan dan langsung mengarahkan pointer pada empty recycle bin lantas kutekan kuat-kuat, biar tak ada lagi yang tersisa dan benar-benar musnah seluruh intervensi wajahnya dalam memori di otakku yang kuharap tidak ada program recycle bin disana agar semua sampah seperti dia, wajah dan kenangannya bisa hilang selamanya tanpa ada satupun orang mampu meng-klik kanan dan mengarahkan pointer pada restore untuk – mungkin sekali – ditekan kuat-kuat. Tapi kalaupun ada, maka akan ku-klik kanan cepat-cepat sebelum orang lain mendahuluiku dan langsung mengarahkan pointer pada empty recycle bin lantas buru-buru kutekan kuat-kuat. Sepertinya masih ada sedikit sisa, maka aku akan cepat-cepat melemparkan sisa-sisa wajahnya itu kedalam tong sampah. Terus melupakan sisa-sisa wajahnya itu untuk selama-lamanya, setidaknya mencoba untuk itu. Kuharap tong sampah itu tidak seperti recycle bin. Tapi 83 kalaupun persis, maka akan ku-klik kanan dan langsung mengarahkan pointer pada empty recycle bin lantas kutekan kuat-kuat, biar musnah sudah semua wajahnya yang cantik menjijikan itu. “Pelacur!” kataku. “Sial!” ucapku kemudian sebab no.telp-nya masih tersimpan dalam phone book di ponsel-ku. Dalam seketika dan segera aku sangat ingin cepat-cepat menghapusnya dan melemparkannya kedalam tong sampah. Terus melupakan no.telp-nya untuk selama-lamanya, setidaknya mencoba untuk itu. Kuharap tong sampah itu tidak seperti recycle bin. Tapi kalaupun persis, maka akan ku-klik kanan dan langsung mengarahkan pointer pada empty recycle bin lantas kutekan kuat-kuat, biar habis sudah no.telp-nya yang berupa kombinasi angka menjijikan itu. Tapi entah kenapa tanganku malah menekan no.telp-nya itu dan terdengar suara seperti ini di seberang sana: maaf, dana anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini! (mungkin dengan 3 tanda seru seperti ini: maaf, dana anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini !!!) atau bisa jadi dengan font yang di-control B seperti ini: maaf, dana anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini !!! atau malah bisa jadi lebih mungkin dengan huruf kapital semua dengan control B, control I dan control U, sangat berlebihan bukan? Sebab jadinya seperti ini: MAAF, DANA ANDA TIDAK CUKUP UNTUK MELAKUKAN PANGGILAN INI (dan masih tetap dengan tiga tanda seru, sebab kata guruku tiga bisa menunjukan tak hingga, tak perlu capek-capek lebih dari tiga!) seperti ini: !!! “Sial!” kataku kemudian, “berapa dana yang kubutuhkan untuk membuatnya setia padaku? “Pelacur!” Lantas dengan segera aku sangat ingin cepat-cepat mencoba lagi menghapus no.telp-nya dan melemparkannya kedalam tong sampah. Terus melupakan no.telp-nya untuk selama-lamanya, setidaknya mencoba untuk itu. Kuharap tong sampah itu tidak seperti recycle bin. Tapi kalaupun persis, maka akan ku-klik kanan dan langsung mengarahkan pointer pada empty recycle bin lantas kutekan kuat-kuat, biar habis sudah no.telp-nya yang berupa kombinasi angka menjijikan itu sungguh sama seperti wajah cantiknya yang juga ingin kulemparkan kedalam tong sampah, terus melupakan wajahnya itu untuk selama-lamanya, setidaknya mencoba untuk itu. Kuharap tong sampah itu tidak seperti recycle bin. Tapi kalaupun persis, maka akan ku-klik kanan dan langsung mengarahkan pointer pada empty recycle bin lantas 84 kutekan kuat-kuat. Tapi entah kenapa, jariku yang tadi sudah menekan option pada bagian no.telp-nya lantas mengarahkannya pada delete entry, ketika ada pertanyaan; are you sure? jariku malah menekan no. (Sebenarnya mungkin no dengan tanda seru seperti ini: no! atau bisa jadi seharusnya dengan 3 tanda seru, sebab kata guruku tiga bisa menunjukan tak hingga, tak perlu capek-capek lebih dari tiga, seperti ini : no!!!. Seperti tidak puas juga jariku menambahkan control B dan control U dan mengganti hurufnya dengan kapital semua, jadinya seperti ini: NO!!!. Tapi kok control U sepertinya menggangu ya? Baiklah akan kuhilangkan saja, jadi seperti ini: NO !!! dengan spasi antara kata no dan ke-3 tanda seru agar seperti masing-masing berdiri sendiri dan menjadi sebuah kekuatan besar apabila digabung menjadi semacam frase memuakkan) Kuharap saat ini dan selama-lamanya setiap kali aku harus terpaksa menekan no.telp-nya yang kusimpan dalam nama pelacur dalam huruf kapital semua dengan tiga tanda seru, tapi tidak kucontrol B sebab tak ada fasilitas itu dalam ponselku, (PELACUR!!!) itu selalu terhubung dengan mesin yang dengan cerewet selalu berkata begini: "Telepon yang ada tuju sedang tidak aktif atau berada diluar servis area". Tapi cukup segitu saja tanpa harus memakai tanda seru, huruf kapital dan control B sebab aku pasti akan sangat muak dengannya bila kata-kata itu muncul dengan tanda seru, huruf kapital dan control B. Bila terhubung dengan kalimat wanita mesin itu memungkinkan aku menaruh curiga bahwa dia tak lagi mengaktifkan kesetiaannya atau dia sudah diluar servis areaku, maka dengan begitu kuharap aku bisa menghapus no.telpnya dan melemparkannya kedalam tong sampah. Terus melupakan no.telp-nya untuk selamalamanya, setidaknya mencoba untuk itu. Kuharap tong sampah itu tidak seperti recycle bin. Tapi kalaupun persis, maka akan ku-klik kanan dan langsung mengarahkan pointer pada empty recycle bin lantas kutekan kuat-kuat, biar habis sudah no.telp-nya yang berupa kombinasi angka menjijikan itu sungguh sama seperti wajah cantiknya yang juga ingin kulemparkan kedalam tong sampah, terus melupakan wajahnya itu untuk selama-lamanya, setidaknya mencoba untuk itu. Kuharap tong sampah itu tidak seperti recycle bin. Tapi kalaupun persis, maka akan ku-klik kanan dan langsung mengarahkan pointer pada empty recycle bin lantas kutekan kuat-kuat. X.2. Post-Libido Segelas juice jeruk mengingatkanku betapa piciknya aku berpikir bahwa dia (tubuhnya, warnawarna matanya, menghentikan mobil saat lampu merah menyala-nya, setiap mutiara yang 85 menancap di sudut-sudut dagingnya, desiran darahnya, hentakan tubuhnya saat hujan menerpa, erangan paraunya, 3 mm2 tanda lahir berwarna biru kemerahan di ujung selangkangnnya, bau vaginanya yang meluntur merayapi malam-malam yang entah keberapa kali itu) hanyalah seorang pelacur musim yang tak perlu kubayar sebab dia mencintaiku. Ternyata semakin kupicingkan mata, kukerutkan dahi, kubuang semua sperma matang, akulah yang layak disebut pelacur, gigolo beracun, julukan yang tepat untukku, Kawan! Dia adalah bitch dan aku adalah bastard. Begitu katanya setiap kali. Bitch adalah dia, Bastard adalah aku. Aku menyetujuinya. Apa yang kau pikir bila seekor bitch dan seekor bastard berdialog? Pembicaraan tentang hedonisme yang terus menerus? Kau salah! Yang kami bicarakan adalah filsafat, melulu filsafat. Bukan sejarah filsafat. Bukan filsafat yang sudah diagungkan di buku-buku. Tapi filsafat versi sekor bitch dan seekor bastard. Filsafat yang sepertinya lebih kasar dari dialog fantasi Derrida dengan Baudrillard. Bitch : “Kita adalah dua tokoh antagonis yang dibenci penonton.” Bastard: “Ya, Miky and Malory Knox.” Bitch : “Bukan, mereka tidak dibenci penonton. Kita adalah tokoh antagonis standar. Agus Melast dan Ibu Subangun. 80’s antagonist, isn’t it? Hahaha…” Bastard: “Aku adalah Apollo, dan kau Daphne.” Bitch : “Tidak, tidak… Kalau di mitologi Yunani, aku adalah Aphrodite dan kau adalah Ares, tepat pada saat mereka ditonton dan ditertawai para Dewa.” Termina, Si Bitch itu, sudah menikah waktu mengenalku. Dia datangi aku saat sedang mengurusi proses cerai dengan suaminya, membawa entah berapa kilojoule birahinya, menyetubuhiku dengan basah di setiap senti tubuhku. Lantas dia beri aku makan, seonggok bangkai, seribu vibrasi, sebuah kenyamanan bersyarat, serta semua keperluan gilaku. Aku menyukainya, Termina benar-benar layak untuk disukai dari berbagai arah, Barat, Selatan, Utara, Timur, Barat Daya, Timur Jauh, Atas, Bawah, Diagonal, ataupun dari Sudut Warnawarna. Aku lelaki normal senormal penis dunguku, dan miskin semiskin penis dunguku. Lalu 86 dia benar-benar cerai dengan suaminya saat aku berpikir bahwa aku hanyalah ikan cupang dan suaminya benar-benar daging dan tulang. Suaminya adalah daging dan tulang sehat yang selalu disajikan dalam restoran dan cafe di hotel-hotel jadi steak dan sop kaki. Setelah itu suaminya mulai beranjak gila dan selalu mencoba untuk bunuh diri. Aku mendengarnya dari Niskala. Aku selalu hanya mendengar saja. Aku adalah telinga. Satu-satunya yang kubisa selain mendengarkan Niskala bicara adalah memainkan setiap helai senar gitar dengan merek apapun, dengan sempurna! Gitar yang sama yang kupakai untuk mengamen di perempatan bahkan gitar yang sama yang kupakai di konserkonser tunggal kami. Aku adalah telinga. Niskala melulu mulut. Begitulah hingga kami melebur bersama dalam nada-nada harmoni, kontras, fals bahkan absurd-schizophrenic. Selalu begitu, sehingga rahim kami membesar dan lantas meledak memunculkan satu nama: Samantha Impossible Dream, berupa track-track lagu yang mengejan-ejan, menangis keras, meracau-racau dan mencecakar kain-kain bercorak dalam berbagai hiasan not balok dan komputer yang isinya melulu program musik. Aku adalah pengganti mentari saat malam buat Niskala. Niskala adalah ke-takkasatmata-an. Menjadi terlihat saat sinar menyelubunginya. Kita berdua menjadi keseluruhan semesta saat melebur bersama suara-suara. Menjadi Tuhan untuk kami sendiri. Memuja diri kami sendiri. Meniupkan ruh atas setiap lagu yang kami buat. Ada beberapa additional untuk alat musik yang lain. Yane untuk grand piano dan keyboard. Erva untuk violin. Dan Ervi, kembarannya Erva untuk backing vocal dan rythm guitar. Selalu dengan format itu untuk setiap kali konser. If adalah manager yang hebat. Aku mencintainya. Dia adalah groupie Niskala. Tidur dengan Niskala dan berpacaran denganku. If adalah manager kami. If adalah pacarku. If adalah groupie Niskala. Ngerti kan apa yang kumaksud? Album pertama kami meledak dengan ribuan copy dan memenangkan berbagai awards disini ataupun diluar. Ah…, masa lalu… X.3. Post-Conciousness 87 Saat itu. Aku merasa hina. Mendungnya langit seolah dan bukan saja seolah mengiringi kehinaanku, mencoba menyembunyikanku dari berbagai kecaman mata setiap orang. Kecaman mata itu adalah mimpi buruk yang bertumpuk. Seperti ketika dua kilogram mariyuana dihunjamkan asapnya langsung kesetiap aliran darah di otak. Kecaman-kecaman imajiner yang sebenarnya tidak datang dari siapapun tapi datang dari proyeksi mataku sendiri. Kecaman-kecaman hina atas setiap langkah kakiku setiap menelusuri apapun, setiap menit, setiap detik. Dihunjam ketakutan dan kehinaan seperti itu membuatku selalu ingin melemparkan satu balok batu yang besar pada setiap mata-mata itu yang selalu seolah dan bukan saja seolah mengiringi langkah-langkah kakiku pada setiap menelusuri apapun. Tapi aku harus melangkah untuk menelusuri apapun dan bersiap berbekal batu apabila kecaman imajiner itu mengiringi langkahku lagi. Aku harus melangkah, setiap menit, setiap detik. Dering mobilephone yang ketiga, dengan nada lagu pertama kami, baru kuangkat, sebab vibratornya sangat mengganggu selangkanganku. “Halo…, ini aku yang tengah mati!” Kututup. Ini masih mimpi buruk yang bertumpuk. Aku pulang kerumah. Tertidur dengan suara Thom Yorke menggeliat-geliat dalam Amnesiac, Morning bell… morning bell… light another candle and release me… Dering jam weker yang ketiga baru kumatikan. “Selamat pagi wahai bisik hari, ini aku yang tengah mati.” Masih mimpi buruk yang bertumpuk? Termina yang menumpuk-numpuk, menumbuk-numbuk engahan nafasku, keringatku. Mimpi buruk tentang bajingan yang bersarang ditubuhku. Merasuki setiap sel, setiap menit, setiap detik. Hingga malam, masih dengan background mendung, kudentangkan gitar dengan nada-nada yang kusengaja fals seperti mimpi buruk bertumpuk-ku. Suara jengkerik dan burung suitincuing memberi melodi dari ritme gitarku. Dan suara detik jam dikamarku membimbingku seperti ketukan metronom terganggu degup jantung yang suaranya lebih bingar daripada geraman adrenalinku. Diiringi klakson mobil tetangga dan teriakan anak-anak kampung yang baru pulang mengaji di rumah Pak Jarkoni. Kunyanyikan lagu-lagu cinta seolah dan bukan saja seolah tiada lagi yang bisa diperjuangkan dalam hidup selain cinta. Dering bel rumahku yang ketiga, baru kubuka. “Ini aku yang tengah mati!” “Karna? Kau kenapa?” “Ini aku yang tengah mati dalam tiga babak ini aku yang tengah mati.” 88 “Karna…!” “Pulanglah Termina, aku tak sanggup lagi.” “Tapi kita belum selesai membicarakannya.” “Ya…, tapi aku sudah menyadarinya. Aku tidak akan pernah mencintaimu.” “Aku tak butuh cintamu. Aku adalah gairah dan kau adalah tikus.” “Kau adalah ayam betina dan aku adalah anteros. Kebencian? Entahlah.” “Kamu bajingan, Karna!” “Ya, aku adalah Bastard. Dan kau Bitch, pulanglah. End of conversation!” Kututup pintu tanpa memberi sedikitpun kesempatan untuk Termina melewati batas terakhir dari mimpi buruk bertumpuk-ku; teriakan-teriakan gila yang mengancam tujuh ribu kecemasan merasuk ke dalam tubuhnya sekaligus mencipta durja yang berkepanjangan dia sudah membuang jauh-jauh semua kemuakannya padaku aku lantas mengulur waktu menyimpan dendam kesetaraan aku tak peduli dengan sejuta durjanya sebab sebenarnya teriakan-teriakan gila itu masih terus bersemayam dengan tenang dalam tubuhnya sekali lagi kukatakan bahwa dendam itu masih juga teredam dalam tubuhku malah kebusukannya semakin membesar, menyengat ujung-ujung syaraf penciumanku dan nyaris membuatnya buta hingga pada suatu ketika kami berdua menabrakkan keduanya, dendam membusuk dan teriakan gila itu, dalam sebuah irisan simetris yang kami berdua ciptakan dalam sebuah persenggamaan sakral diatas ranjang mimpi pertama kami penyatuan itu berhasil melahirkan benih-benih seribu satu kebijaksanaan yang kucoba terangkan padamu sebagai penggembala para domba yang akan meneruskan keskizoprenikan para pendahulumu yang sudah tersesat dalam labirin yang mereka buat sendiri maka selamat malam...! Tak lama bel berdering lagi. “Sudahlah Termina, aku sudah muak!” 89 “Karna! Ini aku, Niskala.” “Nis…” “Ya…” “Masuklah, aku pikir siapa.” “Kamu kusut sekali, kenapa?” “Entahlah!” IX.4. Scratch and Then Hang Tiba-tiba datang Niskala. Dia bercerita padaku tentang hubungan cintanya yang kandas garagara hal kecil yang sebenarnya masih bisa diselesaikan. Cinta lagi! Apa tidak ada kisah lain yang lain selain kisah cinta? Selalu cinta… selalu tentang cinta. Aku muak, sambil menghembuskan asap rokok ke mukanya. Maaf, saat ini aku sedang tak bisa menjadi telinga buatmu, malam ini aku tidak sedang ronda menggantikan ayahku. Malam ini aku sedang tidak bisa menerangimu. Maaf! “Sebentar, Kawan! Bukan hubungan cinta dengan wanita, tapi dengan Tuhan. Gue lagi berantem berat ama Dia.” Aku tak peduli. Lalu aku tinggalkan dia. Aku keluar kamar kost-ku. Kulangkahkan kakiku mengikuti ibu jari yang entah berapa lama tak kupotong kukunya. Semerbak harum getahgetah pohon flamboyant mengiringi langkah dan lamunanku. Dingin malam tak terasa. Tiba di pinggir jalanan sepi, aku berjongkok dan mataku menerawang ke arah langit yang malam ini enggan menampakan bintang-bintangnya. Sepertinya enggan untuk memberiku keindahan. Disitulah aku sepanjang malam itu hingga tertidur. Mimpi buruk terus bertumpuk-tumpuk. Terbangun tapi tidak terbangun, aku masih terus bermimpi. Bermimpi dan bermimpi lagi. Aku masih bertanya, tidur nyenyak; dengan mimpi atau tanpa mimpi? Pagi hari, lebih tepatnya menjelang tengah hari aku dibangunkan oleh suara klakson bis kota yang mengangkut para mahasiswa dan pedagang-pedagang pasar yang baru pulang. Aku menggeliat dan menoleh ke sekelilingku. Begitu riuh. Aku berdiri dengan sisa kantuk yang masih menyerang sarafku. Sambil sempoyongan berjalan menuju kamar kost-ku yang tak jauh dari sana. Sesampai disana kutemui Niskala masih tertidur. Dan seorang gadis sedang membaca majalah. “Hai!” sapaku. Dia terkejut dan menoleh ke arahku. “Karna, dari mana saja?” kata If. 90 “Sejak kapan disini?” Dia tak menjawab. Dia hanya memelukku sambil mencium pipiku dan menarikku kedalam kamar. Lalu dia menuangkan segelas air putih dari botol dan memberikannya padaku. “Minum dulu! Berantakan sekali kamu. Dari mana sih? Tertimpa gunung batu ya? Aku kangen.” katanya. Aku hanya terdiam saat setelah menenggak habis air di gelas itu. Aku terus terdiam sambil tertunduk. Dia pun terdiam sambil memperhatikanku. Sepertinya tidak menunggu jawabanku. Dia mengerti bahwa ini bukan saatnya aku memberikan jawaban. Dia sepertinya tahu bahwa aku sedang menghadapi sesuatu yang berat. Sesuatu yang berat? Mimpi buruk bertumpuk? Kecaman hingar bingar dari setiap mata? Kusiapkan sebalok batu besar dan siap kulemparkan pada mimpi buruk bertumpuk-ku. Selanjutnya, aku berteriak-teriak. Dia keheranan dan mencoba menenangkanku. Aku terus berteriak dan mengamuk hingga Niskala terbangun dan langsung membantu If menenangkanku. Hingga aku menangis dalam pelukan If. “Aku ingin mati saja, aku ingin mati!” ratapku. If menepuk-nepuk punggungku dan membelai-belai rambutku dengan lembut. “Sudahlah, Sayang! Tenangkan dulu, baru setelah itu ceritakan apa yang terjadi! Mungkin aku bisa membantu.” Aku terisak-isak dan lalu tak sadarkan diri. Tak hentinya dilempari sebalok batu besar oleh mimpi buruk bertumpuk-ku... Terlalu banyak suara-suara ghaib di belakang kepalaku... IX.5. Restart Dua puluh tahun kemudian… Aku terbangun dari tidur panjangku. Tidur panjang? Amnesia? Gila? Skizoprenia? Entahlah… Seorang gadis remaja memakai seragam sekolah masuk ke dalam kamar. “Papa, aku berangkat dulu ya.” Dia mencium tanganku, pipiku. Lantas pergi lagi. Astaga! Apakah ini masih mimpi bertumpuk dalam bagian yang tidak buruk? IX.6. Ctrl+Alt+Del(Epilog)turnoff Di suatu malam seminggu kemudian, ada If, dan kedua anakku yang baru kukenal. Kami sedang berkumpul di ruang tengah sambil menonton TV. Tiba-tiba listrik dirumahku mati. Dipaksa mati dengan kombinasi Ctrl+Alt+Del... atau tombol power yang ditekan lama... Apakah segalanya akan segera berakhir? Apakah aku akan meninggal dengan tenang diiringi 91 isak tangis, jeritan histeris hingga bunuh dirinya istriku? Apakah dunia akan seperti kelereng diantara duka dan hampa? Tergoncang dan runtuh? Yang kutahu segalanya, ya, sudah berakhir dalam ingatan yang terjebak diantara kawah dan gunung es... dengan photo terakhir di sebelah epitaph yang sudah kuukir sebelumnya... sendirian. Chapter Ten Beberapa Spekulasi Mengenai Metode Bunuh Diri Yang Akhirnya Dipilih Niskala Spek.1. Waktu: A Niskala menyiapkan tali gantungan yang sudah dia hitung setiap presisinya (lihat puisi pada Chapter II), proyektor berputar… 92 Method: Hanging Recommendation: *** Effort required: requires some preparation to accomplish cleanly. Messiness: not very messy to clean up after. Pain factor: quite unpleasant if you don't hit the rope hard enough to snap your neck, otherwise nearly painless. Drama: very traditional and dramatic, unless someone happens to see you flailing away because your neck didn't snap. Certainty of death: quite high unless your set up is cheesy. Wimp option: very small chance of backing out once the rope is tight. Other points: I've heard that your neck is more likely to snap if the knot is on the side of your neck instead of behind you. Make sure the drop is at least 6 feet before the rope goes taut. Don't use a stretchy or weak rope. …dia digantung kaki ke atas kepala ke bawah gara-gara mengganggu teman-teman nya di panti asuhan saat makan. Spek.2. Waktu: A Dia mendapatkan ShotGun itu dari salah seorang temannya, Kimung, pagi tadi. Moncong Shotgun dimasukan ke mulutnya, jari menyentuh trigger pembantai masa hidupnya. Visual di belakang kepalanya bermunculan… Method: Shooting Recommendation: *** Effort required: if you already have a gun, almost none. if you don't have a gun I think there will be a waiting period and you have to be 18 to keep things legal. if you can get a gun illegally, then you know better than I. Messiness: gloriously messy. most reliable weapons will destroy your face and remove the back of your head. even a mouth shot will mutilate your whole head more often than not. Pain factor: none if you shoot to the head. if you survive, however, you will be permanently scarred and disabled. 93 Drama: awfully dramatic depending on where your brain plume ends up. Certainty of death: quite high, but not absolutely certain. it depends on the weapon, but people have survived point-blank shotgun blasts to the face, so keep this in mind. Wimp option: sure, until you pull the trigger. Other points: Try to use the most powerful bullet you can. A shotgun is usually ideal, otherwise you will probably want a hollowpoint round. Keep in mind that handgun rounds regularly bounce off of skulls, especially if they strike at an angle. For some reason, people usually aim for the roof of their mouth. I'm guessing that the skull is thinnest here, but I'm not sure. Otherwise I've heard that the temples are thin also. Make sure that your intended bullet path will end up killing you and not just blow out the back of your throat. Remember that your gun may go off again when it hits the ground (potentially hitting anyone within a mile), and that it will be lying around after you die (people may decide to steal it, kids may play with it). …tembakan yang telak di ulu hati saat mengetahui bahwa Dyah adalah kakak kandungnya. Spek.3. Waktu: A Dia memutar kunci, suara gerungan mesin menderu, melajukan mobilnya ke sebuah hutan… menyalakan AC, membiarkan mobil tetap hidup, berbaring pada kursi yang dia tekan kebelakang…mendengarkan musik, ada gambar-gambar di belakang kepalanya… Method: Carbon Monoxide Recommendation: ***** Effort required: not too much if you have a car. just run a tube from the exhaust pipe inside of the car. Messiness: very clean, but you'll smell funny for a while. Pain factor: not too bad, but you will be choking and gasping as the car fills with hot, noxious gasses. then you'll get a pounding headache and your head will swim. Drama: very low. your last few minutes are spent enshrouded in reeking fumes with McDonalds wrappers on the floor. whatever you do, don't let the car slip into gear. and get rid of those Christmas tree air fresheners. (tacky, tacky, tacky...) Certainty of death: not so hot. do-gooders are forever trying to rescue people from smoking garages. try to use a quiet car. 94 Wimp option: not too bad. you can always wimp out until you finally pass out, but you might suffer some brain damage. Other points: There is a great danger to passers-by of becoming overwhelmed by the carbon monoxide in the area. Two parents once tried to mercy-kill their baby by piping car exhaust into the baby's face. They both passed out, as did a few rescuers. The baby finally died but so did the wife. Keep in mind that carbon monoxide itself is colorless and odorless, even if the other stuff in car exhaust reeks. …dalam sebuah panggung, tiba-tiba suaranya tercekik…kehabisan nafas, sebab Samantha hari itu sedang haid, dan harus istirahat dalam kepalanya, istirahat dari mengibar-ngibarkan baju bidadarinya. Niskala terbatuk dan dibawa ke belakang panggung oleh tim medis. Penonton gempar. Erva, Ervi dan Yanne meneruskan bermain membawakan lagu-lagu instrumen mereka tanpa Niskala dan sentuhan suara-suara elektronik. Jadi sangat Jazzy, lembut dan anggun. Andai ada tambahan gebukan ringan dan cerdas dari seorang drummer pasti jadi semakin sempurna. Spek.4. Waktu: A …dia sangat teliti dan hati-hati, memperhitungkan setiap detil kemungkinan, agar sangat efektif dan masih terlihat indah dalam kamera… …lantai 6 sudah cukup, dan yang jelas kehebohannya akan dirasakan hingga sepanjang tahun. Dia akan menjadi legenda… Method: Jumping Recommendation: ********* Effort required: probably not too much, although a really dramatic end may require you to do a bit of trajectory physics as well as a bit of climbing. Messiness: variable. if found soon after hitting a river, you will probably be pretty intact. if it takes a bit longer than that, you will look really gross. a long, hard building jump on the other hand... Pain factor: none if you die upon impact. if you survive you could be paralyzed, brain damaged, drowning, etc. Drama: risky. can be quite high if planned well, but can also be humiliating if you float to the 95 surface and survive. points for being steeped in tradition, though. Certainty of death: if you don't mind a head first drop, pretty darn high. if you aren't sure if you can maintain that attitude, or if you want to fall feet first, pick a tall structure. Wimp option: I don't know. bring a parachute? Other points: I'm sorry, I don't have any reliable figures on heights, nor any idea of the security at the top of skyscrapers. Make sure you don't accidentally hit anybody. If you can die from a fall, whoever you hit can die as well. …dia masih sangat ingat adegan itu, saat dia kecil, meloncat dari pohon bambu ke tengahtengah sawah, kepala duluan. Kepalanya nyungsep kedalam lumpur sawah musim tanam. Spek.5. Waktu: A …dia membersihkan suntikan itu dengan alkohol, dia tidak mau mati karena kuman-kuman atau virus yang ada di suntikan itu yang akan membunuhnya. Dia ingin mati karena ada cairan yang disedotnya keluar hingga habis dan tubuhnya langsung mati karena tidak memiliki cairan itu. Di membenamkan ujung logam tajam itu kedalam kulitnya. Menyedot cairan itu pelanpelan… Kepalanya mendenyarkan gambar-gambar bergerak… Method: Water Ingestion Recommendation: **** Effort required: massively, uncomprehendably great. unless you are insane, you will probably not want to bother. Messiness: as far as I know, pretty darn clean. Pain factor: incredibly, exquisitely painful. Drama: arguably very high if someone fully understands what you did. Certainty of death: well, I've actually heard of at least one guy who pulled it off, but I wouldn't count on it. Wimp option: awfully good, in fact you will probably have a hard time not aborting the operation. …ketawa habis hingga hampir mati saat menghisap ganja dengan teman-teman bandnya dalam 96 sebuah after-party. Saat itu Niskala merasakan ada gairah tertahan di mata Ervi, kerinduan akan Sex di mata Yanne, kebosanan di mata Erva, kesabaran di mata Karna, cinta (entah pada siapa) di mata If. Niskala ingin memenuhi semua harapan sahabat-sahabatnya. Dia layani mereka satu-satu, memenuhi keinginan itu dengan sepenuh hati… Spek.6. Waktu: A Justru karena dia tahu bahwa wanita itu HIV positif maka dia mau tidur dengannya. Niskala membuat malam itu menjadi sangat temaram dan berbau melati dan cempaka, gadis itu sudah terlentang di atas ranjang, telanjang, siap menerima terkaman tubuh Niskala di atas tubuhnya. Gadis itu tahu dia sedang berbagi, berbagi virus-virus yang ada di tubuhnya kepada lelaki yang sudah menjadi teman baiknya sejak lama dalam scene indie di Bandung… Method: Screwing Recommendation: ******** Effort required: quite a bit, but most of it fairly enjoyable Messiness: eventually this will get to be quite messy as you are hospitalized and slowly lose your health and faculties. Pain factor: quite painful if you eventually do succeed in succumbing to a venereal disease. your death will be humiliating, and slow enough so that you will probably have worked out all of your problems by the time you actually do die. Drama: there are two ways to look at this. on the one hand, you will be acting extremely nihilistically and self destructively. on the other, you will have a much better chance of succeeding if you screw nasty mounds of oozing sores. Certainty of death: not very good unless you get AIDS. all other diseases can be treated to prevent you from dying. Wimp option: well, it's hard to tell for sure, but your chances are pretty good if you quit early on. Other points: Try to shoot for either AIDS or syphilis. AIDS will kill you almost for sure after 10 to 20 years. Syphilis is really cool. It can mimic the symptoms of almost any other disease, but will often eventually drive you insane. Neat or what? Keep in mind that you'll probably transmit your disease to lots of other people in the course of your actions. 97 …keluarganya sudah lebih dulu menularkan penyakit-penyakit itu kedalam tubuhnya, pikirannya. Ibunya, ayahnya, kakak-kakaknya, bahkan adiknya…aku memang sudah sakit jiwa sejak masih dalam kandungan… Spek.7. Waktu: A Salah satu hal yang paling tidak dia sukai adalah kebut-kebutan, dia lebih senang menjalankan mobil atau motor dengan lambat. Menikmati perjalanan, katanya. Tapi siang ini dia menjalankan motor itu pada kecepatan 200 km/jam di sela-sela mobil yang berseliweran berlawanan arah. Motornya dengan telak menabrak sebuah pick-up yang terlambat mengelak. Tubuhnya terlempar, slow motion, berjuta-juta gambar seperti slide show berputar dengan cepat… Method: Auto Accident Recommendation: **** Effort required: none to some. you may want to scout a good position though. Messiness: extremely messy. if you suffer enough damage to die, you will be splattered all over. Pain factor: not too bad. even if you have to bleed to death, you probably won't feel all of your injuries very much. Drama: so-so. Certainty of death: not very good. make sure you are going to impact at a high velocity and remember that the only injuries that really matter are head wounds. Wimp option: fine until you actually hit. Other points: Don't slam into someone else with your car unless you mean it. Keep in mind that stepping in front of a bus will likely mentally scar the driver forever. This is one of the few ways to kill yourself 'accidentally' for insurance reasons, though, hence the points. Above all else , remember to check for air bags! …karena inilah, kenapa aku ingin sekali membuat perubahan yang besar, dimana tidak ada lagi korban yang tidak menyadari bahwa dirinya adalah korban. Ini bukan cuma tugas orang-orang yang meneliti dengan metode analisis wacana kritis saja, tapi kaum positivis harus kembali bangkit dan kaum konstruktivis terus melakukan gebrakan-gebrakan baru, katanya suatu hari 98 dalam sebuah seminar yang terpaksa dihadirinya. Spek.8. Waktu: A Pisau belati itu nyaris menancap di leher If, Niskala membiarkannya lama hanya pada titik nyaris. Hingga Polisi berdatangan. Pistol-pistol terhunus tepat pada bidikan kepala Niskala… dari kepalanya muncul gambar-gambar bergerak dari masa lalu… Method: Cop Recommendation: ********* Effort required: sort of a lot. depends on your natural tendency toward violence. Messiness: really messy. Pain factor: if you aren't killed by a head shot this could be pretty painful. remember that these are sudden wounds though, thus more than likely not too bad. Drama: usually awfully dramatic. even if you get caught, admitting that you were just trying to get yourself killed is still pretty dramatic. make sure to use a gun without bullets. this will look really cool in the investigation, especially if you had acted really menacing. Certainty of death: not real great. some loser is always trying to knock you down without killing you. Wimp option: pretty poor once you become a threat. the best case scenario would get you a lot of time in prison. Other points: It's not that hard. Pull out a gun and point it at someone at some dramatic point. Keep this up until cops start training their weapons on you. Whenever you are ready and have said your piece, throw the hostage down and point your gun toward a cop. Police training is to never shoot unless lives are definitely threatened, then shoot to kill. Wounding shots will be accidental. Be sure to check behind you though, they won't want to shoot if there are civilians behind you. Remember that notes on your person could easily be destroyed by gunfire. If you are only wounded, keep making yourself a threat but don't give your intentions away. This can be combined with mass murder, which I talk about later on. …dia terus berlari dan terus berlari dikejar hunusan golok, pentungan, pisau, teriakan-teriakan kasar, kunci rem mobil, stik soft ball, linggis, kapak, gergaji. Dia terus berlari tanpa melihat ke belakang. Bang Budhi dan Mas Teddy menghentikan histeria 99 massa dengan menghadang mereka tepat di depan hunusan benda-benda mengerikan tadi. Spek.9. Waktu: A …dia terus berjalan, di atas batu terjal, di atas pasir, di pinggir danau, hingga dia menemukan sebuah gua. Dengan tidak membawa apa-apa dia duduk di gua itu, di bawah tetesan air. Menunggu… Ingatannya mengalun pelan menjelma pada layar saat proyektor berputar. Method: Starvation Recommendation: ******* Effort required: quite a bit. probably one of the hardest things you will ever do. Messiness: quite clean. in fact, this is one of the few methods that won't leave you with messy underwear. Pain factor: the first day will be the hardest. after that you will lose most of your hunger pangs, but will soon get severe stomach cramps and lots of other problems off and on until you die. Drama: way dramatic. if you can pull it off, you will be guaranteed the admiration of anyone with a clue. Certainty of death: well, ultimately you will die, but people have a tendency to accost starving people and stick nutrient tubes down their noses or in their veins. Wimp option: no problem. you should be fully recoverable until quite close to your death. this should take approximately 3 months. Other points: Quicker than starvation is dehydration, but this won't be quite as fun. You won't get super skinny and you will probably have all sorts of disgusting sensations before you go. For example, a dry mouth tends to breed bacteria, resulting in hideous breath. …para raja dahulu, saat sudah tua dan tidak produktif lagi, maka mereka ngahyang di tempat sepi, bermeditasi, menunggu, hingga ajal datang dengan sendirinya. Inilah kenapa para raja dulu sering kali dikatakan menghilang, menjelma menjadi harimau atau buaya. Hal inilah yang dilakukan Niskala Wastukencana di masa tuanya. Ngahyang di Nusa Larang, Panjalu. Kematian seperti ini juga kerap dilakukan kucing, mati di kesepian dan tak ada seorangpun akan menemukan jejak kematian itu. 100 Dia menutup matanya, membukanya kembali, memandangi kuburan leluhurnya. Rajanya. Menutup buku cerita tentang leluhurnya itu. Spek.10. Waktu: A )!@#$%^&*( Method: Alcohol Recommendation: **** Effort required: fairly low Messiness: not too bad. you'll probably urinate on yourself, though. Pain factor: strong alcohol tastes just godawful. I can't say for sure, but it doesn't sound like much fun. Drama: not incredibly dramatic, but there isn't anything too tacky about the process. just make sure you can keep your drink down. Certainty of death: I really don't know, but I've seen lots of cop shows where they say "His blood alcohol level was high enough that he should have been dead, I'm not sure how he drove home." Wimp option: I would guess that you could be revived if your stomach is pumped quickly enough. Other points: I've been told that Everclear is the way to do this. Apparently it only takes a couple of shots before you are risking your life. All in all, it doesn't sound like a terribly reliable means. …urinate…teguk…urinate…teguk…urinate…teguk…kacang mede…enak…dasar beer sialan, siapa sih yang nemuin beer? Kok bisa bikin minuman seaneh ini, rasanya, sensasinya, efeknya, obrolannya… Obrolannya dengan Samantha. Niskala : Rasamu mengingatkanku pada keriangan gelap masa kecilku. Samantha : Rasamu sama saja dengan rasa Joey, rasa biseks. 101 Niskala : Ha..ha..ha.. aku suka humormu yang seperti itu. Membuatku kangen terus-terusan sama kamu. Samantha : Niskala, sudahlah…temui If, berhenti mabuk. Dia sangat mencintaimu. Niskala : Tapi kau akan menemui aku lagi kan? Samantha : Iya, gimana nanti… ayo sekarang kamu tidur dulu. Janji, kamu besok harus temui If. Niskala : Ya, aku janji. (telunjuk dan jari tengahnya terangkat, jumlahnya delapan) Chapter Eleven Tentang Transformasi Terakhir Dan Prosesi Imajiner If menelusuri jalan itu, membayangkan dirinya lebur bersama Samantha, transform, empath, fade out. Melewati jalan yang penuh warna-warna cerah, pop, kontras, nyaris tak ada hitam dan putih. Lantas berbelok melewati jalan yang hanya ada hitam dan putih. Masuk ke sebuah perempatan, semuanya abu-abu. 102 Lalu tiba-tiba di sebuah jalan lain dia berjalan terbang, semua disana melayang-layang, tidak ada yang melekat, seperti tiba-tiba benar-benar tidak ada hukum Newton, padahal benar-benar tidak ada. Masuk ke satu jalan lain, semuanya terbalik, bahkan dia pun begitu. Persepsinya jadi tebalik. Cermin adalah sisi yang sebenarnya. Kanan adalah kiri atau kiri benar-benar kiri. Atau tidak ada kiri? Yang jelas tengah adalah sisi yang paling santun meski terkadang tabu. Setelah itu dia masuk kedalam ingatannya di dunia paralel yang lain saat bersama Niskala. Dunia dimana warna dan bentuk adalah persepsi, bukan sensasi. Sensasi seperti yang pernah diketahui If adalah segala sesuatu yang ditangkap oleh indera. Di dunia ini If menjadi Sekala. Pohon-pohon yang berdaun warna-warni dengan bentuknya yang bukan sekonyong-konyong lagi terus berubah-ubah, kotak, segitiga, lingkaran, lonjong dan berbagai bentuk lainnya dan terus berbagi membentuk semua benda yang ada di sekitar situ. Jalan yang tiba-tiba belok tetapi lurus lagi dan lalu memutar-mutar, seperti gasing. Tetapi hal itu hanya dalam persepsi Sekala. Lain lagi dengan persepsi orang-orang yang sedang berjalan hilir mudik disekitarnya. Ada beberapa memakai pakaian renang, bekaca mata hitam, seperti seolah sedang berada di pantai. Beberapa lagi memakai mantel seperti seolah tempat itu adalah daerah pegunungan yang tinggi. Hanya bentuk rumah yang persepsi semua orang di dunia itu nyaris sama. Rumah berukuran mungil seperti rumah kurcaci, dengan atap bulat berwarna-warni dan pintu semua menghadap ke barat, berbentuk hiperbola. Sekala tiba-tiba menggigil dan beberapa entah detik kemudian mengipas-ngipasi tubuhnya seolah kepanasan dan lalu menguap seperti segar sekali. Semakin cerdas orang di dunia itu maka semakin sering persepsinya berubah-ubah terhadap bentuk dan warna begitupun suhu udara. Perubahan persepsi bahkan bisa terjadi setiap detik untuk orang-orang yang IQ-nya lebih dari 170. Seperti misalnya bentuk rokok yang berubah sampai lebih dari tiga kali selama dihisap. Ada orang-orang bodoh, yang persepsinya terhadap suatu bentuk barang, baru akan berubah setelah satu bulan, misalnya bentuk gelas yang sebulan lalu berbentuk segitiga, baru hari ini berubah kotak. 103 Manusia di dunia ini mempunyai kadar hormon serotonin yang tinggi sekali dalam otaknya. Dan hormon tersebut selalu aktif tanpa harus dirangsang olah zat-zat seperti halusinogen maupun amphetamine. Hormon tersebut diaktifkan oleh semacam alat pemacu kecil di belakang otak untuk mengalirkan serotonin terus-menerus ke otak. Seperti fungsi jantung sebagai alat pemacu darah agar selalu mengalir ke seluruh tubuh. Sehingga imajinasi di dunia itu adalah kenyataan itu sendiri seperti kenyataan itu sendiri. Dan kenyataan adalah imajinasi itu sendiri seperti imajinasi itu sendiri. Sangat sulit menggambarkan dunia seperti ini, sama sulitnya seperti mereka di dunia itu untuk menggambarkan dunia yang kita pijak sekarang. Tapi, sudahlah karena bukan itu intinya, tetapi tentang Sekala yang bertransformasi menjadi Samantha bertemu dengan Niskala di sebuah, katakanlah namanya, café. Niskala meminum air berbuih berwarna merah dalam persepsinya tetapi kuning dalam persepsi Sekala. Buihnya berubah tiba-tiba menjadi asap hijau lalu berubah kelabu padat. Niskala mempersilahkan Sekala duduk di sebuah kursi segitiga yang sekonyong-konyong berubah menjadi bulat. Sekala saat itu berwarna ungu dengan rambut keriting yang sesaat berubah menjadi lurus lalu berponi dan keriting lagi setengah-setengah. Niskala saat itu berwarna putih lalu hitam lalu putih lagi dan berakhir di biru. Sekala mengejar menjadi biru pula. Warna-warna, yang dalam dunia kita disebut aura, itu terus berubah seiring berubahnya bentuk-bentuk benda disekitar mereka. Perubahan itu menjadi sebentuk dialog alternatif selain dialog mereka melalui mulut, mata dan (Ya Tuhan!) tulisan. Karena waktu juga adalah persepsi di dunia itu maka tak bisa disebutkan berapa lama mereka berdialog. Bisa satu tahun, 3 abad ataupun hanya 8 detik. Entahlah! Ketika akan berpisah Sekala mencium bibir Niskala dan seolah mereka berdua berkata, "Ini saatnya kita akan benar-benar berpisah, dan entah kapan lagi kita akan bertemu dengan komposisi seperti ini. Harmonis ataukah kontras, kita tak akan pernah memperdulikannya 104 lagi." Sekala berubah wujud kembali menjadi If dalam wujud Samantha yang sempurna meninggalkan Karna dan Niskala dalam satu wujud yang sempurna. Setelah itu If meloncat kembali ke dalam perjalanan spiritualnya menembus dunia-dunia paralel yang lain. Niskala keluar dari café itu menuju lubang berbentuk segi enam, apa segitiga, ah… sekarang jadi lingkaran. Ada suara musik keluar dari lubang itu. Mungkin itu pintu sebuah klub live musik berbentuk lubang, ah… bukan, tonjolan, astaga sekarang sebentuk cermin. Sudah ah… pusing! Kita ikuti If (Eva) saja sekarang, yang sudah kembali kedalam wujudnya yang semula, wanita pertama. Dia sudah sampai di terminal terakhir. Sebuah kompleks kuburan imajinasi. Kuburan panjang yang memancarkan cahaya-cahaya seperti ketika gelombang foton terurai oleh interferensi menjadi sebentuk 7 warna pelangi. Menjadi tapi tidak terjadi. Mengada tapi tak ada. Begitulah sekira-kira adanya. Ada menjadikan tak-ada, tak-ada menjadikan ada. Begitupun juga sekira-kira ada-nya dan ke-takada- annya. Hingga begitulah kami, saling mengada, saling mentak-ada, saling melengkapi dengan ribuan aksesoris kosmis yang pernah menjadi mimpi-mimpi muda kami. Kiranya beginilah saat abu-abu berada pada pose tercantiknya. Abu-abu tercantik. Bukan abu-abu terbaik. Aku tak begitu ingin mendapatkan yang terbaik dari abu-abu, cukup yang tercantik, yang terindah. Abu-abu yang memberikan siluet-siluet panjang pada frekwensi suara 1 kH, dengan spektrum-spektrum yang membuyar terbelah-belah pada frekwensi yang berbeda-beda dengan akronim non-acak mejikuhibiniu: Merah: saat abu-abu sedang matang di pohon, siap di petik. Ranum, menggiurkan, menderaskan ludah menjadi lebih cair. Fresh! 105 Jingga: saat abu-abu sangat matang, siap disantap. Tersaji pada meja makan, dengan pisau kupas disebelahnya, sensasi rasanya melonjak pada ujung-ujung lidah. Fade! Kuning: saat abu-abu mengurai kiri dan kanan, mengurai perbedaan, mengurai interaksi, bersosial, mendikotomikan hitam dan putih. Taboo! Hijau: saat abu-abu bermunculan dari dasar bumi, mencengkeram tanah, meresap air, menyejukan senyum dan tangis, meredakan tawa dan marah, segar.... Memanjakan mata, melonggarkan dada, menetralkan asap. Cool! Biru: saat abu-abu mencoba bangkit, mewarnai kembali langit, mengkontras gunung dan tanah, mengharmoni laut, terbang berserakan menjadi selimut angkasa di langit utara di siang redup tak berawan. Blue! Nila: saat abu-abu terpuruk pada titik terendah dari kesakitan, terbangun, menggeliat, merusak putih pada titik terhitamnya, bersembunyi pada warna-warna coklat, berharap luntur. Tragic! Ungu: saat abu-abu mendandani wajahnya, mengemas tubuhnya, memeras otaknya, menjadi cantik luar biasa, dengan berpuluh nama, ungu, violet, purple, magenta, gandaria,...venus...magdalena...kartini...woolf...eva...if...samantha...sekala.... Thera! Abu-abu tercantik, rumah kami sekarang, senyum kami sekarang, kerinduan kami sekarang, amarah kami sekarang, cinta kami sekarang, realitas kami sekarang, romantisme kami sekarang. Berpijak pada intuisi dan keyakinan, pada pikir dan emosi, tuhan dan dewadewi, pada ikatan pernikahan yang sudah kami laksanakan diatas pualam dan tergenangi air hangat, sehangat senyum kami berdua, sehangat tumpahan nafas di tumpukan setengah waktu file-file masa lalu kami berdua: Oh Tuhan dan Dewa-Dewi Kami berdua saling mencintai Di kompleks kuburan imajinasi itu, Eva menemukan semua kuburan yang ia cari. 106 Kuburan Joey. Kuburan Niskala. Kuburan Karna. Kuburan Trully. Kau mungkin masih ingat bentuk kuburan untuk tamagotchi di mall-mall di Jepang. Seperti itulah kira-kira bentuknya. Lantas dia mengucapkan semacam mantra sambil menaburkan serbuk berwarna merah muda di atas keempat kuburan kaca itu. Tugasnya sudah selesai; Prosesi penebusan dosa. Sebuah cahaya berwarna sangat merah muncul entah dari mana, menyelubungi Eva. Mengangkatnya kembali ke surga, menemui Adam yang sudah sangat rindu padanya. Mereka berpelukan melepas kangen lalu saling meludahi. Itu mungkin cara mereka mengungkapkan sesuatu yang tak terbahasakan. "Gue capek, Kenty! Menitis-nitis itu bukan pekerjaan mudah." "Ya, sudahlah. Itu kan resiko groupie." "Gue kangen loe. Apa kabar surga?" "Gue juga, meski tiap hari gue bisa liat loe di TV. Surga baik-baik aja. Sungainya masih berasa madu dan berwarna susu. Masih sejuk dan membosankan seperti dulu." "Loe curang sih! Buah khuldi itu kan mestinya kita berdua yang makan. Giliran loe yang makan, loe malah ke toilet. Gimana sih!" "Sorry, gue kebelet berat. Saat itu, pas gue keluar dari toilet, loe udah gak ada. Gue dapet kabar dari Si Iblis, katanya loe diloncatin ke dunia, nebus dosa, jadi groupie. Dan kata Si Iblis juga, gue disuruh nunggu ama Big Boss disini ampe loe selesai tugas." "Ya, sudahlah! Gue juga waktu itu gak tau kok kalo buah khuldi itu rasanya dunia banget. Tapi ngomong-ngomong… pohonnya masih ada?" "Wah, sekarang banyak. Sudah dibudidayakan jadi perkebunan khuldi di setiap sektor. Katanya sih, biasa kata si tukang gosip, Iblis, biar bidadari ada kerjaan, jangan ngelacur terus. Tapi hasil panennya tetep gak boleh dikonsumsi disini. Di-ekspor ke luar. Gak tau kemana. Mungkin ke dunia atau ke neraka. Denger-denger presiden neraka, Si Lucifer, suka banget ama buah ini. Dan di sana buah ini jadi makanan pokok wajib. Makanan nasional. Dia kan nasionalis abis, padahal itu kan buah impor. Dasar Si Lucifer! Tapi banyak kebijakan baru yang dia bikin setelah lengsernya Si Diktator Pluto. Sekarang setelah dua periode kepemimpinannya, dia berhasil, setelah sekian lama mengusahakan, menandatangani perjanjian dengan perdana menteri Kahyangan, Narada, untuk menghentikan perang dingin. Lalu bersekutu untuk 107 menyerang Olympus, musuh bebuyutan ke dua negeri itu. Tapi, katanya lagi, Si Zeus, raja Olympus, kalem-kalem aja. Dia malah makin gila kawin. Istrinya terus diperbanyak. Kemaren dia dateng kemari, ngajak kawin salah satu bidadari tercantik di sektor 12. Dia kan belum tau bidadari itu apa. Ha..ha..ha… Tapi gue gak ketemu dia, gue lagi di toilet. Mencret. Kebanyakan ngegosip ama Si Iblis. Hehehe…!" "Dasar, cowok! Lagian Si Iblis masih aja loe percaya. Dia kan bokis abis orangnya. Banyak ceritanya cuman tipu dan ditambah-tambahin, fiktif! Kayak beberapa wartawan infotainment!" "Ha… ha… ha…, daripada gue ngelamun tiap hari. Onani terus, bosen. Bintang bokepnya belum ada yang baru, Asia Carera udah mati. Masa mesti ngecengin bidadari, yang bener aja!" "Kecengin aja kalo loe suka, hi…hi…hi…!" "Sialan loe. Gue belum se-"sakit" itu, meski gak ada loe." Mereka lantas berpelukan lama sekali dengan diiringi musik-musik penyambutan tradisional surga. Disertai ciuman panjang dengan liukan lidah mengikuti ritmik. “I LOVE U, Meky!” “I LOVE U, Kenty! Tuhan kali ini tersenyum haru menyaksikan dua ciptaannya yang paling sukses itu sambil menepuk-nepuk pundak Iblis yang tersenyum jahil. Chapter Twelve Sebuah Wawancara Eksklusif Wawancara ini dilakukan oleh Mayanina, seorang wartawan majalah musik, pada Niskala, beberapa saat setelah polisi menghentikan konser Samantha Impossible Dream (SID). Polisi menghentikan paksa konser ini ketika ada beberapa penonton yang melakukan bunuh diri 108 massal ketika SID menyanyikan lagu penutup mereka malam itu. Hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memastikan penyebab bunuh diri massal ini. Hingga seorang wartawan majalah musik, Mayanina, berhasil mewawancari Niskala, yang juga terkenal sangat susah diwawancari wartawan, beberapa saat setelah konser SID dihentikan paksa. Berikut ini adalah wawancara tersebut (tanpa di edit) yang di-transkrip oleh Handini dari rekaman kaset yang diberikan Mayanina pada saya ketika saya menulis biografi tentang Niskala beberapa tahun lalu; …saya punya pertanyaan nih, komentar anda dengan kejadian orang bunuh diri di konser anda, itu bagaimana ? Itu bukan hal baru sih, jadi gue sendiri nyantei aja, sebelumnya di Inggris juga pernah ada kejadian kaya gitu. Ya, itu kan pilihan orang itu sendiri, kalau misalnya dia bisa memilah dengan apa yang gue omongin di panggung… kalau orang bisa memilah, ya… dia pasti nggak melakukan bunuh diri.. Pada intinya sih gue senang ada orang bunuh diri, berarti tujuan gue berhasil, …ngajak orang menikmati. Emang lirik-lirik yang gue bawain mungkin bisa menyebabkan orang bunuh diri. Itu suatu konsekuensi logis dari gue menjadi seorang rockstar. Jadi pada awalnya anda sudah punya firasat atau anda sudah bisa merencanakan atau bisa membayangkan bahwa efek dari musik anda ini bisa bikin orang mati, bisa bikin orang bunuh diri ? Nggak juga, mmh.. cuman ketika ada efek itu, gue merasa bahwa tujuan gue udah nyampe gitu lho… nyampe ke telinga orang. Kalau misalnya ngedengerin musik gue, dia cuma bersikap … misalnya… katakanlah ngikutin pola hidup gue atau apa gitu, itu menurut gue belum berhasil. Tapi ketika ada orang yang melakukan tindakan-tindakan ekstrim seperti itu mmh… gue merasa tujuan gue berhasil. Sebenernya apa sih yang ingin anda ceritakan dalam lagu anda, dalam musik anda, lirik anda? Interpretatif sih sebenernya, ya terserah orang mau menginterpretasiin seperti apa. Tapi yang pasti apa yang ada dalam diri gue… selama ini gue mendengar suara-suara, hanya menjadi receiver gitu, ya jadi mmh… ada suara mobil, ada suara burung, ada suara apa… gitu, gue terima aja. Gue sekali-kali ingin mengeluarkan kembali, karena setiap apa yang gue tangkep lewat indera gue pasti di rekam dalam otak. Nah, hasil dari rekaman otak ini pengen gue keluarin lagi lewat eksperimentasi musik dan lirik terutama karena lirik-lirik yg gue bangun juga itu hasil dari pengalaman gue. 109 Tujuan anda untuk membagi pengalaman hidup anda itu apa ? Sebenernya gue nggak kepengen membagi apapun, gue hanya dendam aja sama alam semesta, karena selama ini alam semesta meng-hegemoni gue dengan suara-suara, gue ingin mengembalikan itu semua kepada alam semesta termasuk orang-orang yang bunuh diri tadi, … kan termasuk salah satu bagian dari alam semesta jadi ya itu udah jadi milik mereka ketika mereka mendengarnya. Sebenarnya intinya dendam! Memangnya anda memiliki atau pernah punya pengalaman yang menyakitkan dalam hidup anda tentang alam semesta, dengan adanya suara-suara itu ? Mmh... nyokap gue mati waktu gue masih kecil mmh… bokap gue… gue nggak tau siapa, terus gue idup dan dihantui suara-suara, suara-suara yang kedenger maupun yang nggak kedenger sebenarnya. Karena ada gelombang ultrasonic, audiosonic sama infrasonic dan ketiga-tiganya gue denger. Gue jadi ngerasa dihantuin banget, terus kalau misalnya ada orang yang mati gara-gara kena imbas dari suara gue itu belum seberapa, harusnya alam semesta ancur, kalo gue nyanyi. Gue pengen kaya gitu, terlepas dari konsep nihilis atau apapun, whatever, pokoknya gue pengen… pengen aja neriakkin apa yang ada dalam diri gue. But so far, im sorry to hear that ya. About your mom, ‘bout your father. Tapi tidakah anda merasa bahwa anda menolak takdir ? Takdir itu sendiri kan harus diterjemahkan lagi. Takdir itu apa, jadi ... apa bener ada takdir. Jangan-jangan takdir itu nggak ada. Jangan-jangan semua itu absolut dimiliki manusia. Tapi bisa juga absolut dimiliki Tuhan, kan kita tidak tahu, yang pasti gue nggak ngerasa menolak takdir ataupun tidak menolak takdir, ini terlepas dengan hubungannya dengan takdir. Yang punya pengalaman orang tuanya meninggal waktu masih kecil dan tidak tahu siapa orang tuanya kan tidak hanya anda, ya? Lalu apakah ada unsur kepedulian terhadap mereka dengan membuat lirik dan musik seperti ini ? Sorry, …terhadap siapa? Terhadap orang-orang yang bernasib sama Ya mudah-mudahan gue bisa mewakili mereka juga yang bernasib sama dengan gue, gitu. Tapi terlepas dari itu mmh… gue bermain musik karena… atas kecintaan gue terhadap Tuhan justru. Tuhan yang mengambil ibu, mengambil semua orang yang gue cintai. Jadi wujud kecintaan anda diwujudkan dengan musik yang seperti itu, yang justru bisa mengakibatkan kematian pada orang ? Mmh.. sebenarnya nggak ada tujuan apapun dari bikin musik ini, apalagi tujuan membunuh orang . Tapi kalau ada efek itu, ya itu juga namanya efek, kayak gue bikin musik ada efek 110 dapet duit, ya… gue terima duitnya. Ya.. yang pasti dari awal dibentuknya band ini, gue dan Karna, itu… kita hanya merasa bahwa kita perlu menjadi rockstar untuk menjadi nabi. Nabi ??? Karena kita pikir bahwa nabi itu tidak dihentikan begitu saja turun ke buminya. Kita percaya bahwa terus menerus ada nabi di setiap generasi, di setiap periode waktu dan nabi itu diinginkan, gitu! Jadi kita juga merasa bahwa kalau kita mempelajari riwayat para nabi itu dan, kami ya… mempelajari riwayat para nabi, mereka itu semua ternyata untuk menjadi nabi, mereka harus jadi penyembuh. Itu yang mereka pertama lakukan, agar mendapat legitimasi dari masyarakat. Setelah itu mereka jadi rock star, berdakwah di tempat yang tinggi di depan ratusan orang, setelah dapet pengikut, baru mereka bikin kitab suci . Kitab suci yang gue bikin ini berbentuk musik. Berarti definisi nabi menurut anda berbeda dengan definisi nabi menurut orang kebanyakan? Bisa jadi berbeda mmh... tapi bisa jadi sama, sebenernya kan intinya adalah mmh… ayat-ayat Tuhan itu tidak begitu saja dihentikan. Gue yakin terus turun, bisa lewat tertulis ataupun tidak tertulis dan Muhammad juga waktu itu dapetin ayat-ayat Tuhan tidak leterelek langsung Tuhan ngomong, tapi membaca tanda-tanda lalu yang disimbolkan lewat Jibril ya. Gue yakin Jibril itu sampai sekarang masih terus bekerja, misal dengan suara-suara ambulans yang barusan kita dengar, suara klakson mobil, bisa dengan musik, bisa dengan apapun, bisa juga berbentuk padat, berbentuk materi, misalnya gelas, atau orang atau apapun. Gue yakin itu adalah ayatayat Tuhan, tinggal gimana cara kita membacanya dan yang gue sampein lewat musik ini adalah media yang berbeda dengan-yang dibuat oleh nabi-nabi pada umumnya, misalnya nabi membuat kitab karena pada saat itu medianya hanya kertas dan bolpen sekarang kan ada media musik ada media…. bahkan multi media, makanya gua berencana mau bikin sebuah kitab suci dalam bentuk CD yang formatnya multi media. Ah tapi sebentar lagi juga gue gak bakalan ada lagi... Anda sudah tidak ada, maksudnya? Bukannya gue nggak mau bertanggung jawab terhadap mmh… apa yang gue omongin tapi gue udah berencana untuk mmh… melakukan ... melakukan prosesi kematian gue sendiri di umur gue yang ke-25, hari ini. Dan hari ini, kalau saya tidak salah dengar, memang hari ulang tahun anda ya? Ya! Kalau begitu anda tidak akan membuat konser selanjutnya? 111 Tidak! Bagaimana dengan fans? Bagaimana dengan mereka yang ingin mendengarkan anda lagi? Bagaimana dengan mereka yang menganut ideologi yang anda persembahkan buat mereka? Lagu-lagu yang udah gue… yang udah gue kasih buat mereka itu udah, menurut gue udah komplit, udah total semuanya, dan itu jadi… bisa jadi kitab suci buat mereka sampai akhir zaman menurut gue. Jadi ya sudah. mmh… itulah yang bisa gue kasih buat alam semesta, buat dunia, buat Indonesia, buat Bandung. Jadi gue udah kasih semuanya dan sekarang tinggal mereka bagaimana caranya melestarikan itu. Kalau ada dari mereka yang mau meneruskan mmh.. gue ga punya tujuan politis apapun ya sebenernya tapi yang mau nerusin atau mau dibelokkin ke tujuan politik, ekonomis - what ever lah - terserah mereka… Musik dan lirik lagu yang anda bawakan itu kan berbicara kesakitan, apakah anda merasa sudah menyentuh mereka, orang-orang yang hidupnya stabil, mereka yang tidak menemukan masalah dan mengalami kesakitan seperti yang anda alami? Anda sudah menyentuh mereka? Kesakitan... mmh… sebenarnya tidak semua kesakitan menurut gue, karena batas antara kesakitan dan kesenangan, batas antara sakit dan sukacita itu kan sangat tipis. Jadi mungkin ketika salah satu lagu gue menggambarkan kesakitan, bisa jadi saat itu gue lagi senang. Sebenarnya gue tidak berbicara kesakitan ataupun kesenangan, gue berbicara kewajaran, segala apapun yang terjadi di bumi ini akhirnya wajar. Tidak ada benar dan salah. Tidak ada sakit dan senang. Satu-satunya yang masih jadi pertanyaan gue adalah pada saat gue orgasme, artinya mmh… orgasme itu kan batas antara sakit dan senang, menurut gue, justru itu yang asyik, batasnya itu, sakit dan senangnya itu nggak jadi masalah buat gue karena mungkin gue udah kebal dengan kesakitan pada saat nyokap gue meninggal, saat waktu kecil dan gue hanya menganggap itu juga sebagai sebuah film kartun yang… yang nyata gitu! Pada saat gue kecil; jadi visi gue terhadap dunia itu seperti film kartun. Gue melihat orang-orang itu hanya kartunkartun yang mmh... dijiplak ke sebuah kertas 2 dimensi. Nyokap gue juga hanya salah satu bagian dari film kartun itu. Udah nggak ada kesakitan dan udah nggak ada rasa enak, gitu! Jadi yang ada hanya wajar aja, gitu! Yang pasti apapun yang gue lakukan itu, gue punya maksud, punya maksud yang terserah orang mau menginterpretasikan seperti apa. Oh OK, pada usia berapa, maaf, ibu anda meninggal? Gue waktu itu belum bisa mengingat angka-angka, nama-nama, bahkan gue juga tidak mengingat bahwa itu adalah ibu. Yang gue tau bahwa gue ngedot sama dia, pertama kali gue 112 merasakan puting susu seorang wanita adalah nyokap gue sendiri. Kok masih inget sampai sekarang ya? Ya, karena gue sangat mencintai nyokap. Bukan mencintai, gue sebagai anak terhadap ibu tapi mencintai seperti gue sebagai seorang lelaki terhadap kekasihnya. Ya orang bilang itu namanya oedipus complex, whatever-lah untuk segala macam definisi yang pasti mmh… sampai titik ini tidak ada satupun wanita yang bisa menggantikan posisi dia. Karena dia yang pertama kali memperawani lidah gue untuk sebuah puting susu, meskipun gue tidak pernah memperkosa nyokap gue karena gue masih kecil dan gue yakin penis gue juga waktu itu masih terlalu kecil buat nyokap gue. Bagaimana anda mengingat ibu? Dari mimpi-mimpi, dari… foto-foto yang dikasih sama dokter-dokter, karena nyokap gue kan gila dulu. Dia... gue… dibesarkan di rumah sakit jiwa bareng nyokap gue. Katanya sih sebelum gue lahir, nyokap udah gila, dia hamil gara-gara diperkosa ama entahlah preman jalanan atau apa, terus gue lahir. Lima orang anak jalanan gitu -diperkosa- dan katanya nyokap gue juga menikmatinya ya.. berarti bokap gua ada lima. Sebenarnya maksud saya, seperti apa sosok ibu dalam benak anda? Gue nggak ngerti. Gue punya ibu angkat, setelah nyokap gue meninggal karena yang gue tau kan bahwa nyokap gue ngasih suplai makanan lewat puting susunya buat gue. Lantas dia meninggal. Meninggalnya karena bunuh diri, alasan singa betina! Entahlah maksudnya apa. Cuma gue bilang alasan nyokap gue bunuh diri itu seperti alasan singa betina. Singa betina? Maksudnya? Silahkan anda terjemahkan! Cuma setelah itu gue punya ibu angkat, keluarga angkat. Dari rumah sakit jiwa gue masuk ke panti asuhan. Terus gue diangkat sebuah keluarga yang tidak punya anak lelaki. Yang gue tahu setelah itu saat umur gue sekitar 17 tahun, eh sori… kira-kira 15 tahunan gitu lah, gue udah mulai diperkosa ama nyokap angkat gue dan semenjak itu anakanaknya yang cewek-cewek itu, yang udah gede-gede, mengikuti kelakuan ibunya. Ya... gue sih nikmatin aja karena enak kali ya. mmh... yang gue agak heran adalah ketika gue diperkosa bokap angkat gue, saat itu… Tapi gue sekarang ngerti kenapa dia memperkosa gue, karena gue mungkin bisa disukai sebagai lelaki juga bisa disukai sebagai wanita, mungkin gitu! Karena gue merasa ada 2 bagian itu dalam diri gue. Setengah diri gue adalah lelaki dan setengahnya adalah wanita. Secara saklek gue juga tidak hanya menyukai wanita tapi juga menyukai lelaki, dua-duanya indah. Dan bisa di.. bisa di.. nikmati keindahannya, gitu! Gue pikir gue berhak untuk menikmati keindahan lelaki dan wanita secara bersamaan, terlepas dari masalah gender, 113 bahwa lelaki maupun wanita adalah manusia. Yang pasti… asal jangan gue memperkosa binatang aja. Karena menurut gue binatang bisa lebih suci daripada manusia. Kalau bisa anda ceritakan sedikit tentang keluarga tempat anda dibesarkan? Bagaimana keluarga anda disini? Hubungan-hubungan mereka, hubungan ayah angkat dan ibu angkat anda? Hubungan gue dengan mereka hanya sebatas hubungan seksual aja! Apa pekerjaan ayah angkat anda? Mmh.. entahlah! korupsi, dia seorang koruptor! Jadi anda dihidupi oleh keluarga yang kaya? Mmh.. kaya, kaya sekali… mobilnya udah nggak kehitung sama jari gue yang pasti, waktu gue kecil. Mmh… nyokap angkat gue juga seorang tante-tante kesepian, yang gue tau sekarang, gue jadi tau kenapa nyokap gue melakukan itu karena dia kesepian dan akhirnya gue serve dia sesuai dengan keinginan dia karena gue juga kasian ngeliat dia, gitu. di ngebesarin gue, dengan kasih sayang seorang ibu juga kasih sayang seorang kekasih dan gue ngerti kenapa dia kesepian yang penting asal dia ngidupin gue aja gitu, termasuk anak-anaknya karena anakanaknya juga kurang perhatian dari orang tuanya ya, butuh seks, ya gue kasih. Cuman yang pasti, salah satunya mereka memperkosa gue adalah… penis gue gede. Sampai sekarang masih dihidupi oleh mereka tidak? Entahlah keluarga itu jadi apa sekarang… Sama sekali tidak ada hubungan lagi? Pokoknya setelah cabut dari keluarga itu gue ngamen di jalan. Sudah dari umur berapa anda meninggalkan rumah? Waktu itu sekitar umur 19 gue diusir gara-gara ketauan oleh bokap angkat gue lagi em-el ama nyokap. Dan setelah itu gue travelling spiritual dan gue ngamen terus gue tahu bahwa hidup gue itu memang untuk musik. Akhirnya gue bikin musik dan gue ketemu Karna dan akhirnya kita bikin band baru. Umur 20 kita bikin band dibantu… pengetahuan gue banyak dibantu oleh seseorang yang bernama Gateauxlotjo. Dia yang mengantar gue ke dunia-dunia spiritual. Gue belajar semua agama. Gue baca Injil, gue baca Taurat, gue baca Al Quran, gue baca juga Tripitaka, gue baca juga Baghavad Ghitta, cuma yang gue belum baca itu Weda, karena Weda itu, di Hindu, tidak diperbolehkan dibaca oleh kaum lain selain kaum Brahmana, Brahmana tertentu juga yang bacanya, karena katanya sih bentuknya masih berbentuk lontar, entahlah. Cuma yang pasti gue membaca semua kitab suci, gue membaca termasuk kitab sucinya para filsuf misalnya bukunya... siapa ya, bukunya Plato, orang-orang itu lah… nggak gue baca 114 semuanya sih, biasanya gue cuma baca awal dan akhir, tengah-tengahnya biasanya udah ketauan isinya apa. Nggak semuanya gitu juga tapi. Segala macam yang anda alami di keluarga anda dari mulai ibu anda, keluarga angkat anda itu mempengaruhi hasil karya anda kah? Jelas, jelas mempengaruhi! Seperti apa? Bagaimana ? Itu influence terbesar gue… adalah kisah hidup gue sebenarnya. Bukan Jim Morrison, bukan Kurt Cobain, bukan Edi Vedder, Robert Smith atau siapa pun itu. Mereka juga influence gue tapi yang lebih meng-influence gue adalah kisah hidup gue, perjalanan hidup gue selama 25 tahun ini. Gue terus berkarya, gue terus menulis, gue terus bernyanyi bikin musik bikin film, bikin video, performance art, pokoknya apapun yang gue pengen asal itu adalah bentuk kesenian, gue kerjakan. Gue orangnya loncat-loncat, ada banyak yang bilang waktu itu, tementemen gue, kalau lo nggak konsisten lo nggak bakalan berhasil, buktinya ketidak konsistenan gue itulah yang membuat gue berhasil, ternyata… gitu! Gue ingin menghapuskan persepsi bahwa nabi itu harus berbuat baik, nabi itu harus berbuat… harus dicontoh, moralnya baik dan segala macam. Bukan gue tidak berbuat baik, hanya baik dalam persepsi gue itu berbeda dengan persepsi orang-orang. Moral yang baik itu seperti apa itu yang gue pertanyakan, karena menurut gue, ya karena mungkin gue dibesarkan dari kecil dengan kebejatan moral, gue menganggap kebejatan moral itu sesuatu yang wajar akhirnya dan tidak bejat lagi dalam persepsi gue. Ya, begitulah yang pasti akhirnya kita, akhirmya kami - gue dan Karna - bikin band Samantha Impossible Dream. Saya ingin tahu tentang teman anda yang bernama Karna, posisi dia sebagai apa? Gitaris! Terus teman-teman personil yang lain, siapa saja? Erva untuk main piano, Yanne main biola, oh sorry ..Yanne main piano, Erva main biola, ntar dulu, posisi mereka selalu kebalik, gue selalu lupa dua orang itu. Ervi, kembarannya Erva padahal, gue tidak pernah kebalik. Ervi jadi backing vokal, gue mainin loop, mainin komputer, program-program segala macem, dengan eksperimentasi suara, misalnya suara radio MW, atau apapun, Karna main gitar. Berarti jumlah personil band anda ada 5? Ada 5! Tapi kenapa dalam setiap kali pertunjukkan hanya 4? LIMA! Lima dengan Karna! 115 Karna itu sebenarnya yang mana? Yang main gitar lah! Tapi saya hanya melihat 4 orang! Ok, kayakanya wawancara ini harus dihentikan… Nggak, maksud saya… Kalau anda masih mempertanyakan hal itu, maka wawancara ini harus dihentikan. Ok, baiklah… tapi ini pertanyaan banyak orang, ini betul-betul pertanyaan banyak orang! Orang-orang yang salah. Clear? Ok, maafkan saya. Apa sih alasan anda selalu menghindari wartawan? Gue nggak percaya sama jurnalistik, gue nggak percaya sama wartawan, yang mereka katakan itu semuanya kebohongan. Tapi nggak apa-apa mereka harus ada karena selama ini kan gue ngeliat realitas, yang katanya realitas, itu kan dari TV. Batas di luar jangkauan gue. Gue liatnya di TV dan gue hanya menganggap itu fiksi. Berita, reality show atau apapun namanya, gue ngeliatnya hanya di TV dan itu fiksi menurut gue. Apapun yang sudah ditransfer ke dalam bentuk media itu jadi fiksi, jadi apapun, termasuk mulut, bisa jadi apa yang anda katakan, apa yang mulut anda katakan buat gue adalah fiksi. Kalau begitu bila hasil wawancara ini saya tulis di media cetak... FIKSI ! Apa sebenarnya maksud anda dengan kata “fiksi”? Mmh… non fiksi itu apa yang gue sadari benar-benar ada keberadaanya, di luar itu adalah fiksi. Anda non fiksi buat gue, tapi tulisan anda fiksi buat gue. Tapi kenapa gue milih anda karena dibanding wartawan-wartawan yang lain, anda mungkin bisa lebih jujur terhadap diri anda sendiri. Bukan masalah beritanya yang jujur, tapi anda lebih jujur memberitakannya. Gimana anda bisa begitu yakin? Ketajaman anda membaca suasana, kegigihan anda mengejar berita dan gue yakin kalau misalnya, anda itu, kalau nyari berita bukan untuk uang, tapi nurani anda sendiri yang ingin memberitakan sesuatu untuk orang lain. Karena media tidak terlepas dari bisnis, semuanya adalah bisnis. Betul! Dan gue yakin anda bukan robot media, bukan mahluk media yang dirobotkan, kan? Kebanyakan sekarang para jurnalis itu hanya robot media, hanya… mmh... bener kata Oliver Stone di Natural Born Killers, Oliver Stone dan Quentin Tarantino, bahwa media dan orang- 116 orangnya tidak lebih daripada sekedar monyet, monyet aja lebih mending. Dia lahir natural jadi monyet dan tetep dengan kemonyetannya. Tapi mereka itu sudah dilahirkan sebagai manusia tiba-tiba mau aja dijajah oleh media. Itulah kenapa gue selau menganggap bahwa media itu fiksi. Jadi gue sudah tidak percaya media, karena media itu hanya bisnis, totally bisnis! Tapi dengan dimuatnya tulisan ini, sebenarnya cerita anda akan dilihat dari fiksi itu sendiri dan memang tulisan itu akan menjadi fiksi seperti yang anda katakan barusan sebagai fiksi dan anda menganggap media sebagai fiksi sedangkan saya bekerja di media ya… Maksud gue, anda dan teman-teman wartawan anda itu tidak lebih dari seorang novelis atau penulis cerpen, hanya menurut gue kurang natural sebagai penulis. Jadi kalau pun ini ditulis dan hanya jadi sebuah cerpen ya.. so what! Menurut gue ya! Mungkin menurut orang lain berbeda. Orang lain kan butuh hiburan, karena sekarang kan berita itu hanya jadi sekedar hiburan. Liat aja misalnya Buser, Patroli dan lain-lain, itu semua entertainment. Termasuk Metro TV juga menurut gue hanya televisi entertainment. Tidak ada yang tidak entertainment, semuanya hiburan. Tapi memang manusia membutuhkan hiburan-hiburan itu, menurut gue! Tolong anda ceritakan soal Samantha Impossible Dream, kenapa anda namakan seperti itu, kenapa harus Samantha? Gue punya kekasih namanya Samantha, Samantha itu ... dia boneka sex, balon, dari temen gue, gue dikasih sama Joey. Mmh… pada saat dia mati dia ngewarisin bonekanya buat gue. Dia kuliah di Amrik, terus orang tuanya tiba-tiba ngasihin boneka itu ke gue, karena tertulis di salah satu warisan, Joey itu temen deket gue. Gue pikir setiap apapun pasti punya impian gitu, dan Samantha punya impian, Samantha punya impian, impian-impiannya gue tulisin di puisi-puisi gue. Gue bikin Samantha Story, tahun ‘99 gue bikin Samantha Story. Mmh... akhirnya ya jadilah saat umur 20 itu, Samantha Story. Yang namanya boneka sex mimpinya pasti jadi tidak mungkin. Mimpi gue masih mungkin, tapi mimpinya dia pasti tidak mungkin, ini mimpi-mimpi yang tidak mungkinnya Samantha. Joey menamai boneka itu Samantha.. mmh... terus gue bercinta dengan dia hampir tiap hari karena vibratornya emang keren terus tiba-tiba gue ketemu dengan ... dia memperkenalkan dengan namanya If, akhirnya jadi manager band gue, andai... Andai ? Dan gue menganggap bahwa If itu adalah jelmaan Eva. Eva yang rohnya merasuk ke boneka Samantha. Jadi ini masih satu kaitan antara Samantha dan If. If itu pacarnya Karna tapi tiap 117 hari bercinta dengan gue, karena Karna merasa gue lah yang berhak untuk mendapatkan vaginanya. Karna merasa dia mendapatkan hatinya, gue mendapatkan vaginanya. Ya sudah. Dia sekaligus groupie kita, groupie kami, kita dan kami itu susah bedainnya.... Mmh.. selain manager, dia juga groupie. Dia juga menulis perjalanan kami. Dia mau meluncurkannya atau tidak nanti perjalanan band ini, ya terserah dia. Kita memang introvert kami memang introvert untuk kami sendiri. Tidak banyak orang yang tau apa yang sebenarnya kami lakukan sehari-hari, hanya If yang tau. If yang mencatatnya. Kalau misalnya anda pengen banyak tau yang kami lakukan, anda bisa wawancara If, tapi entah If sekarang masih ada atau enggak, setelah kejadian tadi. Setelah kejadian tadi entah kita semua masih ada atau tidak karena cukup menghenyak untuk beberapa.. terutama untuk 3 cewek personel kami, mereka terhenyak, terkejut dengan ada yang bunuh diri. Boleh saya tahu If itu sebenarnya siapa? If, Eva... dulu Joey ketemu If di Amrik, dia model..., model majalah lokal gitu deh di california, terus ada satu perusahaan sextoy menawari If untuk menjadi model tubuh... maksudnya tubuhnya If dijadikan model untuk sebuah boneka sex, karena If indo, tubuhnya sempurna... If menerimanya, gitu... nah Samantha itu tubuhnya If... Joey yang bilang ama gue... Ooooh... i see... kembali ke Samantha, mimpi-mimpi apa yang ingin anda wujudkan dari Samantha? Setiap wanita khayalan itu pasti perfect ya, itu pasti perfect, punyaaa... apa sih namanya mmh... apa namanya ... Gairah ?! Bukan! Naluri ?! Bukan mmh... PROPOSIONAL gitu, otaknya, bodinya, toketnya, gaya bercintanya dan lainlain. Semuanya pasti proposional karena masih dalam khayalan, namanya juga wanita khayalan. Dan boneka balon itu adalah wanita khayalan gua. Dan itu nyaris terwujud dengan adanya If. If itu perfect! Dia simbol wanita yang perfect. Dia Eva! Dia Eva untuk Adam. Kalau gua Adam, dia adalah Eva. Saya jadi agak simpang siur nih, mengenai posisi If, sebagai manager atau sebagai kekasihmu kah? Atau ada hubungan lebih pribadi, barangkali? Dia belahan jiwa gue... Thats all?